Taklim Ramadhan Hari Ke-16
Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan kepada orang beriman yang akan dijanjikan peringkat tertinggi dalam iman yaitu “ INSAN MUTTAQIN”.
Selama Ramadhan 1446 H ini, kajian kita akan berlangsung selama Ramadhan melalui “Jendala Ramadhan Taklim Top Sumbar”.
Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah wajib dan Sunnat selama Ramadhan karena bagian dari bentuk syukur kepada Allah dan rasulNya, agar pada akhir Ramadhan nanti kita meraih titel MUTTAQIN dan tidak lupa berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.
Pembaca Top Sumbar Yang bertaqwa
Kehidupan Dunia Maya yang merupakan Pemindahan dari alam pikiran menggunakan Media Sosial (MEDSOS) sebagaimana hasil fikir dan karya manusia yang berisikan ide-ide dan karya manusia. Tetapi PERLAKUAN pengguna Medsos (NETIZEN) terhadap Medsos perlu menjadi perhatian orang beriman.
Salah satunya adalah Kebiasaan Melaporkan Ibadah ke Medsos dengan status dan konten? Bahkan seakan ada yang hilang jika tidak membuat status dan konten, karena Netizen merindukan status dan kontennya. Para pengguna medsos memerlukan Like dan Komen serta subscribe dari NETIZENNYA.
Tujuan seseorang di medsos tentu berbeda-beda, ada sekedar untuk media komunikasi tetapi ada yang menggunakan untuk media PAMER YANG BERUJUNG RIYA dan ada juga untuk BISNIS yang mana tujuan membuat konten dan status adalah untuk mendpatkan keuntungan dalam bentuk uang dan popularitas.
Hal ini dapat menjerat orang beriman di media sosial untuk PAMER KARENA RIYA, MENJADIKAN KONTEN AGAMA UNTUK PAMOR SOSIAL DAN MENDAPATKAN KEUNTUNGAN DARI KONTEN TERSEBUT.
Maka di bulan Rmadhan ini perlu kiranya orang beriman mengenal dan kenal dengan Bahaya dari Media sosial terhadap salah satunya MALAS MEMBACA RAJIN SHARE DAN BUAT KONTEN bahkan ajaran agamapun dibuat konten.
NETIZEN INDONESIA DALAM SOROTAN MALAS MEMBACA DAN CENDERUNG BAR-BAR
Menurut Gregorian Tambuk dalam https://kumparan.com menyebut perilaku Netizen Indonesia mengarah kepada perilaku Barbar yang merilis sebuah riset yang dilakukan oleh Microsoft dalam laporan Digital Civility Index (DCI) yang menunjukkan bahwa netizen Indonesia adalah pengguna internet paling tidak sopan se-Asia Tenggara .
Disebutkan bahwa ada dua penyebabnya yaitu :
Pertama ; minimnya literasi sebagaimana data terakhir yang dihimpun dari Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan OECD, Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 negara dengan tingkat literasi rendah.
Kurangnya literasi mengakibatkan minimnya daya nalar masyarakat Indonesia sehingga ketika dihadapkan pada suatu persoalan masyarakat Indonesia cenderung bertindak sembrono tanpa berpikir panjang.
Kedua ; Merasa Paling Benar sehingga perlu meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia sebagai literasi menjadikan media sosial sebagai media pendidikan bukan sekedar sumber informasi tanpa arah dan tujuan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Christasya Rasma https://www.kompasiana.com menuliskan bahwa Netizen Indonesia: Minim Literasi namun Cerewet di Medsos, bukan tanpa alasan karena menurut UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah dalam hal literasi global, yang menyiratkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001%. Artinya, hanya satu orang Indonesia dari setiap 1.000 orang yang rajin membaca.
Maka dengan hal ini miris dan sangat mengkuatirkan kehIdupan media sosial jika dijadikan KEBIASAAN DAN DIJADIKAN MEDIA UNTUK MENYEBARKAN AGAMA DAN AKHLAK dikuatirkan YANG BENAR AKAN DIBULLY DAN JADI SANTAPAN NETIZEN dan yang KURANG MEMBACA RAJIN MENDENGAR DAN MELIHAT AKAN MERASA BENAR. Sebab kebenaran diukur dari TULISAN DAN KONTEN MEDIA SOSIAL bukan dari sumber alquran dan hadist.
PERINTAH MEMBACA DALAM BERIMAN LEBIH UTAMA DARI MELIHAT DAN MENDENGAR VIDEO DI MEDSOS
Rasulullah SAW dibekali ilmu menjadi Nabi dan Rasul yaitu dengan MEMBACA sebagaimana firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 yang memerintahkan ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”.
Tetapi dengan hadirnya media sosial masyarakat lebih suka MENONTON DIBANDINGKAN MEMBACA sebagaimana ditulis oleh https://jurnalkampus.ulm.ac.id dengan judul “MASYARAKAT LEBIH SUKA NONTON DARIPADA BACA BUKU, APA SEBABNYA” dengan hasil tulisan berdasarkan hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) dari Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), Indonesia berada di ranking 62 dari 72 negara dalam hal minat baca.
Di sisi lain, 91,58% masyarakat Indonesia berumur 10 tahun ke atas diklaim lebih suka menonton televisi/film. Hal ini selaras dengan data dari UNESCO yang membeberkan bahwa rasio gemar membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.
Rendahnya minat baca ini sangat mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM) yang menunjukkan kualitas SDM di suatu negara.
JIka ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan maka rajinlah MEMBACA sedangkan MENDENGAR dan MELIHAT dapat menambah PEMAHAMAN. Tetapi jika suatu ilmu hanya DIDENGAR DAN DILIHAT maka paham yang akan muncul SEBAGAIMANA PAHAM ORANG YANG MEMPERDENGARKAN, artinya IKUT-IKUTAN kepada Paham yang dilihat dan didengar.
Tetapi jika diikuti dengan membaca maka bisa jadi wawasan dan keilmuan melebihi daripada kemampuan yang didengar dan dilihat dari Video dan konten Media Sosial.
Terutama berkaitan dengan PEMAHAMAN ILMU AGAMA, yang sangat kompleks, sehinga TIDAK CUKUP DENGAN MENDEGAR SATU KAJIAN ATAU MELIHAT DAN MENONTON SATU VIDEO sehingga muncul FANATIK terhadap seseorang yang dikenal Ghuluw yaitu sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas yang dilarang oleh syariat Islam.
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhi ghuluw dalam agama. Sungguh, orang-orang sebelum Anda hancur karena mereka ekstremis dalam agama.” (Ibn Majah).
Dan Rasulullah ﷺ mengingatkan; “Berhati-hatilah kalian dari sikap ghuluw dalam beragama!. Sebab, umat-umat sebelum kalian sungguh telah binasa disebabkan ghuluw yang mereka perbuat dalam beragama.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
NETIZEN MEDIA SOSIAL MENJADI STANDAR SUATU KEBENARAN DI ERA DIGITAL
Allah sudah mengingatkan pendapat banyak orang belum tentu benar, dan sepakatpun para ahli membuat suatu keputusan berbentuk fatwa belum tentu juga itu yang benar, tetapi perlu diingat bahwa keputusan banyak orang cenderung itu PERSANGKAAN BAHKAN SEPAKAT DALAM KEBOHONGAN PUBLIK.
Sebagaimana dalam alquran:” Artinya : “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (QS. Al-An’am: 116).
BAHAYA RIYA MEDIA SOSIAL PADA PERILAKU SEHARI HARI
Pertama
MELAKUKAN SYIRIK SECARA DIGITAL
Sebagaimana Nabi bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil. ”Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya” (H.R. Ahmad).
Kedua
DISERET MUKA DAN DILEMPARKAN KE NERAKA
Berdasarkan hadist Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah….. Allah bertanya kepadanya: ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘AKU MENUNTUT ILMU DAN MENGAJARKANNYA, SERTA AKU MEMBACA AL-QUR`AN HANYALAH KARENA ENGKAU. ALLAH BERKATA : ‘ENGKAU DUSTA! ENGKAU MENUNTUT ILMU AGAR DIKATAKAN SEORANG ‘ALIM (YANG BERILMU) DAN ENGKAU MEMBACA AL QUR`AN SUPAYA DIKATAKAN (SEBAGAI) SEORANG QARI’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar MENYERET ATAS MUKANYA DAN MELEMPARKANNYA KE DALAM NERAKA. [HR Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah ].
Ketiga
CELAKA KARENA AKTIVITAS MEDIA SOSIAL MELALAIKAN IABADAH
Sebagaimana dalam alquran:: “Maka celakalah orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya” (Q.S. Al-Ma’un: 4-6).
Keempat
TIDAK ADA PAHALA DARI ALLAH TETAPI PAHALA RIYA MINTA KEPADA NETIZEN MEDSOS
Sebagaimana hadist, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian perlihatkan amal kalian di dunia, lalu lihatlah, apakah kalian menemukan balasan dari mereka?” (H.R. Muslim).
Kelima
MERUSAK PSIKIS DAN AJARAN AGAMA
Menurut Dr. H. Tirtayasa, dalam https://kepripos.id Menuliskan bahwa Riya digital juga berkaitan dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out), di mana individu merasa cemas jika tidak mengikuti tren atau norma sosial yang ada di media sosial.
Daintara Jenis Riya Digital Adalah :
PERTAMA ; Berbagi kebaikan untuk mengharap pujian dengan like dan komen netizen.
KEDUA ; MUNCULNYA SIKAP ketergantungan pada pengakuan sosial bahwa nilai diri mereka bergantung pada jumlah “like” atau komentar yang mereka terima.
KETIGA ; Merusak Ketenangan Batin dan Ketergantungan Validasi.
KEEMPAT ; Menyebabkan ketidakstabilan emosional yang diakibatkan oleh perasaan cemas terhadap pandangan orang lain.
KELIMA ; Merusak kesejahteraan emosional karena individu yang terlibat dalam riya sering kali merasa tidak puas atau kecewa dengan amal yang mereka lakukan.
KEENAM ; Riya mengikis kepercayaan dalam komunitas, karena orang-orang mulai mempertanyakan ketulusan niat satu sama lain.
KETUJUH ; Cenderung lebih peduli pada kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama.
KEDELAPAN ; Dapat merusak esensi keikhlasan dalam kehidupan beragama dan mengganggu ketulusan seseorang dalam beramal.
Berdasarkan uraian di atas Sebagai orang beriman hendaklah bijak dalam bermedia sosial, yaitu jauhilah sikap melaporkan ibadah di media sosial karena termasuk pamer menumbuhkan riya digital yang menjadikan seseorang berlaku SYIRIK, diseret mukanya masuk neraka, tidak ada pahala dari Allah tetapi minta nanti di akhirat kepada NETIZEN, dapat merusak keikhlasan dan terlebih merusak psikis kejiwaan yang tergantung kekuasannya kepada komen dan like di medsos- medsos. Sehingga LALAI dalam salat yang menjadikan diri CELAKA.
Dan ingatlah Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tangan kanan yang memberi tidak diketahui oleh tangan kirinya” (H.R. Bukhari).
Sukabumi, Minggu, 16 Maret 2025)
Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah