TOPSUMBAR – Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), P. Hadi Wijaya menyebutkan aktifitas Gunung Marapi di Sumatera Barat masih stabil.
Hal demikian disampaikan P. Hadi Wijaya sebagai evaluasi aktivitas Gunung Marapi, pada Level II (Waspada) periode 1 – 15 September 2024, Jakarta, (18/9/2024).
Disebutkannya, jika tidak terjadi peningkatan pasokan magma yang signifikan kembali maka erupsi yang dapat terjadi diperkirakan akan berskala kecil dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan berada di sekitar puncak Gunung Marapi atau di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
“Masih terdapat potensi bahaya dari abu erupsi yang dapat mengganggu saluran pernapasan, dan penyebaran abu ini mengikuti arah dan kecepatan angin. Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan,” sebutnya.
“Aliran atau banjir lahar dapat terjadi pada lembah/bantaran/aliran sungai- sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi, sehingga hal ini harus tetap diwaspadai. Di area kawah/puncak Gunung Marapi juga tetap ada potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S,” sambungnya melanjutkan.
Ia menjelaskan, pengamatan secara visual Gunung Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal dan tinggi sekitar 100-300 meter di atas puncak.
“Teramati juga aktivitas erupsi/letusan dengan tinggi 300 meter di atas puncak, kolom asap letusan berwarna kelabu. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut. Suhu udara sekitar 18,4-29,1°C,” jelasnya.
Sedangkan pengamatan instrumental, data kegempaan didominasi oleh gempa Hembusan.
Data gempa selengkapnya terekam 4 kali gempa Letusan/Erupsi, 138 kali gempa Hembusan, 28 kali gempa Vulkanik Dangkal, 22 kali gempa Vulkanik Dalam, 40 kali gempa Tektonik Lokal, 32 kali gempa Tektonik Jauh, dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-2 mm (dominan 1 mm).
“Dalam dua minggu terakhir grafik tiltmeter Stasiun Batupalano masih menunjukkan penurunan baik pada sumbu tangensial maupun radial,” imbuhnya.
Berdasarkan pengamatan tersebut, hasil evaluasi tingkat aktivitas Gunung Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak tanggal 1 Juli 2024 pukul 15:00 WIB.
Pada tingkat aktivitas Level II (Waspada), perkembangan aktivitas Gunung Marapi sampai 15 September 2024 sebagai berikut:
Aktivitas Gunung Marapi secara visual dominan berupa hembusan dengan tinggi asap yang teramati maksimum 300 meter di atas puncak.
Aktivitas erupsi terjadi kembali dengan tinggi kolom asap maksimum yang teramati 300 meter di atas puncak. Secara visual aktivitas Gunung Marapi memperlihatkan sedikit peningkatan.
Gempa-gempa letusan dan hembusan cenderung mengalami sedikit peningkatan. Pasokan/intrusi magma dari kedalaman kembali menunjukkan sedikit peningkatan yang terindikasi dari naiknya gempa vulkanik (VA dan VB) bila dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya.
Gempa Tektonik Lokal di sekitar Gunung Marapi juga masih aktif terjadi secara fluktuatif.
Energi seismik yang tercermin dari RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) masih tergolong rendah dengan fluktuasi di sekitar baseline.
Nilai dv/v (variasi kecepatan seismik) Gunung Marapi sampai 15 September 2024 masih berfluktuasi di sekitar nol yang diinterpretasikan belum terjadi peningkatan maupun penurunan tekanan (stress) pada tubuh gunungapi.
Saat ini koherensi juga masih berada pada nilai yang tinggi yang mencerminkan kondisi medium bawah permukaan (di dekat permukaan) tubuh Gunung Marapi masih pada kondisi normal.
Grafik deformasi tiltmeter dalam rentang waktu jangka panjang (sejak 1 Desember 2023) masih menunjukkan kecenderungan menurun. Sejauh ini proses pengempisan pada tubuh gunungapi masih dominan.
Laju emisi (fluks) gas SO2 G. Marapi dari satelit Sentinel terdeteksi dengan kuantitas yang rendah. Terakhir terukur 28 ton/hari pada tanggal 10 September 2024.
“Hal ini mencerminkan aktivitas Gunung Marapi saat ini dominan berupa degassing (pelepasan gas) dengan kandungan gas magmatik SO2 tergolong rendah,”
Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan maka secara umum aktivitas Gunung Marapi masih relatif stabil. Namun demikian potensi untuk terjadinya erupsi/letusan masih tetap ada sebagai bentuk dari fluktuasi pasokan/intrusi magma dari kedalaman.
Jika tidak terjadi peningkatan pasokan magma yang signifikan kembali maka erupsi yang dapat terjadi diperkirakan akan berskala kecil dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan berada di sekitar puncak Gunung Marapi atau di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
“Masih terdapat potensi bahaya dari abu erupsi yang dapat mengganggu saluran pernapasan, dan penyebaran abu ini mengikuti arah dan kecepatan angin. Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. Aliran atau banjir lahar dapat terjadi pada lembah/bantara/aliran sungai- sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi, sehingga hal ini harus tetap diwaspadai. Di area kawah/puncak Gunung Marapi juga tetap ada potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S,” tuturnya.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 16 September 2024, maka tingkat aktivitas Gunung Marapi tetap pada Level II (Waspada) dengan rekomendasi sebagai berikut:
1. Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) Gunung Marapi.
2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/bantaran/aliran sungai- sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar tetap mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
3. Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA).
4. Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
5. Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukittinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas Gunung Marapi.
6. Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi melalui website Badan Geologi https://geologi.esdm.go.id, website PVMBG https://vsi.esdm.go.id, website Magma Indonesia https://magma.esdm.go.id, aplikasi Magma Indonesia yang dapat diunduh di Google Play Store, atau melalui media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram @pvmbg_).
Tingkat aktivitas Gunung Marapi akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan.
Hasil evaluasi ini ditembuskan ke Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Dalam Negeri, Menteri Perhubungan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan, Panglima TNI, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kepala Badan Geologi, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Kepala Bandara Internasional Minangkabau, Padang.
“Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih,” tutup P. Hadi Wijaya.
(AL)