Gunung Marapi Tetap Level Waspada, Ini Penjelasan Lengkap Kepala Badan Geologi KESDM

TOPSUMBAR – Gunung Marapi (2891 mdpl) secara administratif terdapat di dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat tetap level II (Waspada).

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc, melalui laporan tertulis nomor 16.Lap/GL.03/BGL/2025, tanggal 5 Januari 2025.

Laporan bertajuk evaluasi periode 16 – 31 Desember 2024 itu ditujukan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Sumatera Barat, Walikota Bukittinggi, Walikota Padang Panjang, Bupati Tanah Datar, dan Bupati Agam.

Berikut Muhammad Wafid menyampaikan hasil evaluasi  perkembangan aktivitas Gunung Marapi periode 16 – 31 Desember 2024.

Ia menjelaskan, pengamatan visual, secara visual Gunung Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi sekitar 100-500 meter di atas puncak.

“Teramati erupsi/letusan dengan tinggi kolom abu 500 meter di atas puncak, kolom abu berwarna kelabu. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, dan barat. Suhu udara sekitar 15,9-23,9°C,” jelasnya.

Kemudian, pengamatan instrumental terkait data kegempaan didominasi oleh gempa tektonik jauh dimana dalam dua minggu terakhir terekam 3 kali gempa Letusan/Erupsi, 21 kali gempa hembusan, 5 kali gempa vulkanik dangkal, 17 kali gempa vulkanik dalam, 30 kali gempa tektonik lokal, 52 kali gempa tektonik hauh, dan tremor menerus dengan amplitudo 0.5 mm.

“Dalam dua minggu terakhir tiltmeter Stasiun Batupalano memperlihatkan grafik dengan slope yang kecil atau relatif mendatar, baik pada sumbu tangensial maupun radial,” tuturnya.

Selanjutnya, evaluasi tngkat aktivitas Gunung Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak tanggal 1 Desember 2024 pukul 15:00 WIB.

Pada tingkat aktivitas Level II (Waspada), perkembangan aktivitas Gunung Marapi sampai 31 Desember 2024 sebagai berikut:

Secara visual aktivitas Gunung Marapi masih bersifat fluktuatif dimana pada dua minggu terakhir ini mengalami peningkatan kembali bila dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya. Aktivitas hembusan dan letusan teramati dengan tinggi maksimum 500 meter di atas puncak.

Gempa letusan/erupsi masih terekam dan sedikit meningkat, namun secara jumlah masih tergolong rendah.

Gempa hembusan, gempa vulkanik (VA dan VB), dan gempa tektonik lokal juga meningkat bila dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya. Peningkatan kegempaan ini dipandang sebagai fluktuasi.

Kemudian, energi seismik yang tercermin dari RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) berada di atas normal (baseline) namun dengan kecenderungan menurun.

“Dalam rentang waktu dua minggu terakhir, nilai dv/v (variasi kecepatan seismik) G. Marapi cenderung mengalami kenaikan, yang diinterpretasikan penurunan tekanan (stress) pada tubuh gunungapi. Sementara nilai koherensi masih memperlihatkan terganggunya kondisi kestabilan medium bawah permukaan (di dekat permukaan) tubuh Gunung Marapi,” paparnya..

Seterusnya, data deformasi tiltmeter saat ini relatif mendatar, namun secara jangka panjang memperlihatkan kecenderungan deflasi (pengempisan) pada tubuh gunungapi.

Lalu, laju emisi (fluks) gas SO2 G. Marapi dari satelit sentinel jarang terdeteksi. Terakhir terukur 7 ton/hari pada 28 Desember 2024. Laju emisi gas ini tergolong sangat rendah yang mencerminkan aktivitas Gunung Marapi saat ini dominan berupa degassing (pelepasan gas).

“Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan maka secara umum aktivitas Gunung Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan meningkat dalam waktu dua minggu terakhir. Potensi terjadinya letusan masih tetap ada, namun berdasarkan data pemantauan sampai saat ini kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti Desember 2023,” imbuhnya.

Lebih jauh dijelaskan Muhammad Wafid, terkait erupsi/letusan dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi tekanan (energi) dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan berada di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek), terutama di sekitar area puncak Gunung Marapi.

Demikian juga abu erupsi dapat berpotensi mengganggu saluran pernapasan dan penerbangan, yang penyebarannya mengikuti arah dan kecepatan angin.

Adapun material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.

“Aliran atau banjir lahar dapat terjadi pada lembah/bantara/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi, sehingga hal ini harus tetap diwaspadai. Di area kawah/puncak Gunung Marapi juga terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2,” terangnya.

Terakhir Muhammad Wafid menjelaskan, berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 1 Januari 2025 maka tingkat aktivitas Gunung Marapi tetap pada Level II (Waspada) dengan rekomendasi sebagai berikut:

1. Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) G. Marapi.

2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar tetap mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

3. Jika  terjadi  hujan  abu  maka  masyarakat  diimbau  untuk  menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA).

4. Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.

5. Pemerintah  Daerah  Kota  Bukittinggi,  Kota  Padang  Panjang,  Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung atau dengan Pos  Pengamatan  G.  Marapi  di  Jl.  Prof.  Hazairin  No.168 Bukittinggi  untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas G. Marapi.

6. Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi G. Marapi melalui website Badan Geologi https://geologi.esdm.go.id, website PVMBG https://vsi.esdm.go.id, website Magma Indonesia https://magma.esdm.go.id, aplikasi Magma Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore, atau melalui media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram @pvmbg_).

“Tingkat aktivitas Gunung Marapi akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan,” tutupnya.

(AL)

Pos terkait