TOPSUMBAR – Calon Wali Kota Padang Panjang DR. Ir. H. Edwin, Sp., melakukan kunjungan ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Sei Andok, kelurahan Kampung Manggis, kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang, Rabu (18/9/2024).
Menurut Edwin, kunjungannya ke TPAS Sei Andok dilakukan dalam rangka menyerap aspirasi dan informasi dari warga yang tinggal di sekitar TPAS.
“Kita ingin menyerap aspirasi dan mendapatkan informasi langsung dari warga yang tinggal di sekitar TPAS ini,” ujar Edwin kepada Topsumbar.co.id.
Dikatakannya, dalam kunjungan itu dirinya bertemu langsung dengan warga dan mendengar langsung keluhan warga.
“Keluhan utama warga adalah terkait banyaknya lalat-lalat oleh dampak keberadaan TPAS yang menggangu usaha warga, seperti warung, dan lahan pertanian,” kata Edwin.
Bagi warga sendiri dalam pengakuannya, sebut Edwin, apapun yang akan dilakukan pemerintah dalam masalah sampah, warga mendukungnya.
Dalam hal pengendalian dan pengelolaan sampah serta penanganan efek yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri menyangkut aspek ekonomi dan kesehatan warga
Menurut Cap salah seorang warga sekitar TPAS kepada dirinya menyampaikan, dalam hal setiap usaha yang akan dilakukan di Sei Andok akan terkendala selalu dengan keberadaan lalat yang sudah mewabah.
Kemudian dari segi pertanian pun telah mengganggu tanaman yang akan diberdayakan oleh masyarakat itu sendiri.
Disebutkannya dulu ada pertemuan dengan Kepala Dinas Perkim & LH saat lalat ini mewadah dimana dinas terkait akan melakukan penyemprotan dua kali sehari dari jembatan putih sampai TPAS.
Kemudian akan dibuatkan klinik kesehatan kecil untuk mencheck kesehatan warga secara berkala satu bulan satu kali. Namun sayangnya klinik itu sampai sekarang belum ada realisasinya.
Inilah yang menjadi kendala bagi warga karena yang dijanjikan kepada masyarakat tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Ketika ditanyakan adakah dengan banyaknya lalat berdampak bagi kesehatan warga, misalnya penyakit gampang menular dan lain sebagainya.
Menurut Cap, kalau dampaknya secara kesehatan mungkin diperiksa lebih dulu.
Kami warga di sini mungkin sudah tangguh dengan keadaan ini, bukannya kebal, kalaupun kesehatan kami diperiksa atau di opname pasti ketemu juga penyakit.
Dalam hal usaha di satu sisi mungkin ada juga warga kami sebagai pengumpul sampah-sampah plastik terbantu ekonominya.
Tapi dampak yang lainnya bagi usaha-usaha seperti warung, kuliner, dan pertanian warga sangat berdampak langsung.
Lalat itu kalau malam tidurnya kan di tanaman-tanaman yang ada di sini. Lalat itu siang keluar, malamnya tidur di tanaman-tanaman warga.
Jadi dengan keberadaan lalat-lalat itu tentulah mengganggu kepada hasil pertanian yang tidak maksimal hasilnya.
Senada, ibuk pemilik warung di dekat TPAS juga mengeluhkan keberadaan lalat yang berdampak terhadap usahanya. Dimana lalat-lalat itu ikut masuk hinggap ke makanan yang dijual, akhirnya orang enggan berbelanja dan hal itu membuat dagangannya tidak laku.
Selain lalat-lalat juga aroma sampah di malam hari terasa kuat sekali mengganggu penciuman warga, termasuk banyaknya nyamuk efek dari sampah itu sendiri.
Sebagai solusi agar tidak ada lagi dampak dari sampah itu, warga mengusulkan TPAS itu dipindahkan dari lokasi sekarang ini.
“Dulunya TPAS ini ngarai atau jurang, kini sudah berubah jadi bukit sampah. Sepertinya sudah over capacity,'” ujar warga, pungkas Edwin.
(AL)