Oleh : Eddy Yatman
Pada suatu waktu di suatu zaman, di sebuah tempat yang bonafide dan prestisius, Raja Kerajaan Masapahit mengadakan acara bernama retret. Semua perangkat kerajaan, mulai dari pusat hingga ujung, diwajibkan hadir. Anehnya, untuk kala itu, mantan perangkat kerajaan pun wajib hadir, kendati mereka sudah uzur-uzur.
Selain Raja, sejumlah hulubalang tampil memberikan pengarahan. Sesuai dengan hierarki, pada sesi kedua dimajukanlah Raja Muda untuk memberi arahan. Karena ia masih muda, tim sibuknya membuatkan judul yang menggelitik untuknya, yaitu “Kumpul Ceria Pensiunan Tua”.
Entah gara-gara judul itu atau tidak, yang hadir ternyata hanya para lansia. Usia mereka 80-90 tahun. Tapi, background pendidikan mereka tak tanggung-tanggung: S-1 hingga S-3. Ada pula lulusan luar negeri. Golongan terakhir mereka dari IV-A hingga IV-E. Bahkan, banyak yang bergelar profesor. Dan, ketika masih berdinas, banyak yang memangku jabatan-jabatan strategis.
Satu jam setelah seluruh peserta hadir, Raja Muda muncul bersama rombongannya. Seluruh hadirin berdiri dengan khidmat. Kedua telapak tangan mereka spontan terlipat erat-erat dengan menempel ke “pusaka mahkota” masing-masing.
Berjalanlah Raja Muda dengan gontai menuju kursi VVIP di barisan depan, dengan diiringi rombongannya.
Karena celingak-celinguk dulu ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah, dan ke belakang, cukup lama waktu yang dibutuhkan olehnya untuk berjalan ke kursi VVIP. Akibatnya, lutut para pensiunan itu mulai gemetaran.
Melihat hal itu, pembawa acara merasa tak enak. Karena itu, begitu Raja Muda dan rombongan sampai di kursi VVIP, hadirin langsung dipersilakannya duduk.
Seusai sambutan dari ketua panitia dan sejumlah petinggi terkait, Raja Muda dipersilakan untuk naik ke panggung untuk memberikan arahan. Hadirin diminta berdiri kembali.
Di panggung, celingak-celinguk lagi ia sejenak. Senyum sana, senyum sini, lirik kiri, lirik kanan, lalu merunduk ke bawah seraya menangkap kecoa yang masuk ke dalam sepatunya. Seperti tadi, semua hadirin diam dengan khidmat sambil tetap berdiri.
Sepuluh menit berlalu, barulah hadirin dipersilakan duduk kembali. Raja Muda lalu memulai pidatonya yang fenomenal seperti berikut ini.
“Yang terhormat semua rakyat saya, para-para pensiunin dan pensiunat…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Para muslimin dan muslimat… kafirin dan kafirat…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Ehh… maaf… Maksud saya: para non-muslimin dan non-muslimat…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Para Bapak-bapak dan para Ibu-ibu semua. Malam ini, saya tidak akan memberikan arahan apa-apa…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Karena saya tahu Bapak-bapak dan Ibu-ibu tentu lebih tahu daripada saya dalam menentukan arah…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Misalnya, kalau Bapak-bapak dan Ibu-ibu menyetir mobil dari barat ke timur, tentu mobil Bapak-bapak dan Ibu-ibu mengarah ke timur…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Saya minta semua berdiri.”
Semua hadirin pun berdiri kembali.
“Sekarang kita akan menyanyikan lagu “Di Sini Senang di Sana Senang”. Saya minta semua menyanyi dengan suara lantang dan joget yang hot…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Yang mengikuti perintah saya… saya ulangi… yang mengikuti perintah saya akan saya jamin kesejahteraan hidup keluarganya. Akan saya kirimi sebotol susu segar cair secara rutin ke rumah masing-masing lima tahun sekali…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
Panitia lalu memutarkan lagu Di Sini Senang di Sana Senang diiringi musik yang keras. Semua bernyanyi dengan asyik, dengan suara yang lantang tapi parau serta goyangan yang aduhai.
Di antara semua yang hadir, ada tiga kakek yang menurut Raja Muda goyangan mereka paling hot. Umur mereka 85 tahun. Setelah musik berhenti, Raja Muda memanggil ketiga orang itu ke panggung.
“Para hadirin semua. Beliau bertiga ini adalah yang bersuara paling lantang dan bergoyang paling hot…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
“Sebagai hadiah dari saya, beliau bertiga ini akan saya carikan jodoh yang masih gadis dan cantik-cantik. Kalau ada di antara hadirin yang punya cucu seperti itu, silakan daftar ke saya. Kalau cocok, besok pagi langsung saya nikahkan…”
Semua hadirin bertepuk tangan dengan bergemuruh.
Saking berminatnya menjodohkan cucu mereka dengan ketiga kakek itu, tiga nenek genit, juga berusia 85-an tahun, nekat naik ke atas panggung.
Serentak, mereka memeluk ketiga kakek itu erat-erat. Sambil menciumi dan mencubiti kakek-kakek itu dengan gairah yang membara, mereka berteriak-teriak penuh kegirangan: Calon suami cucukuuu… Calon suami cucukuuu… Duuh, imut-imut semua… Senangnya akuu… Duuh… Senangnya akuuu…”
Tak tahan dicubiti dan diciumi nenek-nenek girang, ketiga kakek itu berlarian dengan tergopoh-gopoh dan tertatih-tatih ke luar gedung.
Karena menggigil menahan lapar lantaran belum ketemu sebutir nasi sejak tadi, yang lain pun ikut berlarian keluar. Raja Muda dan panitia hanya bisa bengong membisu.
***
Sejak esok harinya, sampai tiga bulan ke depan, tak henti-hentinya media, baik tivi, koran, majalah, maupun medsos, memberitakan bahwa Raja Muda telah menyampaikan pidato yang sangat visioner dengan elegan dan oratoris di depan 5.000-an aparat kerajaan, untuk kesejahteraan seluruh rakyat Kerajaan Masapahit.
Jakarta, 21 Februari 2025
Eddy Yatman merupakan seorang akademisi, pengusaha, dan traveler, tinggal di Jakarta