Prahara Kisah dan Gelisah Anak Rajin Ibadah Tetapi Durhaka Kepada Orangtua

Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M. Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Pembaca TOP SUMBAR yang dirahmati Allah SWT

Marilah kita selalu ingat dan berzikir dalam segala keadaan karena Roh untuk bekal hidup adalah TITIPAN ALLAH pada tubuh, ketika roh diambil maka tubuh akan tak ada harga dan nilai sama sekali karenanya DIKUBURKAN, sebab jika roh hilang dari badan maka TUBUH AKAN MEMBUSUK dan melebur dengan tanah.

Selawat dan salam pada nabi kita kekasih Allah SWT, semoga kita diberi safaat dan pertolongan didunia dan akhirat.

Menjadi fenomena dan bahkan viral seorang anak yang rajin ibadah terlihat kasat mata adalah ANAK SHOLEH DAN SHOLEHAH karena pakaiannya, karena hafidz alquran, karena rajin salat dan sopan kepada orang lain tetapi dibalik itu semua ada hura-hura kata dan perilaku anak dirumah terutama kepada orangtua dan saudaranya yang menjadikannya DURHAKA.

Hal ini TIDAK AKAN TERSOROT KAMERA DAN PENDUKUNG SERTA PEMUJA TOKOH tidak akan tahu, yang tahu adalah KELUARGA, TETANGGA DAN ORANG DEKAT.

Maka pada kajian kali ini kita akan membahas tentang perkataan dan perbuatan dibalik kisah fenomena anak sholeh tetapi berlaku durhaka, sebab ukuran sholeh hari ini berbeda dengan semestinya, maka alat ukur sholeh dan tidaknya seseorang ukuran dan standar utama adalah APAKAH DIA ANAK BERBHAKTI KEPADA ORANGTUA ATAU DURHAKA?

Wahai anak jika tidak dilahirkan oleh IBU engkau tidak akan ada di dunia ini, wahai anak jika bapakmu tidak menikah dengan ibumu maka engkau tidak akan ada didunia ini, jika bukan ibu yang mengandung, menyapih dan membesarkan engkau tidak akan ada didunia ini, maka sudah sepantasnya Ibumu menjadi orang pertama yang engkau berikan bhakti atas usia dan waktu hidupmu.

BERSYUKUR KEPADA ALLAH ITU ADALAH BERBANDING SAMA DENGAN BERBHAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA

Artinya: Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. (surah Al-Luqman ayat 14).

BERBHAKTI KEPADA IBU ADALAH 3 BERBANDING 1 DENGAN BHAKTI KEPADA BAPAK

Persoalan berbuat baik kepada orangtua TIDAKLAH SAMA bhaktinya, artinya tidaklah sama kebaikan kepada Ibu dengan kebaikan kepada bapak, tetapi sering ini SALAH KAPRAH dan seorang anak TIDAK PAHAM bahkan ORANGTUA BANYAK YANG TIDAK PAHAM tentang bakti kepada orangtua tidak boleh di BEDA-BEDAKAN, bahkan ada orangtua yang merasa HARUS SAMA ATAU ADA BAPAK YANG MENJAUHKAN ANAK DARI IBUNYA DAN SEBALIKNYA, atau MERAMPAS KASIH SAYANG ANAK SEUTUHNYA sehingga anak menjauhi ibunya?

Maka dalam urusan bhakti dan kasih sayang itu DIATUR OLEH ALLAH SWT yaitu 3 kali bhakti kepada IBU dan 1 kali kepada Bapak, artinya jika sama-sama memerlukan maka PENUHILAH PANGGILAN IBU LEBIH DULU BUKAN PANGGILAN BAPAK atau jika IBU MELARANG UNTUK urusan kepada BAPAK maka selama itu alasannya adalah bhakti maka IBU yang harus idengarkan dan diikuti.

Sebagaimana hadist Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu bertanya: “Wahai Rasûlullâh, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perbuatan kebaikanku ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa ?” Beliau menjawab, “Bapakmu”. [HR Al-Bukhâri dan Muslim].

JANGAN SIA SIAKAN ORANGTUA SELAGI MASIH HIDUP KARENA RIDHO ALLAH TERGANTUNG PADA RIDHO ORANGTUA

Sebagaimana hadist: ”Keridaan Tuhan tergantung keridaan orang tua dan kemurkaan Tuhan tergantung kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari).

Bahkan bhakti ke orangtua adalah SYORGA DAN NERAKANYA SEORANG ANAK, sebagaimana ahdist: “Kedua orangtua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orangtua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orangtua kalian” (HR. Tirmidzi).

CONTOH PERBUATAN DAN PERKATAAN DURHAKA

Pertama:
MEMBENTAK DAN BERKATA NADA TINGGI KE ORANGTUA ATAU DENGAN BERKATA  “AH” YANG MENYAKITI HATI ORANGTUA.

Menurut https://id.wiktionary.org/wiki/ah arti kata AH adalah ”kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: ah, jangan marah dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil”.

Sedangkan menurut kamus dalam  https://kbbi.web.id/ah arti kata AH adalah menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: , jangan marah dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya , mengapa itu yang kau ambil. Maka termasuk SIKAP DURHAKA sebagaimana dalam alquran: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya PERKATAAN “AH” DAN JANGANLAH KAMU MEMBENTAK MEREKA DAN UCAPKANLAH KEPADA MEREKA PERKATAAN YANG MULIA. (Surat Al-Isra ayat 23).

Kedua
MEMBUAT ORANGTUA BERSEDIH/ MENANGIS

Sebagaimana hadist dari Abdullah bin Umar bersabda: “Membuat tangisnya kedua orangtua adalah termasuk durhaka kepadanya.” (HR Bukhari).

Ketiga
MEMBUAT ORANGTUA MARAH

Sebagaimana hadist: ”Dan, barangsiapa pagi-pagi membuat marah kedua orangtuanya maka baginya dua pintu yang terbuka menuju neraka, dan jika ia sore-sore berbuat demikian maka baginya seperti itu dan kalau orangtua seorang maka ia mendapatkan satu pintu meskipun keduanya menganiaya, meskipun keduanya menganiaya, meskipun keduanya menganiaya.” – (HR Baihaqi).

Keempat
MENCELA ORANGTUA/MELECEHKANNYA DENGAN CARA MENCELA ORANGTUA ORANG LAIN

Sebagaimana hadist: ”Termasuk dosa besar, (yaitu) seseorang mencela dua orangtuanya. “Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah orang yang mencela dua orangtuanya?” Beliau SAW menjawab, “Ya, seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain itu mencela bapaknya. Seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain itu mencela ibunya.” – (HR al-Bukhari-Muslim)

Kelima
MENJAUH DARI ORANGTUA DENGAN ALASAN MAU IBADAH DAN BHAKTI KEPADA SUAMI

Meninggalkan orangtua saat memasuki masa tua atau membutuhkan perhatian merupakan bentuk kedurhakaan, walaupun dengan alasan IBADAH LAINNYA, tetapi BHAKTI KE ORANGTUA LEBIH UTAMA

Sebagaimana hadist: ”Dari Abdullâh bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Allâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk hijrah dan jihad, aku mencari pahala dari Allâh.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup ?’ Dia menjawab, “Bahkan keduanya masih hidup.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah kamu mencari pahala dari Allâh ?” Dia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Kalau begitu pulanglah kepada kedua orang tuamu, lalu temanilah keduanya dengan sebaik-baiknya.” [HR Muslim],

Keenam
PERKATAAN DAN PERBUATAN YANG MENYAKITI ORANGTUA SEPERTI :

Membentak orangtua atau berkata Keras dan Kasar,  Mengucapkan perkataan yang menyakiti hati orangtua, Bermuka masam dan cemberut kepada orangtua, Mencela orangtua, Memandang sinis kepada orangtua, Malu menyebut mereka sebagai orangtua, Memerintah orangtua, Memberatkan orangtua dengan banyak permintaan, dan Lebih mementingkan istri daripada orangtua.

Ketujuh
DURHAKA KEPADA ORANGTUA TERMASUK DOSA BESAR

Sebagaimana hadist: “Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah pada hari kiamat adalah syirik, membunuh mukmin tanpa alasan yang benar, lari dari perang ketika melawan kafir, durhaka kepada kedua orangtua, menuduh wanita suci dengan tuduhan perzinahan, mempelajari sihir, memakan harta riba dan memakan harta anak yatim.” (HR Ibnu Hibban).

Kedelapan
ANAK YANG DURHAKA KE ORANGTUANYA KARENA PERILAKU DAYYUTS SEORANG SUAMI ATAU BAPAK

Sebagai bapak atau suami jangan mengira dengan MEMBIARKAN ANAK DAN ISTERI BERBUAT DOSA akan lepas dari hukum Allah SWT, karena bapak akan dimintai tanggungjawab atas kebaikan dan keburukan anak dan isterinya, dan JANGAN BERBANGGA SEORANG BAPAK ATAU SUAMI TAAT sementara anak dan isteri dibiarkan melakukan dosa dan kemaksiatan, maka itu adalah AKAN MENGHIJABKANNYA DARI SYORGA.

Sebagaimana hadist: “Tiga golongan yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pecandu khamr, orang durhaka kepada orangtua, dan orang yang dayyuts,” (HR An-Nasa’i dan al-Hakim).

Pada hadist lain: ”Tiga golongan manusia yang Allah Tabaraka wa Ta’ala mengharamkan surga bagi mereka yaitu pencandu khamr, orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, dan dayyuts atau orang yang membiarkan kefasikan dan kefajiran dalam keluarganya”. (HR.Ahmad).

Kesembilan
DOSA DURHAKA KE ORANGTUA DISEGERAKAN DOSANYA DI DUNIA

Durhaka ke orangtua MEMANG TIDAK KELIHATAN tetapi sikap dan perlakuan anak ke orangtua, dapat menjadi barometer seorang anak durhaka atau bukan? Sehingga belum tentu seorang taat kepada Allah akan taat ke orangtua, bisa saja taat kepada Allah tetapi DURHAKA KE ORANGTUA  kenapa bisa?

Tentu hal durhaka adalah soal perkataan dan perbuatan ke orangtua bukan berbentuk ibadah sebagaimana kepada Allah SWT, sebagaimana hadist  Riwayat Al-Hakim: “Semua dosa diakhirkan balasannya oleh Allah sesuai kehendak-Nya kecuali dosa durhaka kepada orangtua. DIA AKAN MENYEGERAKAN BALASAN TERSEBUT KEPADA PELAKUNYA DI DUNIA SEBELUM KEMATIANNYA.” (HR Al-Hakim).

KISAH SEORANG ANAK DURHAKA YANG HUKUMANNYA DISEGERAKAN ALLAH DENGAN TIDAK BISA MENGUCAPKAN ASMA ALLAH KETIKA SAKARATUL MAUT, DAN SETIAP ANAK DURHAKA AKAN SULIT MELAKUKANNYA

Menurut tulisan  https://islam.nu.or.id bahwa alkasih pernah ada seorang sahabat namanya ‘Alqamah. Ia seorang yang sangat taat kepada Allah, tekun beribadah, tak pernah tertinggal puasa dan shalatnya. Namun, di penghujung hayatnya, ia kesulitan mengucapkan kalimat Lā ilāha illallāh.

Setelah dilaporkan dan ditelusuri oleh Rasulullah SAW, ‘Alqamah masih memiliki seorang ibu yang sudah tua dan hatinya pernah terluka gegara sikapnya. Menurut sang ibunda, ‘Alqamah terlalu LEBIH PERHATIAN DAN LEBIH MEMENTINGKAN ISTRINYA KETIMBANG IBUNYA. Itulah sebabnya, saat sakaratul maut, lidah ‘Alqamah keluar tak bisa mengucap kalimah thayyibah.

Beritanya sampai ke Rasulullah dan Rasul meminta sang Ibu memaafkan Alqomah, karena IBUNYA TAK MAU  beliau sempat meminta para sahabat mengumpulkan kayu bakar untuk membakar ‘Alqamah.

Mendengar demikian, jiwa keibuan ibunda ‘Alqamah pun bangkit dan hatinya pun luluh. Ia merasa tidak tega jika harus melihat jasad sang anak dibakar hidup-hidup di depan mata. Hingga akhirnya ia rela memaafkan ‘Alqamah. Rasulullah SAW menyampaikan kepada sang ibunda, “Duhai ibu, api akhirat jauh lebih pedih ketimbang api dunia.” Setelah dimaafkan, ‘Alqamah pun dengan mudahnya menghembuskan nafas terakhir seraya mengucap kalimah Lā ilāha illallāh.

Sungguh ini pelajaran berharga bagi siapa pun yang masih memiliki sikap buruk kepada orangtuanya. Sekaligus pelajaran bagi siapa pun yang menginginkan kematian husnul khatimah. Hendaklah mengubah sikap buruk kita kepada orangtua, terlebih kepada ibu kita. “Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa karena ia telah menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya,” (HR An-Nasa’i dan Al-Hakim).

Dari uraian di atas, marilah setiap orang karena TIDAK ADA SATUPUN ORANG YANG TIDAK LAHIR DARI RAHIM IBUNYA, walau sudah jadi Bapak, sudah jadi Ibu tetap ada ibu, walau sudah jadi ustad, kyai atau pejabat tetap ada ibu, maka diperintahkan oleh Allah berbhakti kepada Ibu 3 x lebih utama daripada ke bapak dan suami sehingga tidak cukup hanya rajin salat, rajin puasa, rajin baca quran, berpakaian menutup aurat dan berbuat baik kepada semua orang, tetapi harus disertai dengan berbhakti kepada kedua orangtua, jika tidak akan menjadi ANAK SHOLEH YANG DURHAKA, tempatnya adalah di neraka.

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 22 November 2024)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait