Menu Makan Bergizi Gratis Masih Jauh dari Standar Gizi, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi

Menu Makan Bergizi Gratis Masih Jauh dari Standar Gizi, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi
Menu Makan Bergizi Gratis Masih Jauh dari Standar Gizi, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi

TOPSUMBAR – Pasca diberlakukannya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto pada Senin (6/1/2025), menyasar 600.000 siswa di 26 provinsi, banyak siswa yang mengeluh dengan porsi makanan yang sedikit terutama menu lauk pauk yang diberikan.

Berdasarkan temuan dari BBC News, salah seorang siswa SD Negeri 25 di Kota Palembang, Ibrahim mengaku kurang menyukai lauk ikan yang diberikan, karena rasanya yang aneh dan tidak enak untuk disantap.

Pada hari pertama masuk, bocah sembilan tahun ini disuguhkan dengan MBG berupa nasi, steak ikan, tempe goreng, sayur bunci, dan buah pisang.

Bacaan Lainnya

“Steak ikan di menu ini rasanya aneh, lauknya juga sedikit. Namun, menu lainnya enak dan porsinya juga pas,” ungkapnya dikutip pada Kamis (9/1/2025).

Pada hari kedua, Ibrahim dan teman-temannya mendapatkan menu yang berbeda. Kali ini, menu yang disajikan terdiri dari nasi, ayam, sayur, tahu, dan buah semangka.

Ibrahim, mengaku sangat menikmati hidangan hari ini karena menurutnya rasanya lebih enak dibanding hari sebelumnya.

Namun, ada sedikit kekecewaan yang ia rasakan, karena menu di hari kedua tidak dilengkapi dengan susu.

“Makanannya enak, tapi sayang sekali tidak ada susu. Saya juga berharap lauknya tetap ayam goreng,” ungkapnya dengan antusias.

Senada dengan Ibrahim, Muhammad Uwais, siswa kelas 7 SMPN 19 merasa puas dengan menu hari kedua. Ia mengakui ada beberapa hal yang kurang cocok dengan seleranya.

“Tahunya agak pahit dan nasi yang disediakan sedikit, jadi kurang kenyang. Tapi selain itu, semuanya sudah oke. Semoga nanti ada susu dan lauknya ayam lagi,” ujar Uwais dengan harapan.

Berbeda dengan Ibrahim dan Uwais, Adrian, seorang siswa kelas 6 di SD Negeri 064965 Medan, mengaku senang dengan program makan bergizi gratis yang diadakan di sekolahnya.

Bocah laki-laki ini merasa tidak perlu repot membawa bekal dari rumah, dan hidangan yang disajikan menurutnya cukup memuaskan.

“Masakannya enak dan porsinya banyak,” ujar Adrian, yang baru pertama kali merasakan adanya program semacam ini di sekolahnya.

Pada hari kedua, Adrian dan teman-teman sekelasnya menikmati menu yang terdiri dari nasi, ayam goreng tepung, sayur wortel, dan buah.

Hidangan tersebut disajikan dalam piring persegi berbahan stainless steel yang membuatnya terlihat rapi dan higienis.

Meskipun sebagian besar siswa merasa puas dengan sajian yang ada, Adrian berharap menu di hari-hari berikutnya bisa lebih bervariasi.

“Kalau menunya sering berganti, anak-anak pasti lebih semangat makan dan bisa mendapatkan gizi yang lebih beragam,” harapnya dengan antusias.

Sementara itu, di SMP Negeri 12 Kota Semarang, seorang siswa bernama Sabrina terlihat kurang puas dengan menu makan siang yang disajikan, terutama pada lauk tahu dan sayur yang dianggapnya kurang memadai.

“Saya tidak makan tahunya karena memang tidak suka. Secara keseluruhan, ayamnya enak, dan sayurnya cukup, tapi porsinya terlalu sedikit. Harusnya wortelnya ditambahkan,” ungkap Sabrina.

Meski begitu, Sabrina tidak mempermasalahkan ketiadaan susu dalam menu tersebut. Ia berharap penyelenggara bisa memperhatikan variasi dan jumlah porsi sayur di hari-hari berikutnya agar lebih memuaskan bagi siswa.

Menanggapi polemik tersebut, Pemeriksa Gizi, Muhammad Shidqi mengungkapkan bahwa dari enam jenis menu yang disajikan dalam program MBG, hanya satu yang memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2019.

Aturan ini menetapkan kebutuhan kalori untuk anak usia sekolah dasar sebesar 500-700 kalori, yang harus mencakup unsur karbohidrat, protein nabati dan hewani, lemak, serta buah dalam satu porsi.

Menu yang memenuhi standar terdiri dari nasi, telur dadar, sayur tahu tumis, dan susu coklat, dengan total 645 kalori dan 17 gram protein.

Sebaliknya, menu lain seperti nasi, fuyunghai, dan tumis tempe wortel hanya mencapai 415 kalori, jauh di bawah standar.

Pengamat kesehatan dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (Cisdi), Diah Saminarsih, menyebutkan bahwa masalah ini harus segera dievaluasi.

“Jika dibiarkan, bahan makanan dan anggaran yang sudah dialokasikan akan terbuang sia-sia,” ujarnya.

Sebanyak 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dijadikan dapur umum untuk menyediakan makanan bergizi.

Shidqi juga menyoroti takaran yang tidak sesuai pedoman “Isi Piringku”.

“Rata-rata porsi nasi terlalu banyak dibandingkan lauk dan sayur yang sedikit. Anak-anak butuh serat dari sayur, dan komposisi ini harus diatur dengan lebih baik,” tuturnya.

Selain itu, ia menyarankan agar menu disesuaikan dengan kebutuhan anak, termasuk memperhatikan alergi terhadap telur dan ikan. Lauk seperti daging ayam atau sapi dapat menjadi alternatif.

Sementara itu, Prita Laura, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, mengatakan bahwa program MBG sudah sesuai dengan tujuan pemerintah, meskipun diakui masih membutuhkan banyak perbaikan.

“Program ini sangat kompleks. Temuan di lapangan akan kami jadikan acuan untuk memperbaiki SOP. Namun, mari kita dukung dan perbaiki bersama-sama,” katanya.

(HR)

Dapatkan update berita terbaru dari  Topsumbar. Mari bergabung di Facebook  Topsumbar News Update, caranya klik link https://facebook.com/updatetopmedia kemudian ikuti. Anda harus instal aplikasi Facebook terlebih dulu di ponsel

Pos terkait