Taklim Ramadan Hari Ke-25
Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الحَمْدَ لِله، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُه، ونَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لَا إلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى هَذا النَّبِيِّ الكَرِيمِ، وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ.
. اما بعـد
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.
Selama ramadan ini kajian kita akan berlangsung selama ramadan melalui “Jendela Ramadan Taklim Top Sumbar”.
Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selama Ramadan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir Ramadan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.
Pembaca Top Sumbar Yang bertaqwa
Suatu kisah pada masa Rasulullah sebagaimana ditulis https://kemenag.go.id adalah kisah saat umat Muslim di zaman Nabi MERASA JENGKEL DENGAN SALAH SEORANG SAHABAT KARENA TIDAK BIJAK SAAT MENJADI IMAM SALAT SEHINGGA MEMBEBANI JAMAAHNYA.
Hal ini kemudian menyebabkan Nabi “MARAH” dan menegur sahabat tadi. Kisah ini juga dikisahkan oleh Imam an-Nawawi dalam Riyadush Shalihin yang menghimpunnya dalam satu bab khusus berjudul “TEGURAN NABI UNTUK SAHABAT YANG DURASI SALATNYA TERLALU LAMA”.
Dikemukakan dalam hadist: Artinya, “Dari Abu Mas’ud yaitu ‘Uqbah bin ‘Amr al-Badri ra, berkata, ‘Ada seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata, ‘Sesungguhnya saya pasti tidak ikut salat subuh berjamaah karena si Fulan itu, karena ia memanjangkan bacaan suratnya untuk kita.’ Maka saya (Abu Mas’ud) sama sekali tidak pernah melihat Nabi ﷺ marah dalam nasihatnya lebih daripada marahnya pada hari itu.”“Beliau ﷺ bersabda, ‘Hai sekalian manusia, sesungguhnya di antara engkau semua ada orang-orang yang menyebabkan orang lain lari. Maka siapa saja di antara kalian yang menjadi imam salat untuk orang banyak, hendaklah ia mempersingkat bacaannya, sebab sesungguhnya di belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak kecil, dan ada pula orang yang segera hendak mengurus keperluannya’”
(Muttafaq ‘alaih).
Hadits ini menunjukkan bahwa ibadah semestinya membuat orang lain nyaman, bukan justru menimbulkan kegaduhan. Salat yang merupakan tiang agama dan dilakukan dengan penuh rasa khusyuk justru membuat orang lain jerah hanya karena imamnya tidak bijak.
Sering kita dapati Imam Masjid yang ketika jadi Imam Bacaan ayatnya dipilih yang panjang, sedangkan ketika salat sendiri dipilih ayat yang pendek, ini adalah fenomena salat berjamaah yang tidak dipahami oleh para imam salat.
Pada kajian kali ini kita akan membahas berapa lama durasi waktu salat berjamaah bersama Rasulullah SAW? Dan bagaimana dengan salat sendirian? Tentunya dua hal ini akan kita bahas dan kupas tuntas dalam kajian ini.
Salat berjamaah bagian dari agama yang harus sesuai dengan sunnah bukan disesuaikan menurut bagaimana ustad dan ulama setempat
Ajaran salat sejak Nabi Muhammad SAW sampai sekarang sumbernya sama dari Rasulullah SAW, siapa yang memepedomani dan mengajarkan cara salat Nabi AKAN SAMA, tetapi bila mempedomani ajaran buatan manusia setelah nabi maka akan BERBEDA-BEDA CARA SALATNYA.
CARA SALAT UMAT ISLAM AKHIR ZAMAN AKAN TERPECAH MENJADI 73 CARA MENJALANKAN IBADAH
Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.” (HR Abu Dawud, Ad-Darimi dan Al-Hakim).
Maka dengan demikian perlu MENYESUAIKAN setiap ajaran dan praktik salat yang diajarkan oleh guru dan ustad yang tidak sesuai dengan sunnah, agar disesuaikan dengan Sunnah khususnya SALAT.
Sebagaimana penegasan Rasulullah melihat adanya perbedaan dikalangan sahabat dalam salat, maka tegas Rasulullah bersabda : “Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku salat.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari dan Ahmad].
Artinya walau guru mengajarkan cara salat, ustad mengajarkan cara salat, sehebat apapun guru dan ustad jika sesuai dengan Sunnah ambil, dan apabila tidak tinggalkan kembalilah ke cara salat rasulullah agar diterima ibadah salat di hari kiamat, karena cara salat yang tidak sesuai Sunnah TIDAK AKAN DITERIMA RASULULLAH SAW, tetapi minta pertanggungjawaban kelak kepada guru dan ustad yang mengajarkan cara salat sendiri yang berbeda dengan rasulullah SAW.
USTAD PENYAMPAI ISLAM WAJIB DINASEHATI DENGAN AGAMA
Sebagaimana hadist dari Hadits Arbain An-Nawawiyyah.
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim).
Agama itu mudah jangan diperberat dan jangan dibuat-buat cara beribadah yang berbeda dengan cara rasulullah SAW khususnya ibadah salat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW Artinya, “Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, ………. (HR Bukhari).
SALAT BERJAMAAH DENGAN RASULULLAH RINGKAS DAN RINGAN MENGAKOMODIR SEMUA KEADAAN JAMAAH
Bahwa salat berjamaah bersama Rasulullah adalah ringan bacaannya dan gerakannya, bukan berarti cepat-cepat dan kilat, ringan artinya tidak panjang bacaan ayatnya, tidak lama-lama rukuk dan sujudnya, bahkan menyesuiakan dengan KEIMANAN JAMAAHNYA.
Sebagaimana dalam hadist riwayat lain, dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda : “Jika kamu mengimami salat orang banyak, maka hendaknya kamu pendekkan (bacaan), karena di antara makmum ada anak-anak, orang tua, orang yang lemah, dan orang sakit. Kalau salat sendiri, salatlah berapa pun lamanya yang kamu inginkan.” (HR Muslim).
Pada hadist lain Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang di antara kalian mengimami orang-orang, maka hendaklah ia meringankannya. Karena di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan orang tua. Namun, jika dia salat sendirian, maka dia boleh memperpanjang sesuka hatinya. (Muttafaq ‘alaihi).
IMAM UNTUK DIIKUTI BACAAN DAN GERAKANNYA JIKA LAMA ATAU SECEPAT KILAT AKAN MEMBERATKAN BAGI ORANG SAKIT,ANAK-ANAK DAN ORANGTUA
Semua Jamaah akan mengikuti Imam, ketika dia takbir makmum wjaib takbir,begitu juga ketika rukuk, sujud dan memberi salam. Sebagaimana hadist Dari Anas Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya, imam itu diangkat untuk diikuti. Jika dia bertakbir, maka bertakbirlah. Jika dia sujud, maka sujudlah. Dan jika dia bangkit, maka bangkitlah…(Muttafaq ‘alaihi)
MARAHNYA RASULULLAH TERHADAP IMAM YANG LAMA DAN BERAT SALAT BERJAMAAHNYA
Menurut https://www.detik.com menuliskan bahwa berdasarkan hadist dari Anas bin Malik RA yang berkata Artinya: “Rasulullah SAW (ketika jadi imam salat) selalu memperingan namun tetap menyempurnakan salat.” (HR Ibnu Majah).
Dan dikisahkan bahwa Abu Mas’ud RA bercerita, saat itu ada seorang lelaki yang menghadap Rasulullah SAW. Lelaki itu berkata, “Ya Rasulullah! Aku sengaja terlambat salat Subuh karena si fulan (imam salat) SERING LAMA SALATNYA.
Lelaki yang diceritakan Abu Mas’ud RA itu pun berkata bahwa dirinya tidak pernah melihat Rasulullah SAW SEMARAH itu setelah ia mengadukannya pada beliau. Kemudian Rasulullah SAW pun bersabda: “Wahai orang-orang sekalian! Di antara kalian ada yang membuat orang lain lari menjauh. Dan siapa saja di antara kalian yang menjadi imam salat maka ringankanlah karena di antara makmum itu ada orang lemah, orang tua, dan orang yang punya kebutuhan tertentu.” (HR Abu Dawud).
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa mengimami orang banyak maka ringankanlah salatnya (pendekkanlah bacaannya), karena di antara mereka terdapat anak kecil, orang tua, orang lemah, dan orang-orang yang mempunyai keperluan. Dan jika salat sendirian, maka salatlah semaunya (panjang bacaan),” (HR Muslim).
UKURAN LAMA DAN PANJANG BACAAN IMAM BUKAN SEBERAPA BANYAK IMAM HAFAL AYAT TETAPI SEUKURAN KEMAMPUAN ORANG YANG LEMAH DALAM SALAT BERJAMAAH
Hal ini juga disampaikan Rasulullah SAW pada Utsman bin Abul Ash. Pesan meringankan bacaan salat saat menjadi imam adalah pesan terakhir yang disampaikan Rasulullah SAW kepadanya saat mengutusnya pergi ke Thaif. “Hai Utsman, ringankanlah dalam salat. Kira-kirakan dengan ukuran ORANG YANG LEMAH KARENA DI ANTARA MAKMUM itu ada yang sudah lanjut usia, anak kecil, orang sakit, ada yang rumahnya jauh, dan ada yang punya kebutuhan lain.” (HR Ibnu Khuzaimah).
Dari al-Bara` ibn ‘Azib ra, ia berkata : “Aku memperhatikan shalat Nabi Muhammad SAW Aku menemukan berdirinya, ruku’, i’tidal sesudah ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud, dan duduk antara salam dan mengakhiri shalat (tasyahhud), kurang lebih sama (panjangnya).” (Shahih Muslim).
dan Dari al-Bara`ia berkata: “Ruku’ Nabi SAW, sujud, duduk di antara dua sujud, dan bangkit dari ruku’, selain berdiri dan duduk (tasyahhud), hampir sama (panjangnya) (Shahih al-Bukhari).
KEADAAN KHUSUS SALAT DAPAT LEBIH RINGAN KARENA ADA JAMAAH YANG SAKIT DAN TANGISAN BAYI SELAMA SALAT
Kedaan khusus pernah terjadi Rasulullah memperpanjang bacaan ayat rakaat pertama karena ada sahabat yang terlambat, sebgaimana hadist : “Dari Abu Qatadah RA pernah berkata, “Bahwa Rasulullah SAW memanjangkan rakaat yang pertama. Abu Qatadah berkata, ‘Kami mengira beliau melakukan itu agar manusia mendapatkan rakaat yang pertama.'” (HR Muslim, Ibnu Majah, Nasa’i, dan Ahmad).
Pada keadaan lain rasulullah mendengar TANGISAN BAYI dalam salat, maka nabi mempercepat salatnya sebagaimana hadist : “Saat Aku sedang salat, aku ingin memperlama salatku, lalu aku mendengar tangisan bayi, aku pun mempercepat salatku khawatir akan memberatkan (perasaan) ibunya” (HR. Bukhari Muslim).
“Aku mendengar Sahabat Anas bin Malik berkata “Aku tidak pernah salat di belakang imam yang lebih cepat dan lebih sempurna salatnya dari Nabi Muhammad ﷺ. Saat Nabi Muhammad mendengar tangisan bayi, ia mempercepat (salatnya) khawatir ibunya merasa tertekan” (HR. Bukhari).
IMAM BERTANGGUNGJAWAB ATAS JAMAAH DAN MEMIKUL DOSA ATAS KESALAHANNYA
Imam memikul tanggungjawab atas jamaah sebagaimana hadist Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الْإِمَامُ ضَامِنٌ ، وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ ، اللَّهُمَّ أَرْشِدْ الْأَئِمَّةَ ، وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّن
Artinya : Imam adalah penanggung jawab, dan muazin diserahkan amanah. Ya Allah, bimbinglah para imam, dan ampunilah muazin.” (HR. Abu Daud).
Imam juga memikul dosa atas kesalahannya menjadi imam salat, sebagaimana hadist Rasulullah SAW bersabda, “(Para imam itu) salat bersama kalian (makmum). Jika mereka (para imam) itu benar, (pahala) bagi kalian (dan bagi mereka) dan jika mereka salah, pahala bagimu dan dosa atas mereka.” (HR Bukhari).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa kepada para imam salat hendaklah meringankan bacaannya dengan ukuran keadaan jamaah yang paling lemah (Tua, anak anak atau sakit atau musafir yang mampir diperjalanan), darimana imam tahu? Maka dari itu yang boleh jadi imam adalah IMAM TETAP DAN ORANG YANG BERMUKIM.
Sedangkan TAMU dapat jadi imam apabila diberi ijin sama yang mukim. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Janganlah seorang maju menjadi imam salat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya” (HR. Muslim).
Dan Tamu yang jadi imam HARUS TAHU DIRI, jangan karena hafidz quran dan bacaan bagus dipilih ayat yang bagus dan panjang-panjang akibatnya jamaah hilang khusuknya, artinya kualitas salat berjamaah tidak diukur dari LAMA DAN PANJANGNYA BACAAN IMAM tetapi dari kesesuaian kaidah rukunnya dengan salat rasulullah SAW.
Sehingga ustad dan ulama tidak berwenang membuat cara salat sendiri menurut guru dan ilmunya, tetapi buatlah cara yang sesuai dengan salat rasulullah SAW agar selamat dari siksan Allah di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas mengimami salat orang banyak
Sukabumi, Selasa, 25 Maret 2025)
Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah