TOPSUMBAR – Status Gunung Marapi turun dari level III (Siaga) ke level II (Waspada).
Penurunan status level itu disampaikan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc, melalui siaran pers tertulis Nomor : 228.Lap/GL.03/BGL/2024 , Jakarta, Minggu 1 Desember 2024.
“Tingkat aktifitas Gunung Marapi, Sumatera Barat diturunkan dari level III (Siaga) ke level II (Waspada), pada tanggal 1 Desember 2024 pukul 15:00 WIB,” ujar Muhammad Wafid A. N.
Ia menyebutkan, penurunan status level ini juga disampaikan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Sumatera Barat, Walikota Bukittinggi, Walikota Padang Panjang, Bupati Tanah Datar dan Bupati Agam.
Serta ditembuskan kepada, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.
Kemudian kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Perhubungan,
Seterusnya kepada, Panglima TNI, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Panglima Kodam I Bukit Barisan, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, dan Kepala Bandara Internasional Minangkabau, Padang.
Berikut Muhammad Wafid A. N menyampaikan evaluasi tingkat aktivitas Gunung Marapi
Ia menjelaskan, Gunung Marapi secara administratif terdapat di dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Puncak tertinggi gunungapi ini berada pada koordinat 0o 22’ 47,72” LS – 100o 28’ 16,71” BT (2891 mdpl).
Aktivitas Gunung Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi Marapi yang berada di Jl. Prof. Hazairin No. 168 Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat.
Gunung Marapi termasuk sering mengalami erupsi. Sejak tahun 1807 erupsi memiliki masa istirahat terpendek kurang dari 1 tahun dan terlama 17 tahun (rata-rata istirahat 3,5 tahun).
Karakter erupsi Gunungapi Marapi bersifat eksplosif dan juga efusif. Sejak awal tahun 1987 sampai sekarang erupsinya bersifat eksplosif yang berpusat di Kawah Verbeek.
Aktivitas erupsi eksplosif biasanya disertai dengan suara gemuruh dengan produk erupsi dapat berupa abu, pasir, lapili dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik.
Periode erupsi terakhir dimulai sejak terjadinya erupsi/letusan utama pada 3 Desember 2023 pukul 14:54 WIB yang menghasilkan tinggi kolom abu sekitar 3000 meter di atas puncak (5891 mdpl) dan disertai dengan aliran piroklasik ke arah barat laut dengan jarak luncur sejauh 3 km dari puncak.
“Pascaerupsi utama, rangkaian erupsi/letusan secara tidak kontinyu masih berlanjut hingga tahun 2024, dan sampai evaluasi ini dibuat, tercatat letusan terakhir pada 29 November 2024,” jelasnya.
Lebih lanjut, dijelaskan, sebagai upaya mitigasi, tingkat aktivitas Gunung Marapi dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) pada tanggal 6 November 2024 pukul 15:00 WIB.
Kemudian dari pengamatan Visual, data pengamatan dalam satu minggu terakhir (23 – 30 November 2024) secara visual gunungapi Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dengan tinggi sekitar 100-150 meter di atas puncak.
“Terjadi dua kali erupsi/letusan pada 29 November 2024 namun tinggi dan warna kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut/awan. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, dan barat. Suhu udara sekitar 16,8-25,1°C,” tuturnya.
Selanjutnya, dari pengamatan instrumental, data kegempaan dalam rentang waktu 23 – 30 November 2024 didominasi oleh gempa Hembusan, sedangkan gempa Erupsi/Letusan terekam sangat jarang.
Data gempa selengkapnya adalah terekam 2 kali gempa Letusan, 44 kali gempa Hembusan, 7 kali gempa Vulkanik Dangkal, 12 kali gempa Vulkanik Dalam, 18 kali gempa Tektonik Lokal, 19 kali gempa Tektonik Jauh, dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-2 mm (dominan 1 mm).
“Dari awal November 2024 grafik tiltmeter Stasiun Batupalano cenderung mendatar terutama pada sumbu tangensial,” imbuhnya.
Wafid juga menjelaskan, berdasarkan evakuasi perkembangan aktivitas Gunung Marapi sampai dengan 1 Desember 2024 adalah sebagai berikut:
1. Secara visual aktivitas Gunung Marapi bersifat fluktuatif dimana pada minggu ini masih cenderung melanjutkan penurunan.
Aktivitasnya didominasi oleh hembusan dengan tinggi asap yang teramati maksimum 150 meter di atas puncak. Erupsi yang terjadi tidak teramati secara visual karena tertutup kabut/awan, namun jangkauan lontaran material letusan diperkirakan jatuh di sekitar area kawah.
2. Gempa Letusan/Erupsi masih terekam namun dengan jumlah yang sangat jarang dan cenderung menurun. Gempa Hembusan juga masih melanjutkan penurunan.
Aktivitas kedua jenis gempa ini sebagai manifestasi dari pelepasan energi dari adanya fluktuasi gempa vulkanik terutama Vulkanik Dalam (VA) yang berkaitan dengan pasokan/intrusi magma dari kedalaman.
Pada minggu ini gempa Vulkanik Dalam menurun kembali bila dibandingkan dengan satu minggu sebelumnya dan untuk gempa Tektonik Lokal di sekitar Gunung Marapi masih aktif terjadi yang bisa jadi berkaitan dengan dinamika dari intrusi magma.
3. Pada awal Oktober 2024 terjadi peningkatan gempa Vulkanik Dalam (VA) yang kemudian disusul oleh peningkatan gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan penurunan nilai dv/v (variasi kecepatan seismik) dan koherensi di akhir Oktober 2024.
Saat ini nilai dv/v berada di sekitar nol yang mengindikasikan bahwa tekanan pada tubuh gunungapi berkurang, serta nilai koherensi sudah naik kembali yang mencerminkan kondisi medium lebih stabil meskipun belum kembali ke keadaan normal (koherensi bernilai 0,9).
4. Saat ini energi seismik yang tercermin dari RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) berfluktuasi di sekitar baseline.
5. Dari awal November 2024 grafik tiltmeter Stasiun Batupalano cenderung mendatar terutama pada sumbu tangensial yang mengindikasikan relatif tidak ada perubahan deformasi pada tubuh gunungapi baik inflasi maupun deflasi.
6. Dari citra InSAR satelit Sentinel 1 Gunung Marapi memperlihatkan tidak ada anomali deformasi pada periode waktu 15-27 November 2024.
7. Laju emisi (fluks) gas SO2 G. Marapi dari satelit Sentinel terukur dengan kuantitas yang tergolong rendah. Terakhir terukur 57 ton/hari pada tanggal 24 November 2024.
Hal ini mencerminkan aktivitas Gunung Marapi saat ini dominan berupa degassing (pelepasan gas) dengan kandungan gas magmatik SO2 yang tergolong rendah.
“Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan maka secara umum aktivitas Gunung Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan menurun terutama dalam waktu satu minggu terakhir,” jelasnya.
Wafid juga menyebutkan, potensi terjadinya letusan masih tetap ada, namun berdasarkan data pemantauan sampai saat ini kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti Desember 2023.
“Erupsi/letusan dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi energi dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan berada di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek), terutama di sekitar area puncak Gunung Marapi,” sebutnya.
Kemudian, untuk abu erupsi dapat berpotensi mengganggu saluran pernapasan dan penerbangan, yang penyebarannya mengikuti arah dan kecepatan angin.
Disamping itu material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.
Aliran atau banjir lahar dapat terjadi pada lembah/bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi, sehingga hal ini harus tetap diwaspadai.
Di area kawah/puncak G. Marapi juga terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S.
“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka terhitung dari tanggal 1 Desember 2024 pukul 15:00 WIB tingkat aktivitas Gunung Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada), dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi/ancaman bahaya terkini,” terangnya.
Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Marapi pada LEVEL II (WASPADA), maka direkomendasikan:
1. Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) G. Marapi.
2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar tetap mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
3. Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA).
4. Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
5. Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukittinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas Gunung Marapi.
6. Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi melalui website Badan Geologi https://geologi.esdm.go.id, website PVMBG https://vsi.esdm.go.id, website Magma Indonesia https://magma.esdm.go.id, aplikasi Magma Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore, atau melalui media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram @pvmbg_).
“Tingkat aktivitas Gunung Marapi akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan,” pungkasnya.
“Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. a.n. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kepala Badan Geologi,” tutup Muhammad Wafid A. N.
(AL)