Taklim Ramadhan Hari Ke-12
Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.
Selama Ramadhan 1446 H ini, kajian kita akan berlangsung selama Ramadhan melalui “Jendela Ramadhan Taklim Top Sumbar”.
Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selama Ramadhan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir Ramadhan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.
Fenomena praktik salat sunnat tarawih dikalangan umat saat ini terdapat beragam bilangan rakaat dan cara pelaksanaannya tergantung kepada imam dan ulama setempat, sehingga jika diikuti sebagaimana pesan Rasulullah Umat Islam TERPECAH MENJADI 73 ALIRAN DAN GOLONGAN, sehingga praktik ibadahnya juga akan menjadi 73 cara?.
Demikian juga dengan bilangan rakaat salat tarawih ada yang melakukan 11 rakaat, ada 20 rakaat dan ada 23 rakaat bahkan lebih, tentunya keberagamaan ini perlu ditelurusuri sejarah dan sumbernya apakah semua bersumber dari CARA SALAT RASULULLAH?
Dan jika ia BAGAIMANA CARA SALAT TARAWIH RASULULLAH DALAM BULAN RAMADHAN? Dan CARA SALAT SUNNAT DILUAR RAMADHAN, jangan sampai bercampur baur dan ditukar letak,akibatnya SALAT TANPA ILMU alias ikut ikutan.
Sebagaimana disebut dalam hadist Dari Sahabat ‘Auf bin Mâlik Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘…… Dan demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh akan berpecah-belah ummatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, hanya satu (golongan) masuk surga dan 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk neraka.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Wahai Rasûlullâh, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang selamat) itu ?’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab yang mengikuti SUNNAHKU” (HR. Ibnu Mâjah).
Maka sebagai antisipasi dari perpecahan tersebut Nabi Muhammad SAW menegaskan dan melarang MENGIKUTI CARA-CARA SALAT SELAINNYA sebagaimana hadist: “Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di mimbar lantas beliau berkata, “AKU MELAKUKAN SEPERTI INI AGAR KALIAN MENGIKUTIKU DAN AGAR KALIAN BELAJAR BAGAIMANAKAH AKU SHALAT.” (HR. Bukhari dan Muslim)
SALAT TARAWIH RASULULLAH SAW
TIDAK LEBIH DARI 11 RAKAT DENGAN CARA 4 RAKAAT, EMPAT RAKAAT DAN TIGA RAKAAT WITIR
Dari Abu Hamzah Al-Sanuwi dalam https://almanhaj.or.id menuliskan “Salat Tarawih Nabi dan Salafush Shalih” berdasarkan kepada hadist dari Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya: “Bagaimana salat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab, “Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau di luarnya- lebih dari 11 raka’at. Beliau salat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau salat 3 raka’at.” (HR Bukhari).
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam https://almanhaj.or.id, Nabi Tidak Pernah Salat Tarawih Melebihi Sebelas Raka’at, menjelaskan Dari Abi Salamah bin Abdir-Rahman, bahwasanya ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha tentang bagaimana salat Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam di bulan Ramadhan ? Beliau menjawab : “Baik pada bulan Ramadhan maupun pada bulan-bulan yang lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam TIDAK PERNAH SALAT MALAM MELEBIHI SEBELAS RAKA’AT. Beliau salat empat raka’at ; jangan tanya soal bagus dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi empat raka’at, jangan juga tanya soal bagus dan panjangnya. Kemudian beliau salat (witir) tiga raka’at. (HR Al-Bukhari Muslim , Abu Dawud ,At-Tirmidzi, An-Nasa’i , Al-Baihaqi dan Ahmad).
Di hadist lain dari Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya: “Bagaimana salat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab, “Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau diluarnya- lebih dari 11 raka’at. Beliau salat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau salat 3 raka’at.” (HR Bukhari).
SALAT MALAM RASULULLAH DILUAR RAMADHAN
Pertama
SEBELAS RAKAAT DENGAN CARA SAMA DENGAN BULAN RAMADHAN
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau salat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau salat tiga rakaat. Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnnya mataku tidur tetapi hatiku tidak.’” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua
TIGA BELAS RAKAAT DENGAN MELAKUKAN DUA RAKAAT DUA RAKAAT SAMPAI DUABELAS DITAMBAH SATU RAKAAT WITIR
Dari Sayyidah Aisyah RA, ia mengatakan, Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW sering mengerjakan salat malam sebanyak sebelas rakaat dan salah satunya rakaat witir. Apabila usai mengerjakannya maka beliau berbaring miring ke sebelah kanan.” (HR Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi meriwayatkannya dalam Jami’).
Menurut https://www.detik.com dikisahkan oleh Qutaibah bin Sa’id meriwayatkan sebuah hadits yang jalurnya sampai pada Zaid bin Khalid Al-Juhani bahwa Rasulullah SAW mengerjakan salat malam sebanyak 13 rakaat. Zaid bin Khalid Al-Juhani mengatakan, Artinya: “Sungguh aku ingin mengetahui salat Rasulullah SAW. Karena itu, aku memasangkan bantal di tenda atau kemah beliau. Kemudian salat dua rakaat panjang, panjang, dan panjang. Setelah itu beliau salat dua rakaat yang panjangnya kurang dari dua rakaat sebelumnya, kemudian salat dua rakaat yang panjangnya kurang dari dua rakaat sebelumnya, kemudian salat dua rakaat yang panjangnya kurang dari dua rakaat sebelumnya, kemudian salat dua rakaat yang panjangnya kurang dari dua rakaat sebelumnya, salat dua rakaat yang panjangnya kurang dari dua rakaat sebelumnya. Setelah itu beliau mengerjakan salat witir. Itulah jumlah tiga belas rakaat.” (HR Muslim).
Ketiga
SALAT MALAM SEMBILAN RAKAAT
Dari dari Sayyidah Aisyah RA yang berkata, Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW salat malam sebanyak sembilan rakaat.” (HR At-Tirmidzi dalam Jami’ dan Ibnu Majah dalam As-Sunan).
RASULULLAH MENUTUP SALAT MALAM DENGAN WITIR
Berdasarkan hadist : “Salat malam itu dua raka’at salam, dua raka’at salam. Jika engkau khawatir datang shubuh, berwitirlah dengan satu raka’at. Dengan itu berarti kalian menutup salat tadi dengan witir.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian pelaksanaan salat malam rasulullah di luar Ramadhan sama dengan salat di dalam Ramadhan, hanya namanya salat malam dan tetap diakhir dengan salat witir, sehingga salat witir tidak hanya dalam bulan ramadhan, tetapi diluar ramadhan juga ada salat witir.
KEUTAMAAN SALAT RASULULLAH LEBIH LAMA BERDIRI DARIPADA RUKUK DAN SUJUDNYA
Berdasarkan pada hadist dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Salat manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang lama berdiri.’” (HR. Muslim).
Dan Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku salat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam….Maka lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya.’” (HR. Muslim).
Ibn Umar Radhiyallahu anhuma, bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah,bagaimana salat malam itu?” Beliau menjawab,“Yaitu dua raka’at-dua raka’at, maka apabila kamu khawatir (masuk waktu) subuh, berwitirlah dengan satu raka’at. (HR Bukhari).
TEMPAT PELAKSANAAN TARAWIH RASULULLAH DILAKUKAN DI RUMAH DAN DI MASJID BERJAMAAH PADA HARI TERTENTU SAJA
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, “Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh).” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i).
Hadist dari Nu’man bin Basyir, Radhiyallahu anhu : Ia berkata: “Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami salat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separoh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.” (HR. Nasa’i, Ahmad, Al Hakim. Shahih).
Kemudian beliau ٍShallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memimpin salat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga hari. Maka beliau memimpin kami salat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah. saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, “Sahur”.(HR Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Daud, Ahmad. Shahih).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa salat tarawih yang sesuai dengan Rasulullah adalah sebelas rakaat dilakukan dengan empat rakaat salam, empat rakaat salam dan tiga rakaat salam. Sehingga adanya perubahan tatacara salat tarawih yang semula dilakukan empat rakaat salam menjadi dua rakaat salam adalah mengambil contoh kepada pelaksanaan salat sunnat diluar Ramadhan.
Pertanyananya apakah sudah sesuai dengan cara salat Rasulullah?
Memang ada dilakukan rasulullah tetapi CONTOH SALAT TARAWIH adalah empat rakaat salam sedangkan sunnat selain tarawih adalah dua rakaat salam.
Sedangkan salat sunnat diluar Ramadhan dilakukan dengan sebelas rakaat, ada juga tiga belas dan ada Sembilan rakaat dengan cara melakukan sama dengan salat tarawih dan ada juga dilakukan dengan dua rakaat salam dan satu witir.
Sehingga adanya perbedaan bilangan dan tatacara salat tarawih adalah PERBUATAN IMAM disetiap masjid yang membuat salat tarawih berbeda-beda, sehingga Imamlah yang akan dimintai pertanggungjawaban terhadap perbedaan salat tarawih yang tidak sesuai dengan cara Rasulullah SAW.
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: sebagaimana hadist : “Imam adalah penanggung jawab, dan muazin diserahkan amanah. Ya Allah, bimbinglah para imam, dan ampunilah muazin.” (HR. Abu Daud).
Sukabumi, Rabu, 12 Maret 2025)
Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah