Taklim Ramadan Hari Ke-28
Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـدبعـد
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.
Selama ramadan 1446 H ini, kajian kita akan berlangsung selama ramadan melalui “Jendela Ramadhan Taklim Top Sumbar”.
Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selama ramadan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir ramadan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.
Allah menjadikan orang beriman BERSAUDARA karena seiman, tetapi apabila ada hubungan yang kurang baik (permusuhan) karena masalah kehidupan maka PERBAIKILAH, sebagaimana firman Allah SWT.: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu.” (QS. Al-Hujurat: 10).
BERMUSUHAN, SALING IRI, DENGKI DIBENCI DAN DILAKNAT OLEH ALLAH SWT
Sebagaimana kaum Jahiliyah dilaknat Allah : “Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat Allah.” (QS. Ali imran: 103).
Dan Nabi Muhammad SAW. bersabda :“Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat [bertengkar]”. (HR. Muslim).
TERCELANYA DAN BAHAYA TIDAK MAU MEMAAFKAN ORANG LAIN
Pertama : ALLAH TIDAK MEMAAFKAN ORANG YANG TIDAK MAU MEMAAFKAN ORANG LAIN
Sering terjadi permusuhan yag berujung TIDAK MAU MEAAFKAN, dengan alasan sakit hati dan keterlaluan, tetapi sifat itu MERUGIKAN DIRI sebab Allah juga tidak mau memaafkan orang yang tidak mau memaafkan orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : ”maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah),” (HR. At-Thabrani).
Kedua : MENGHABISKAN KEBAIKAN YANG DILAKUKAN
Jadi walau baik tetapi PENDENDAM DAN TIDAK MAU MEMAAFKAN maka kebaikannya habis dikikis sifat buruknya, sebagaimana hadist : ”dari Abu Hurairah, dijelaskan bahwa dengki dapat mengikis perbuatan baiknya sendiri. “Jauhilah hasad [dengki], karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Ketiga : DIBENCI OLEH ALLAH SWT
Sebagaimana dalam hadist : “Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat [bertengkar]”. (HR. Muslim).
Keempat : TERMASUK ORANG ZOLIM
“Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” )Surat As Syura ayat 40).
Kelima : TERMASUK SIFAT ORANG BODOH
Firman Allah SWT : ”Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Surat Al A’raf ayat 199).
Keenam : TERTAHAN AMAL BAIKNYA/BELUM DITERIMA OLEH ALLAH SWT
Sebagaimana hadist : “Pintu-pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis. Lalu diampuni seluruh hamba yang tidak berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan: Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai…” (HR. Ahmad dan Muslim).
KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN MEMAAFKAN
Pertama : PEMAAF DICINTAI ALLAH SWT
(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.(Qs Ali Imran ayat 134).
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Sesungguhnya kiamat pasti akan datang. Maka, maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (Surat Al Hijr ayat 85).
Kedua : MAAF ALLAH TERGANTUNG KEPADA SIFAT MEMAAFKAN ORANG LAIN
Artinya: Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim. (Surat As Syura ayat 40).
Ketiga : PEMAAF SYARAT DIMAAFKAN OLEH ALLAH SWT
Sebagaimana firman Allah SWT : “……….dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [an-Nuur/24: 22].
Dan Artinya : “Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah).” ( At Thabrani).
Keempat : BERSABAR DAN PEMAAF ADALAH SIFAT UTAMA ORANG TAQWA
Artinya: “Akan tetapi, sungguh siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan” (Surat As Syura ayat 43).
Kelima : PEMAAF DIMULIAKAN ALLAH SWT DAN DITINGGIKAN DERAJATNYA WALAU MANUSIA MERENDAHKANNYA
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).” (HR Muslim).
Keenam : MEMAAFKAN/LAPANG DADA ADALAH BAGIAN DARI IMAN
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, “Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada.” (HR Bukhari dan Ad Dailami).
Ketujuh : MENAHAN AMARAH ADALAH KEBAIKAN, DAN ALLAH TIDAK SUKA KEPADA ORANG YANG TIDAK MEMAAFKAN
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. [al-Imraan/3: 133-134].
Kedelapan : DICINTAI OLEH ALLAH SWT
Sebagaimana firman Allah SWT : “……dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan [kesalahan] orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134).
Dan hadist:dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada seseorang yang datang padaku dan ketika itu aku sedang tertidur, lalu dirinya menghunuskan pedang, aku pun terbangun, dan dia berdiri tepat diatas kepalaku namun aku tidak merasakannya dengan pedang terhunus yang berada ditangannya. Kemudian dia berkata padaku, “Siapakah sekarang yang akan membelamu? Aku menjawab, “Allah”. Kemudian dia mengulangi kembali, “Siapakah yang akan menolongmu? Aku menjawab kembali, “Allah”. Beliau mengatakan, “Seketika itu ia menyarungkan pedangnya, lalu dirinya duduk dan Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak membalasnya”. [HR Bukhari dan Muslim) Dalam redaksi lain, “Kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyakiti orang tersebut”. [HR Bukhari).
Kesembilan : MEMAAFKAN ORANG MENDAPATKAN MAAF DARI ISTERI DAN MENJADIKAN ANAK-ANAK BERBUAT BAIK KE ORANGTUANYA
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Maafkanlah (kesalahan orang lain), niscaya istri-istri kalian akan memaafkan kalian. Berbuat baiklah kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat baik kepada kalian. Dan barang siapa yang meminta maaf kepada saudaranya sesama muslim atas sesuatu yang pernah ia lakukan, tetapi saudaranya itu tidak menerima permintaan maafnya, maka ia tidak akan mendatangiku di telaga (pada hari kiamat).” (HR. Thabrani).
Sepuluh : TIDAK MEMBALAS ADALAH LEBIH BAIK DARI MEMBALAS
Firman Allah SWT : “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. [an-Nahl/16: 126].
Dan hadist : “Bahkan kami memilih untuk bersabar dan tidak membalas kejelekan mereka“. [HR Ahmad].
Bahwa orang yang tidak mau memaafkan orang lain, sebagus apapun iman dan taqwanya DI HARI KIAMAT AKAN MENCARI ORANG YANG TIDAK DIAMAAFKAN sebagaimana hadist: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang pernah berbuat zalim terhadap kehormatan saudaranya atau mengambil sesuatu darinya, hendaknya segera meminta maaf dan kehalalannya (di dunia ini) sebelum tiba hari di mana dinar dan dirham tak lagi bermanfaat. Jika tidak, maka pada hari kiamat, amal salehnya akan diambil sebanding dengan kezaliman yang telah diperbuat. Jika ia tidak lagi memiliki kebaikan, maka keburukan orang yang pernah ia zalimi akan dipindahkan kepadanya.” (HR. Bukhari).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa banyak orang menyepelakan bahkan menganggap sifat tidak mau memaafkan orang itu adalah HARGA DIRI DAN GENSI, padahal sifat itu SANGAT BURUK DAN TERCELA.
Sebab sifat itu bersarang dalam tubuh melahirkan rasa iri,dengki, hasut, sakit hati, memusuhi orang lain bahkan memicu tindakan buruk dan mencoreng nama baik diri dan keluarga bahkan banyak kasus pembunuhan MOTIFNYA hanya karena tersinggung dan sakit hati.
Maka sebagai orang beriman perlu MEMILIKI SIFAT PEMAAF karena menjadikan diri MULIA DAN DIAMPUNI DOSA OLEH ALLAH SWT, tetapi jika tidak mau memaafkan orang lain maka amalnya TERTAHAN, dilaknat, dibenci oleh Allah dan dihari kiamat sebanyak apapun amal yang dibawahnya dia akan jadi BANGKRUT dan mencari-cari di padang mahsyar orang yang tidak dia maafkan tersebut sampai ketemu dan mendapatkan relanya.
Karena dosa orang yang tidak dimaafkan akan dipikulkan kepadanya dan kebaikannya diambil untuk orang yang tidak dimafkannya.
Sukabumi, (Jumat, 28 Maret 2025)
Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah