TOPSUMBAR – Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan, memberikan sejumlah catatan penting terkait pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah.
Menurutnya, program ini harus dimanfaatkan sebagai katalisator untuk memperkuat sektor pangan lokal sekaligus mewujudkan kemandirian pangan nasional.
“Program makan bergizi gratis merupakan langkah positif untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, khususnya kelompok rentan. Namun, program ini sebaiknya tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, melainkan harus mampu memperkuat produksi pangan lokal menuju swasembada secara bertahap,” ujar Johan dikutip dari Parlementaria, Kamis (9/1/2025).
Johan juga menyoroti keputusan pemerintah mengimpor 200 ribu sapi dari Brasil sebagai bagian dari dukungan untuk program ini.
Menurutnya, ketergantungan pada impor bahan pangan yang dapat berdampak negatif, seperti membebani anggaran negara dan rentan terhadap gangguan pasokan global.
“Ketergantungan pada impor adalah solusi instan yang tidak berkelanjutan. Fluktuasi harga global dan risiko krisis pangan internasional bisa menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan program ini,” tegas politisi Fraksi PKS tersebut.
Sebagai mitra kerja Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Johan menyampaikan beberapa rekomendasi strategis untuk memastikan Program MBG dapat menjadi bagian dari langkah nyata menuju kemandirian pangan.
Ia mendorong penguatan sektor peternakan lokal melalui subsidi bagi peternak kecil, perbaikan distribusi pakan, dan pengembangan peternakan modern berbasis komunitas.
Johan juga menyarankan diversifikasi sumber protein, seperti ikan, ayam, dan kambing, agar tidak bergantung pada sapi sebagai satu-satunya sumber protein utama.
Selain itu, Johan juga mengingatkan pentingnya pembangunan infrastruktur pendukung seperti cold storage, sistem irigasi, dan fasilitas produksi pakan.
Ia meminta pemerintah dapat memperkenalkan teknologi modern guna meningkatkan efisiensi peternakan di dalam negeri.
Johan mengusulkan kebijakan perlindungan pasar lokal melalui tarif dan kuota impor yang ketat agar peternak lokal tidak kalah bersaing dengan produk impor.
Sebagai upaya jangka panjang, Johan mengajak pemerintah untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi pangan lokal yang beragam, seperti ikan air tawar dan unggas, sebagai bagian dari pola makan sehat.
“Jika program ini hanya bergantung pada impor, dampaknya akan menjadi pedang bermata dua: membantu masyarakat dalam jangka pendek, tetapi melemahkan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang,” kata Johan.
Ia berharap pemerintah dapat menjadikan Program MBG sebagai momentum untuk membangun sistem pangan yang kuat, berkelanjutan, dan mandiri.
“Dengan sumber daya manusia dan alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai swasembada pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.
(HR)
Dapatkan update berita terbaru dari Topsumbar. Mari bergabung di Facebook Topsumbar News Update, caranya klik link https://facebook.com/updatetopmedia kemudian ikuti. Anda harus instal aplikasi Facebook terlebih dulu di ponsel