Cuaca Buruk, 75 Ton Ikan Keramba di Danau Maninjau Mati Mendadak

Cuaca Buruk, 75 Ton Ikan Keramba di Danau Maninjau Mati Mendadak
Cuaca Buruk, 75 Ton Ikan Keramba di Danau Maninjau Mati Mendadak (Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra).

TOPSUMBAR – Belasan pembudidaya ikan di Danau Maninjau kembali mengalami kerugian besar setelah ikan-ikan dalam keramba jaring apung (KJA) mati massal akibat kekurangan oksigen.

Diduga kejadian ini dipicu oleh cuaca buruk yang melanda wilayah sekitar danau beberapa pekan terakhir.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Agam, Rosva Deswira, mengungkapkan bahwa hingga saat ini jumlah ikan yang mati mencapai 75 ton.

Bacaan Lainnya

Kematian ikan ditemukan di lima jorong yang tersebar di dua nagari, yakni Tanjung Sani dan Bayua.

“Puluhan ton ikan yang mati ini berasal dari berbagai ukuran. Lokasinya tersebar di Jorong Lubuak Anyia, Banda Tangah, dan Lubuak Kandang di Nagari Bayua. Sedangkan di Nagari Tanjung Sani terdapat di Jorong Pantas dan Muko Jalan,” ujar Rosva, dikutip dari AMCNews pada Selasa (21/1/2025).

Menurut Rosva, kejadian ini dialami petani KJA sejak 13 Januari 2024, sehari setelah wilayah sekitar danau diterjang angin kencang.

Di Nagari Bayua, kematian ikan mencapai 25 ton yang dimiliki oleh 12 petani. Sementara itu, di Nagari Tanjung Sani, jumlah ikan yang mati sekitar 50 ton dari 136 petak keramba milik 23 petani.

Rosva memprediksi kerugian akibat insiden ini mencapai Rp 1,875 miliar, berdasarkan harga ikan di tingkat petani sebesar Rp 25 ribu per kilogram.

“Sebelum mati, ikan-ikan tersebut menunjukkan tanda-tanda seperti pusing atau ‘maangai’ ke permukaan air. Ini menunjukkan bahwa ikan kekurangan oksigen di dasar danau,” jelasnya.

Fenomena kematian massal ini, tambah Rosva, disebabkan oleh proses pembalikan massa air atau upwelling, yang dipicu oleh cuaca buruk berupa hujan deras dan angin kencang.

Kondisi ini menyebabkan zat-zat berbahaya dari dasar danau naik ke permukaan, sehingga mencelakai ikan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

“Angin kencang bisa memicu pembalikan massa air. Akibatnya, zat-zat beracun dari dasar danau naik, membuat ikan kehilangan keseimbangan dan akhirnya mati,” kata Rosva.

Ia mengimbau para pembudidaya untuk segera mengangkat bangkai ikan dan menguburkannya di darat agar tidak mencemari danau.

Selain itu, ia menyarankan pembudidaya untuk lebih cepat memanen ikan atau memindahkannya ke kolam penampungan jika cuaca buruk melanda.

DKPP Agam sebelumnya telah mengeluarkan surat edaran bernomor 500.5.3.3/435/DKPP/2024 pada 21 November 2024 kepada nagari di sekitar danau.

Surat tersebut berisi peringatan mengenai potensi cuaca ekstrem dan langkah-langkah pencegahan kematian ikan.

“Kami telah memberikan imbauan kepada wali nagari dan camat agar masyarakat lebih waspada terhadap cuaca ekstrem yang dapat memicu kematian ikan. Antisipasi ini penting untuk meminimalkan kerugian,” pungkas Rosva.

(HR)

Dapatkan update berita terbaru dari  Topsumbar. Mari bergabung di Facebook  Topsumbar News Update, caranya klik link https://facebook.com/updatetopmedia kemudian ikuti. Anda harus instal aplikasi Facebook terlebih dulu di ponsel

Pos terkait