Tidak Berfaedah Puasa Bagi Pendidik dan Atasan yang Marah-Marah serta Siswa yang Berbohong pada Bulan Ramadhan

Taklim Ramadhan Hari Ke-10

Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد.

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.

Selama Ramadhan 1446 H ini, kajian kita akan berlangsung selama Ramadhan melalui “Jendela Ramadhan Taklim Top Sumbar”.

Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selamat Ramadhan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir Ramadhan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.

Kestabilan Emosi dapat dilatih dengan berpuasa, salah satu puncak keberhasilan menstabilkan emosi adalah TUMBUHNYA SIFAT SABAR dalam diri dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari.

Apalagi kita berada dalam bulan Ramadhan, dan kesabaran disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya: ”Puasa adalah setengah dari kesabaran.” (HR Tirmidzi). Dengan hadist ini jika puasa seseorang baik dan benar maka dirinya telah mendapatkan bekal setengah dari kesabaran itu sendiri.

PERKATAAN LAGWU DAN RAFATS ADALAH PERBUATAN SIA-SIA DAN DAPAT MEMBATALKAN PUASA RAMADHAN

Sebaliknya lawan dari sabar adalah MARAH DAN KESAL dengan keadaan sehari hari, sehingga muncul PERKATAAN DAN PERBUATAN YANG SIA-SIA, sehingga merugikan diri dan puasa, tetapi puasa juga MENAHAN DIRI DARI PERKATAAN DAN PERBUATAN sia-sia sebagaimana hadist : “Rasulullah SAW bersabda, ‘Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji.’ (HR Baihaqi dan Al-Hakim).

Dalam hadits berbeda, Rasulullah SAW bersabda: “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu  dan rafats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, ‘Aku sedang puasa, aku sedang puasa’,” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Pengertian dari istilah Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah misalnya membicarakan orang lain, bermain-main untuk tujuan tidak jelas.

Dan “Istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji atau Istilah rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita.”

Atau dengan kata lain rofats adalah kata-kata porno seperti BERZINA, BERPACARAN BAGI MUDA MUDI, BERKATA YANG MENGANDUNG DAN MEMUNCULKAN SYAHWAT DAN SEBAGAINYA.

Sebagaimana contoh dalam hadist: Pertama, orang-orang yang melakukan dosa, seperti menggunjing, berdusta, melihat dengan syahwat (nafsu), mengadu domba, dan melakukan sumpah palsu sebagaimana Rasulullah pernah bersabda yang artinya, “Lima hal yang bisa membatalkan pahala puasa, yaitu menggunjing, mengadu domba, berbohong, melihat dengan nafsu, dan sumpah palsu.” (HR. Ad-Dailami).

Jika seseorang tidak dapat menahan diri dari perkataan yang sia-sia maka TIDAK ADA PUASA baginya sebagaimana hadist: Artinya: “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, “Hasan Shahih.”).

SUMBER MARAH-MARAH DAN KESAL

Bahwa sumber kemarahan itu adalah dari SETAN, sebagaimana hadist Artinya: “Telah menceritakan kepadaku ayahku di hadapan kakekku (yaitu Atiyyah ibnu Sa’d As-Sa’di) yang berpredikat sebagai sahabat, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Sesungguhnya marah itu perbuatan setan, dan setan itu diciptakan dari api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu.” (HR. Abu Daud).

Sebuah kiasah dalam hadist dikutip dari https://rumaysho.com menceritakan dua orang wanita anshor dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadist di atas menggambarkan bagaimana orang yang sedang beritikaaf dapat tergoda oleh setan yang berada dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan sia-sia. Sehingganya hendaklah selalu BERKATA BENAR DAN MENOLAK KEBOHONGAN sebagaimana alquran: ”Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami)” (QS. An Nur: 16).

Sehingga salah seorang sahabat MEMINTA NASEHAT KEPADA NABI, dan beliau bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ (رواه البخاري)

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a: Sesungguhnya seorang laki-laki telah berkata kepada Nabi SAW: “Berilah wasiat kepadaku!”. Nabi SAW: “Janganlah engkau marah” lalu beliau mengulanginya beberapa kali, Nabi Muhammad SAW berkata: “Janganlah engkau marah” (HR. Bukhari).

BERSABARLAH ADA KESEMPATAN MARAH DAN KESAL DALAM PEKERJAAN SEHARI HARI

Sebagai atasan pada suatu instansi atau kantor, seperti sebagai Kepala Sekolah, sebagai kepala Dinas, Bupati, Gubenrur, Menteri, Presiden, Polisi,TNI, pimpinan perusahaan, pimpinan proyek, pemilik TOKO DAN PUSAT PERDAGANGAN, SEBAGAI GURU yang sehari-hari mengajar siswa yang BERAGAM TINGKAHNYA maka hendaklah MELATIH DIRI BERSABAR ketika ada kesempatan untuk marah dan kesal dengan pekerjaan bawahan dan jika ada masalah dalam pekerjaan.

Sifat sabar akan mendatangkan PAHALA TANPA BATAS sebagaimana  Firman Allah SWT Artinya : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (AlQur’an surat Az Zumar ayat 10).

Dan jika terlanjut marah segeralah BERTAOBAT DAN MOHON AMPUNAN sebagaimana perintah Allah pada surat Ali Imran ayat 133-134 Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ketahulah bahwa dengan bersabar kita tergolong orang TAQWA yang diharapkan dari hasil puasa Ramadhan dan disebut sebagai RAS TERKUAT sebagaimana hadist: Artinya: “Orang yang kuat bukanlah orang yang bisa memukul, tetapi orang yang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari).

SIKAP PENDIDIK DAN ATASAN KETIKA BERPUASA ADALAH BERKATA KITA SEDANG BERPUASA

Sikap atasan pada bulan Ramadhan adalah didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Pada saat kalian berpuasa hendaknya tidak berkata kotor dan tidak berkata kasar. Apabila ada yang mencela atau mengajak berkelahi, maka katakan, ‘Aku sedang berpuasa’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

BERBOHONG PADA SAAT BERPUASA DAPAT MENGHILANGKAN PAHALA PUASA

Perlu diketahui oleh orang yang SERING BERDUSTA, bahwa perbuatannya menjadikannya ORANG YANG TERKUTUK, setara dengan kedudukan IBLIS disisi Allah SWT sebagaimana perintah dalam lquran surat Adz-Dzariyat ayat 10, Artinya: “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” dan pada hari kiamat mukanya HITAM DAN DIMASUKKAN KE NERAKA sebagaimana firman Allah SWT Artinya: “Pada hari Kiamat, engkau akan melihat bahwa orang-orang yang berdusta kepada Allah wajahnya menghitam. Bukankah (neraka) Jahanam itu tempat tinggal bagi orang-orang yang takabur? (Qs Azzumar ayat 60).

Jika perbuatan BOHONG DAN DUSTA dilakukan bulan Ramadhan saat berpuasa maka puasanya batal DIKARENAKAN AKIBAT BERBOHONG sebagaimana hadist Artinya: “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu. (Imam Ad-Dailami).

Dan “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa atasan dan pimpinan yang MARAH-MARAH DAN KESAL dengan perbuatan bawahannya adalah KEGAGALAN ATASAN dalam mengendalikan emosinya sendiri dan dirinya GAGAL DALAM TRAINING RAMADHAN, sebab puasa Ramadhan dapat membentuk sifat sabar dan predikat taqwa maka jika seorang atasan tetap MARAH-MARAH DAN KESAL dengan perbuatan bawahannya maka itu adalah PERBUATAN SA-SIA yang semestinya dijauhi dan ditinggalkan sebab beresiko PUASA MENJADI TIDAK ADA PAHALA ATAU SAMA DENGAN TIDAK BERPUASA, sehingga untuk suatu marah-marah DIKORBANKAN PUASA?

Demikian juga dengan GURU yang mengajar selama Ramadhan, menghadapi tingkah laku siswa yang beragam dan bahkan memancing EMOSI DAN MARAH SERTA KESAL, terutama ketika SISWA BERBOHONG maka guru yang marah-marah bukanlah cara MENDIDIK.

Dapat dikatakan guru yang marah-marah GAGAL DALAM MENGENDALIKAN EMOSINYA dan GAGAL DALAM MENDIDIK tetapi SUKSES MARAH MARAH yang merugikan diri dan membuat siswa TIDAK MENEMUKAN POTENSI DIRINYA BAHKAN TERTEKAN dan menimbulkan kesan tumbuhnya sifat PEMARAH yang sama dengan gurunya.

Jadi guru yang marah-marah sukses mendidik ANAK PEMARAH dan GAGAL MELATIH DIRI untuk menjadi PENDIDIK YANG  mampu menegendalikan emosinya terutama GAGAL DALAM MENJALANI PUASA sebab puasa Training untuk melatih mengendalikan emosi dan kseabaran yang menjadi CIRI-CIRI RANG TAQWA.

Akibat dari marah-marah dan kesal atasan dan guru dapat mendatangkan berbagai macam penyakit psikis seperti darah tinggi, stroke dan KERASUKAN SETAN yang mengalir dalam aliran darah orang yang tidak mampu mengendalikan EMOSINYA.

Pertanyaannya apakah akan terus-terusan marah dan merugikan diri sendiri selama bekerja? Tentu tidak, karenanya Ramadhan adalah training diri untuk melatih bersifat sabar dan rendah hati dari sifat SOMBONG KARENA JABATAN. Karena orang yang hari ini jadi bawahan dan siswa dimasa mendatang meraka AKAN JADI ATASAN DAN PIMPINAN? Ibarat pepatah ”HIDUP BAGAIKAN RODA PEDATI” kata pepatah orang minang.

Sukabumi, Senin, 10 Maret 2025)

Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah

Pos terkait