Taklim Ramadhan Hari Pertama
Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin ,SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.
Selama Ramadhan ini Kajian kita akan berlangsung selama Ramadhan melalui “Jendela Ramadhan Taklim Top Sumbar”.
Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selamat Ramadhan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir Ramadhan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.
ADA EMPAT HAL PENENTU KUALIATS PUASA RAMADHAN YAITU:
Pertama
SAH DAN TIDAK SAHNYA PUASA DITENTUKAN OLEH NIAT YANG DILAKUKAN PADA MALAM HARI SEBELUM TERBIT FAJAR
Niat puasa adalah kata yang muncul dari hati seseorang untuk menjalankan puasa pada besok hari yang diucapkan mulai dari terbenam matahari sampai terbit fajar, dan niat itu WAJIB DILAKUKAN sebab jika tidak ada niat berpuasa maka TIDAK SAH PUASA.
Sebagaimana hadist: Dari Hafshoh Ummul Mukminin bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, An Nasai dan Ibnu Majah. An Nasai dan Tirmidzi).
Dan Dalam riwayat Ad Daruquthni disebutkan, “Tidak ada puasa bagi yang tidak berniat ketika malam hari”.
Kedua
MAKAN SAHUR SEKITAR 50 AYAT BACAAN ALQURAN MENJELANG FAJAR DAN BERSAMBUT DENGAN WAKTU SUBUH, SEHINGGA WAKTU IMSAK MENJADI WAKTU TERBAIK UNTUK MAKAN SAHUR
Kapan sebaiknya berniat puasa? Adalah ketika makan sahur karena ibadah pertama untuk menjalani puasa berikutnya adalah “MAKAN SAHUR”.
Banyak yang tidak menyadari bahwa makan sahur bukan lah ibadah, tetapi untuk memenuhi kebutuhan perut semata, tidaklah demikian pada bulan Ramadhan makan sahur adalah IBADAH yang di dalamnya banyak manfaat.
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Tsabit makan sahur bersama. Setelah keduanya selesai makan sahur, beliau lalu bangkit melaksanakan salat.” Kami bertanya kepada Anas, “Berapa rentang waktu antara selesainya makan sahur hingga keduanya melaksanakan sholat?” Anas bin Malik menjawab, “KIRA-KIRA WAKTU SESEORANG MEMBACA LIMA PULUH AYAT.” (HR Bukhari).
Dari Anas RA. berkata: Rasulullah SAW., bersabda: “Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur itu terdapat keberkahan,” (HR Muslim).
Setidaknya bersahurlah dengan SETEGUK AIR, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sahur itu seluruhnya adalah barakah. Maka janganlah kalian tinggalkan meskipun salah seorang dari kalian hanya minum seteguk air. Sesungguhnya ALLAH DAN PARA MALAIKAT-NYA BERSHALAWAT KEPADA ORANG-ORANG YANG MELAKUKAN SAHUR.” (HR Ahmad).
Dan apabila tidak bersahur sama dengan puasa ahlul kitab sebagaimana hadist: Diriwayatkan oleh Amr bin ‘Ash RA. Ia menceritakan sabda Rasulullah SAW, Artinya: “Sesungguhnya perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim).
Ketiga
PUASA JADI PERISAI DARI BERBUAT BURUK, JIKA ADA PERILAKU BURUK PADA ANAK MAKA AJARKANLAH BERPUASA
Sebagaimana Rasulullah bersabda “Puasa adalah perisai” (H.R. Bukhari dan Muslim).
“Dan Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW., bersabda: “….. Puasa adalah sebagai perisai dari kemaksiatan serta dari neraka. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang diantara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seorang atau dilawan dengan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: “Sesungguhnya saya adalah -sedang- berpuasa.”
Keempat
MENYEGERAKAN BERBUKA MENDAPATKAN KEBAIKAN DAN DICINTAI ALLAH SWT
Menyegerakan berbuka adalah mendatangkan BERKAH, bagaimana menyegerkan berbuka? Yaitu dengan cara mempersiapkan menu berbuka dan menantikan detik-detik berbuka puasa tersebut, maka sebaiknya JANGAN MELAKUKAN PERJALANAN KETIKA DEKAT WAKTU BERBUKA, maka yang utama tentu BERBUKA DIRUMAH bukan ditempat umum yang bisa saja berbuka tidak dapat dilakukan dengan baik karena keterbatasan tempat dan juga membuat LALAI DALAM SALAT MAGRIB.
Sebagaimana hadist: Dari Sahal bin Saad RA: Bahwa Rasulullah SAW., bersabda: “Orang-orang itu senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka,” (HR Muslim).
Menurut riwayat Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah mereka yang paling menyegerakan berbuka.” ( Hr Tirmizi).
ADAB DAN MENU BERBUKA SERTA SAHUR RASULULLAH SAW
Nabi Muhammad SAW. Umar bin Abi Salamah melaporkan, “Dulu saya berada di rumah Rasulullah SAW, dan saat saya memegang makanan, beliau bersabda kepada saya :‘Wahai anak! Bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dengan mengambil yang terdekat darimu.” (HR Bukhari & Muslim).
Dan dari Anas bin Malik,, ia menyampaikan, “Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa kurma yang masih basah sebelum sholat (Maghrib). Jika tidak ada, beliau berbuka dengan beberapa kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan meminum air.” (HR Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi & Hakim).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa Niat puasa wajib dilakukan pada malam hari sebelum terbit fajar, dan bersahurlah walau dengan seteguk air dan berbuka dengan BUAH SEGAR dan air, agar mendapatkan BERKAH DAN KECINTAAN DARI ALLAH SWT.
Sukabumi, Sabtu, 1 Maret 2025)
Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah