Amalan Sunnah Idulfitri dan Doa Terbaik Taqabbalallahu Minna Wa Minkum   (Bagian Pertama)

Taklim Ramadan Hari Ke-30

Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tanpa terasa kita sampai dipenghujung ramadan, setelah sebulan kita bersama dalam “Taklim Ramadan” tentunya patut kita bersyukur sampai kepada hari Raya idulfitri.

Kami pengasuh ‘Taklim Ramadan Top Sumbar bersama kru” mendoakan para pembaca dimanapun berada تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك Sebagaimana para sahabat saling medoakan ketika bertemu di hari raya mengucapkan:
فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
“Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).”

Mari kita berselawat kepada Nabi kita tercinta MUHAMMAD SAW dengan ucapan “Allahuma shalli alaa Muhammadin wa ala ali a Muhammad”.

MENGHIDUPKAN MALAM IDULFITRI DENGAN IBADAH BUKAN MERAMAIKAN PUSAT PERBELANJAAN

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menghidupkan malam Idulfitri dan Iduladha karena mengharap pahala dari Allah, hatinya tidak akan mati pada hari semua hati itu mati.” (HR. Ibnu Majah).

PADA HARI RAYA IDULFITRI BERTEMU DUA PERINTAH YAITU MENDIRIKAN SALAT DAN MENUNAIKAN ZAKAT

Dua perintah Allah akan bertemu di hari idulfitri, Sebagaimana disebutkan dalam surat  Al-Baqarah ayat 110, Artinya : “Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan pada ayat lainnya: “Jika kalian diberi salam dalam bentuk apa pun maka balaslah dengan salam yang lebih baik atau jawablah dengan yang semisal (QS An Nisa’ : 86).

AMALAN INSAN MUTTAQIN  DI HARI RAYA SESUAI SUNNAH

Pertama ;  MANDI SEBELUM SALAT IDULFITRI

Sebagaimana hadist dari Ibnu Abbas. Ia berkata, “Rasulullah SAW biasa mandi pada hari raya Idulfitri dan Idul Adha.” (HR Ibnu Majah).

Kedua ; MEMBAYAR ZAKAT FITRAH

Sunnah membayar zakat fitrah menjelang salat idulfitri sebagaimana hadst: artinya, “Telah menceritakan kepada kami (Muslim bin Amru bin Muslim Abu Amru Al Khaddza’ Al Madani), telah menceritakan kepadaku (Abdullah bin Nafi’ As Sha`igh) dari (Ibnu Abu Zannad) dari (Musa bin Uqbah) dari (Nafi’) dari (Ibnu Umar) bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat (ke tempat salat) pada hari raya Idulfitri. Abu ‘Isa berkata, ini merupakan hadis hasan shahih gharib, atas dasar ini para ulama lebih menganjurkan untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat salat.” (HR Tirmidzi).

Ketiga : MEMBACA TAKBIR,TAHMID DAN TAHLIL

Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Menurut https://kemenag.go.id Ada dua jenis takbir Idul Fitri :  Pertama : Muqayyad (dibatasi), yaitu takbir yang dilakukan setelah salat, baik fardhu atau sunnah. Setiap selesai salat, dianjurkan untuk membaca takbir.

Kedua : Mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah salat, bisa dilakukan di setiap kondisi.

Dengan demikian takbir dapat dibaca setelah salat idulfitri tanpa batasan larangan dihari kedua, ketiga dan seterusnya.

Keempat ; MAKAN DAN MINUM SEBELUM SALAT IDULFITRI DENGAN BUAH SEPERTI BERBUKA PUASA

Sebagaimana hadist: : “Pada waktu Idulfitri Rasulullah SAW tidak berangkat ke tempat salat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari).

Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah bin alHusaib) ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Idulfitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Iduladha tidak makan sehingga selesai salat.” (HR. AtTirmizi).

Kelima ; BERJALAN KAKI MENUJU MASJID DAN PULANG DENGAN MENEMPUH JALAN BERBEDA

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pergi salat Id berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi. (HR. Ibnu Majah).

Keenam : SALAT ID DILAPANGAN DENGAN MENGAJAK WANITA HAID DAN ANAK ANAK IKUT SERTA

Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah al-Anshariyah dia berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum muslimin” (H.R. Ahmad).

Ketujuh : MENGENAKAN PAKAIAN TERINDAH DAN BERSIH KE MASJID BUKAN HANYA PERGI LEBARAN?

Memakai pakaian indah ke masjid adalah perintah Allah SWT, artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah ketika memasuki masjid, dan makan minumlah, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. (QS. Al A’raf: 31).

Diriwayatkan pula dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya dia mengatakan, “Kami diperintahkan oleh Rasulullah SAW pada dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha) untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangi-wangian terbaik yang ada, menyembelih binatang kurban tergemuk yang ada (sapi untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang), dan supaya kami menampakkan keagungan Allah SWT, ketenangan, dan kekhidmatan” (H.R. Al-Hakim).

Dan warna terbaik yang dipakai adalah pakaian putih sebagaimana hadist : artinya : “Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih. Karena sesungguhnya pakaian putih termasuk pakaian terbaik bagi kalian. (HR. al-Tirmidzi).

Kedelapan : BERSILATURAHMI

Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisa: 1).

Dan hadist dari Abu Hurairah menceritakan Rasulullah SAW berkata, “Siapa saja yang mengunjungi orang sakit atau saudaranya, semoga Allah SWT memberikan berkah dan pekerjaan yang baik dan semoga kau tinggal selamanya dalam surga.” (HR Tirmidzi).

Kesembilan : TIDAK BERBUAT DOSA  MERAYAKAN IDULFITRI

Sering idulfitri dirayakan dengan PERGAULAN BEBAS, artinya karena selama ramadan dilarang berbuat dosa dan ditahan, tetapi setelah lebaran semua dosa kembali dilakukan, hal ini merugikan diri sendiri.

Tetapi pergi lebaran dan silaturahmilah dengan KELUARGA dan ke karib kerabat dengan menjaga diri dari berbuat dosa, sebagaimana hadist : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dann berdamailah di hari idulfitri bagi yang bermusuhan: “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kesepuluh : BERJABAT TANGAN BUKAN ISYARAT UJUNG TANGAN ATAU ISYARAT BADAN

Dari al-Barâ’ bin ‘Azib Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang Muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah” [HR Abu Dâwud, at-Tirmidzi, Ibnu Mâjah dan Ahmad ].

Sebelas : MEMBACA SALAM DAN MELAMBAIKAN TANGAN KEPADA WANITA

وَعَنْ أَسْمَاَء بِنْتِ يَزِيْدَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مَرَّ فِي المَسْجدِ يَوْماً ، وَعُصْبَةٌ مِنَ النِّسَاءِ قُعُوْدٌ ، فَأَلْوَى بِيَدِهِ بِالتَّسْلِيْمِ . رَوَاهُ التِّرْمِذِي
Dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari melewati masjid, sementara sekelompok perempuan sedang duduk-duduk. Maka, beliau melambaikan tangannya dengan (mengucapkan) salam. (HR. Tirmidzi).

Keduabelas : MEMAKAI PAKAIAN YANG MEMBUKA AURAT SPEERTI PAKAIAN KETAT, TIPIS DAN MENAMPAKKAN ANGGOTA TUBUH KARENA ITU PAKAIAN AHLI NERAKA

Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).

Menurut https://sumsel.kemenag.go.id pengertian hadist ini tentang wanita berpakain tetapi telanjang adalah :

Makna pertama : wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.

Makna kedua : wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.

Makna ketiga : wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.

Makna keempat : wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang.

Apalagi karena mode dan desain pakaian INDAH tetapi menimbulkan dosa bagi pemakainya dan orang lain yang bertemu dengannya.

LARANGAN MEMBERI SALAM DENGAN ISYARAT JARI TANGAN

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا لاَ تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلاَ بِالنَّصَارَى فَإِنَّ تَسْلِيمَ الْيَهُودِ الإِشَارَةُ بِالأَصَابِعِ وَتَسْلِيمَ النَّصَارَى الإِشَارَةُ بِالأَكُفِّ
Artinya : “Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang tasyabbuh (menyerupai) pada selain kami. Janganlah tasyabbuh (meniru) pada Yahudi dan Nashrani. Ingatlah, salamnya orang Yahudi dengan isyarat jari, sedangkan salamnya orang Nashrani degan isyarat telapak tangan.” (HR. Tirmidzi).

Dari uraian di atas, sulit mengubah tradisi apalagi setiap lebaran yang dibudayakan adalah ucapan SELAMAT IDULFITRI sebagai suatu budaya silaturahmi, tetapi alangkah baiknya bila diisi dengan doa terbaik “تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك” dan isilah kegiatan idulfitri dengan amal sholeh diantaranya membaca takbr, tahmid, dan tasbih serta saling bersilaturahmi terutama terhadap karib dan kerabat serta rekan kerja yang selama ini bergaul tentunya ada kesalahan dan dosa yang perlu saling memaafkan.

Dan bagi yang berjauhan, seperti lebaran di rantau maka dapat menggunakan medsos untuk bersilaturahmi tetapi jangan hanya sekedar berkirim ucapan dan video, sementara TIDAK ADA TEGUR SAPA, artinya bersilaturahmi dengan medsos bukan sekedar berkirim pesan dan video, tetapi hendaklah ada PERCAKAPAN yang menandakan orang yang disapa benar ada silaturahminya.

Sukabumi, (Minggu, 30 Maret 2025)

Penulis berprofesi sebagai Notaris dan PPAT serta dosen dan pendakwah

Pos terkait