Taklim Ramadan Hari Ke-27
Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـدبعـد
Selamat menjalankan ibadah Puasa Ramadan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.
Selama ramadan 1446 H ini, kajian kita akan berlangsung selama ramadan melalui “Jendala Ramadhan Taklim Top Sumbar”!
Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selama ramadan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir ramadan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.
Pada kajian kali ini kita akan bicarakan ORANG MULIA, mulia DISISI ALLAH SWT bukan disisi manusia, sebab mulia disisi manusia BERDASARKAN KEDUDUKAN DAN JABATAN tetapi disisi Allah tidak demikian, sebagaimana firman Allah SWT : ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).
Orang mulia disisi manusia belum tentu mulia disisi Allah dan sebaliknya yang rendah disisi manusia bisa jadi MULIA DISISI ALLAH SWT.
Salah satu cara meraih taqwa adalah dengan berpuasa sebagaimana surah Al-Baqarah ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Pembaca Top Sumbar Yang bertaqwa
Perintah Taqwa banyak di dalam alquran, tetapi satu-satunya amalan yang dapat menjadikan taqwa adalah puasa ramadan yang datang sekali setahun.
Untuk menjadi orang beriman dan bertaqwa tidak didapat dari ijazah pendidikan sekolah dan perkuliahan, artinya bila ingin beriman dan bertaqwa tidak didapat dari bangku pendidikan, sehingga setelah menjadi sarjana dengan gelar S1, S2, S3 dan Profesor TIDAK MENJAMIN keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Demikian juga dengan kemahiran berdakwah dan ceramah BUKAN JAMINAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN. Karena TITEL TAQWA ALLAH YANG MENITAHKAN salah satunya dihari raya Idulfitri setiap akhir ramadan.
Iman dan taqwa didapat dari Ilmu agama yang diamalkan untuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT, karena Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberinya pengetahuan (pemahaman) tentang agama” (Muttafaqun ‘alaih).
Dengan demikian bila ingin menjadi taqwa harus mengamalkan ilmu yang dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi, seperti berpuasa dan mendirikan ibadah selama Ramadan.
KEUTAMAAN ORANG BERTAQWA
Pertama ; DIBERIKAN REZEKI DAN JALAN KELUAR DARI PROBLEM KEHIDUPAN YANG TIDAK TERDUGA-DUGA
Sebagaimana firman Allah SWT : “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” [At-Thalaq/65 : 2-3].
Kedua : TANAH YANG SUBUR DAN HASIL PANEN BERLIMPAH DISUATU DAERAH
Sebagaimana firman Allah : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri” [Al-A’raf/7 : 96].
Satu satunya cara orang beriman bisa naik derajatnya adalah dengan puasa, langsung jabatan tertinggi MUTTAQIN, sebagaimana firman Allah SWT Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (Surat Al-Baqarah: 183).
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, imanan wa ihtisaban (beriman dan mengharap pahala). maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
CARA BERPUASA RAMADAN CALON ORANG TAQWA DI AKHIR RAMADAN
Pertama : BERNIAT DI MALAM RAMADAN
Hadist dari Hafsah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa Ramadan sejak malam, maka tak ada puasa baginya.” (HR Abu Dawud).
Kedua: MENYEGERAKAN BERBUKA
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga : BERBUKA DENGAN BUAH DAN AIR
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan salat. Jika tidak ada ruthob (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Keempat : MEMBERI PERBUKAAN KEPADA ORANG BERPUASA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.( HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Kelima : BERSAHUR DENGAN JARAK 50 BACAAN AYAT ALQURAN DARI SALAT SUBUH
Dari Zaid bin Tsabit berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah SAW. Kemudian kami melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: ‘Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)?’ Rasulullah menjawab, ‘Selama bacaan lima puluh ayat’,” (HR. Shahih).
Keenam : BANYAK BERDOA KETIKA BERPUASA DAN BERBUKA
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”(HR. Tirmidzi).
PUASA ORANG BERIMAN YANG HANYA MENDAPATKAN HAUS DAN LAPAR BAHKAN PUASANYA JADI SIA-SIA
Pertama : BERDUSTA DAN BERKATA SIA-SIA SELAMA BERPUASA
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan malah melakukan konsekuensinya, maka Allah tidak pandang lagi pada makan dan minum yang ia tinggalkan.” (HR. Bukhari).
Kedua ; PUASA KEBANYAKAN ORANG TIDAK MENAHAN YANG MEMBATALKAN PUASA
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang hanya dapati dari puasa rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang salat malam hanya mendapatkan rasa capek saja.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
REKOMENDASI BESTIE ORANG TAQWA
Orang bertaqwa bukan orang TANPA DOSA, tetapi orang yang bertobat dari kesalahannya setelah berbuat salah, sebagaimana riwayat dalam alquran orang taqwa setelah bertobat, khususnya bulan Ramadan agar menjadi taqwa harus BERTOBAT dari kesalahan.
CONTOH PERTAMA ; BERKATA JUJUR DAN SELALU BERSAMA ORANG JUJUR
Menurut tulisan dari https://kumparan.com asbabunnuzul surat Attaubah ayat 19: Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Surat At Taubah ayat 119).
Ayat ini berkenaan dengan taubatnya Ka’ab bin Malik. Mengutip buku Asbabun Nuzul; Sebab Turunnya Ayat Al-Quran oleh Jalaludin As-Sutuhi, Ka’ab bin Malik bertaubat dan mengakui kesalahannya karena tak ikut serta dalam Perang Tabuk bersama Rasulullah. Karena Ka’ab tidak datang dengan alasan yang tidak benar maka nabi pun mendiamkannya sejenak, hingga kemudian beliau menyatakan bahwa Ka’ab telah berkata jujur. Beliau meminta Ka’ab pergi hingga Allah menurunkan keputusan-Nya.
Di hari ke-50, Allah menerima taubat Ka’ab dan menurunkan surat At Taubah ayat 119. Dalam ayat tersebut, Allah menyerukan untuk tetap jujur serta tetap bersama orang-orang yang benar dan jujur.
CONTOH KEDUA ; SALING MEMINTA DAN MEMBERI ATAS NAMA ALLAH
Menurut tulisan dari https://www.detik.com/edu/detikpedia tentang asbabunnuzul Surah An Nisa Ayat 1 Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”
“Surah An Nisa Ayat 1: Perintah untuk Bertakwa dan Memelihara Kekeluargaan”
Dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menjelaskan, seruan Tuhan pada surah An Nisa ayat 1 pangkal ayat pertama, “Hai sekalian manusia! Bertakwalah kamu kepada Tuhanmu, yang telah menjadikan kamu dari satu diri” ini, tertuju pada seluruh manusia, tidak pandang negeri atau benua, bangsa atau warna kulit. Ayat tersebut berisi dua peringatan, yakni supaya bertakwa kepada Allah dan supaya mengerti bahwa manusia di bumi adalah diri yang satu.
Ayat ini berkenaan dengan Siti Hawa, berasal dari tulang rusuk kiri yang paling bawah. Nabi Adam. Dan sifat tulang rusuk adalah MUDAH PATAH dan bentuk bengkok maka berhati-hatilah dalam meluruskan kesalahan wanita.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puasa orang beriman yang dapat menjadikan taqwa di akhir ramadan adalah dilakukan dengan keimanan dan berharap ridho Allah SWT bukan karena manusia.
Artinya puasanya dilakukan sesuai dengan Sunnah rasulullah SAW mulai dari berniat setiap malam, bersahur mendekati waktu subuh, menyegerakan berbuka dan siang hari menahan dari segala yang membatalkan.
Sedangkan puasa yang tidak menjalankan Sunnah berpuasa hanya akan mendapatkan haus dan lapar dan puasanya sia-sia disisi Allah SWT dan di akhir Ramadan menjadi orang merugi.
Karena siapa pun yang beribadah selama ramadan,akan dilihat Allah sebagaimana hadist Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim).
Dan Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad).
Maka semua orang beriman berpotensi meraih taqwa, walau jadi ustad, pendakwah, jadi imam dan rajin ibadah tetapi RIY, maka tidak akan meraih taqwa,karena taqwa itu tidak bisa dinilai dari pakaian,dari perkataan,dan penampilan dan jabatan. Tetapi orang ikhlas yang semata karena Allah dia berpuasa dan beribadah tentu bisa saja DISEMBUNYIKAN DARI MANUSIA agar puasanya menjadi lebih baik amalannya.
Sukabumi, (Kamis, 27 Maret 2025)
Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah