Tiga Pilar Kepemimpinan  “Tungku Tigo Sajarangan” Bukti Sejarah Penerapan Islam Minangkabau

Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M. Kn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Pembaca Topsumbar yang setia, Khususnya orang minang baik yang ada di kampung halaman maupun di perantaun.

Tentunya sangat BANGGA terlahir dari nenek moyang orang minang, sebab dari penelusuran sejarah yang akan diungkap pada kajian ini adalah tentang KEPEMIMPINAN ORANG MINANGKABAU yang sangat relevan dan sesuai dengan penerapan ajaran Islam.

Salahsatunya dalam pepatah adat minang “Kemenakan barajo ka Mamak, Pangulu barajo ka Mufakat, Mufakat barajo ka nan bana. Bana badiri sandinyo.”

Artinya, semua kepemimpinan ini kembali pada satu hal, yakni “nan bana” atau kebenaran, karena sesungguhnya kebenaran HANYA SATU bersumber dari Allah SWT, manusia HANYA MEMPELAJARI DAN WAJIB MENGAMALKAN.

Jika ada kebenaran yang dibuat sendiri atau disepakati itulah KEBENARAN BUATAN, bak pepatah adat ”KATO DAHULU BATAPATI KATO KUDIAN KATO BACARI” dan orang minang sangat terkenal dengan budaya musyawarahnya bak pepatah “Bulek Aia Dek Pambuluah Bulek Kato Dek Mupakaik Nan Bulek Samo Kito Golongkan Nan Picak Samo Kito Layangkan”.

Arti bahwa kata sepakat itu pada intinya didapat dari hasil perundingan dalam musyawarah.

Kaum muslimin yang dirahmati Alloh SWT.

Masuknya Islam di Provinsi Sumatera Barat menurut https://id.wikipedia.org, orang Minangkabau 99,6% muslim, hal ini berarti bahwa masuknya Islam di Sumatera Barat dapat diterima oleh orang minang, salah satunya dibuktikan dengan penerapan adat istiadat disesuaikan dengan islam yang dikenal dengan “adat basandi syara’ dan syara’ basandi kitabullah, syara’ mangato adat mamakai” (adat berpedoman kepada ajaran islam yang bersumber dari kitabullah (alquran dan hadist). Apa yang diperintahkan dan dilarang agama itulah yang dijadikan adat minangkabau.

Penerimaan islam di Minangkabau ini melahirkan bentuk kepemimpinan ninikmamak dan pemerintahan di inspirasi dari ajaran islam, salahsatunya menurut https://id.wikipedia.org menuliskan bahwa istilah TUNGKU TIGO SAJARANGAN merupakan istilah kepemimpinan di Minangkabau yang dibutuhkan untuk mengatur pemerintahan dan norma yang ada di masyarakat.

Tungku tigo sajarangan terdiri dari pangulu (niniak mamak), ‘alim ulama, dan cerdik pandai (cadiak pandai). Masing-masing memiliki peranan berbeda yang berguna mengatur dan membangun kehidupan warga Minang.

Bila kita orang Minangkabau mengambil makna dari istilah Tungku Tigo Sajarangan terdapat pesan moral bahwa dari manfaat kerjasama TIGA TUNGKU yang sering digunakan untuk memasak sebelum ada kompor maka orang minangkabau menggunakan TUNGKU yang terdiri dari tiga buah batu yang disusun berbentuk segitiga dan ditengahnya diletakkan periuk nasi atau periuk air dan ditengahnya dinyalakan api dengan media kayu, sehingga dari jasa tungku maka orang minang dapat MENANAK NASI DAN MEREBUS AIR.

UNSUR KEPEMIMPINAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN

Pertama
PENGULU/DATUK/NINIK MAMAK

Adalah laki-laki yang dituakan dari sesi umur dan keturunan dan mewariskan sako (gelar adat) dari pendahulunya secara turun temurun untuk melanjutkan garis keturunan untuk memimpin kaumnya.

Pengulu menjadi pemimpin dalam kaumnya atau sukunya terhadap anak kemenakannya serta keluarganya yang padu dalam pepatah adat “ANAK DIPANGKU KAMANAKAN DIBIMBIMBIANG URANG KAMPuANG DIPATENGGANGKAN”.

Sehingga seorang pengulu bukan hanya menjadi pemimpin terhadap diri dan keluarga tetapi terhadap semua masyarakat dan bahkan sangat baik bila pengulu diangkat menjadi pemimpin negeri, seperti zaman dahulu tersebut “PENGULU KEPALA” yang menjadi kepala pemerintahan.

Kedua
ULAMA, adalah tokoh atau orang yang memahami agama yang tahu halal dan haram serta sah dan bathil yang mendatangkan ridho Allah SWT

Rasulullah ﷺ bersabda, ”Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama”. [HR Ad Darimi].

Bahkan perlu DIWASPADAI ada ULAMA SU’, sebagaimana hadist “Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama su’, mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para  penguasa, masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu” [HR al Hakim].

Peringatan Nabi tersebut sesuai dengan hadist dari Sayyidina Anas ra meriwayatkan : “Ulama adalah kepercayaan Rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik terhadap dunia, maka mereka telah mengkhianati para Rasul, karena itu jauhilah mereka.” [HR al Hakim].

Maka menjadi ulama hendaklah TEGUH MEMEGANG ALQURAN DAN SUNNAH agar LURUS JALANNYA PENGUASA.

Ketiga
CERDIK PANDAI

Adalah tokoh atau orang yang berpendidikan akademis dan praktik pengalaman yang bermanfaat untuk kemaslahatan kehidupan orang banyak

Dari Abu Dzar berkata, ”Dahulu saya pernah berjalan bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda, “Sungguh bukan dajjal yang aku takutkan atas umatku.”. Beliau mengatakan tiga kali, maka saya bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah selain dajjal yang paling Engkau takutkan atas umatmu ?”. Beliau menjawab, para TOKOH YANG MENYESATKAN”. [Hr  Ahmad].

Dari ketiga unsur tersebut sering yang jadi ukuran dan standar keterpilihan seseorang menjadi pemimpin adalah karena CERDIK PANDAI nya, sedangkan pribadi Datuk dan Ulama tidak muncul sehingga kurang lengkap kepribadian kepemimpinannanya, atau seorang pemimpin terpilih MENINGGALKAN PERAN ULAMA DAN DATUK juga akan kesulitan dalam menjalankan kepemimpinannya, sehingga di minangkabau pemimpin itu akan berjalan dengan baik apabila MENGGABUNGKAN KETIGA KOMPETENSI KEPEMIMPINAN TERSEBUT.

Selain itu yang menjadi PESAN MORAL dari kepemimpinn Tungku Tigo Sajarangan adalah bahwa suatu kepemimpinan dalam pemerintahan NAGARI/DESA tidak dapat berjalan DENGAN BAIK apabila tidak melibatkan ketiga unsur tersebut. Dengan kata lain dalam menjalankan pemerintahan ketiga unsur tersebut WAJIB BEKERJSAMA dalam menjalankan pemerintahan.

UNSUR KEPEMIMPINAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN MENURUT ISLAM

Allah SWT telah memerintahkan untuk taat kepada tiga unsur yaitu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4] : 59).

Sehingga kepemiminan TUNGKU TIGO SAJARANGAN ADALAH MENOLONG AGAMA ALLAH  sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj [22] : 40).

TAAT KEPADA PEMIMPIN HANYA DALAM KEBAIKAN DAN RIDHA ALLAH, JIKA PEMIMPIN MEMBENARKAN MAKSIAT DAN PERBUATAN DILARANG ALLAH TIDAK ADA KEWAJIBAN MENTAATINYA, KECUALI MENASEHATINYA DAN MENCEGAHNYA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari).

Dengan hadist di atas hendaklah setiap muslim paham dan mengetahui BATASAN KETAATAN KEPADA PEMIMPIN, termasuk mentaati SUAMI bila suami sudah menyuruh berbuat maksiat atau TIDAK LAGI MENTAATI ALLAH dan melakukan yang dilarang Allah maka TIDAK ADA KEWAJIBAN ISTERI untuk mentaatinya sampai SUAMI BERUBAH mentaati Allah dan Rasulullah SAW.

Demikian juga dengan kepemimpinan dalam kehidupan bersamasyarakat DITEMPAT KERJA DAN LINGKUNGAN yang wajib ditaati adalah PERINTAH UNTUK BERBUAT BAIK DAN MELARANG KEMUNGKARAN agar hadir Ridho Allah dan rasull dalam kepemimpinannya.

Abu Said (abdurrahman) bin samurah r.a. Berkata: rasulullah SAW telah bersabda kepada saya : Ya Abdurrahman bin Samurah, jangan menuntut kedudukan dalam pemerintahan, karena jika kau diserahi jabatan tanpa minta, kau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri. Dan apabila kau telah bersumpah untuk sesuatu kemudian ternyata jika kau lakukan lainnya akan lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakan apa yang lebih baik itu. (Bukhari, Muslim).

Aisyah r.a. Berkata : rasulullah SAW bersabda : jika allah menghendaki kebaikan terhadap seorang raja, maka diberinya seorang menteri yang jujur, jika lupa diingatkan, dan jika ingat dibantu. Dan jika allah menghendaki sebaliknya dari itu, maka allah memberi padanya ,menteri yang tidak jujur, hingga jika lupa tidak diingatkan dan jika ingat tidak dibantu. (abu dawud).

Rasulullah SAW bersabda: akan ada para pemimpin yang kalian kenal dan kalian ingkari. Siapa yang tidak menyukainya maka dia bebas dan barang siapa yang mengingkarinya maka dia selamat, akan tetapi (dosa dan hukuman) diberlakukan kepada orang yang yang ridha dan mengikuti para pemimpin itu. Para sahabat bertanya: apakah kami boleh memeranginya wahai rasulullah saw. Beliau menjawab: tidak boleh selama para pemimpin itu masih mengerjakan salat. (hr.muslim).

Rasulullah SAW bersabda kepada ka’ab bin ujrah: mudah-mudahan allah melindungimu dari para pemimpin yang bodoh (dungu). Ka’ab bin ujzah bertanya: apa yang dimaksud dengan pemimpin yang dungu wahai rasulullah SAW? Beliau menjawab: mereka adalah para pemimpin yang hidup sepeninggalku. Mereka tidak pernah berpedoman pada petunjukku, mereka tidak mengikuti sunnahku. Barang siapa yang membenarkan kedustaan mereka ataupun mendukung atas kezaliman mereka, maka orang itu tidak termasuk golonganku, karena aku bukanlah orang seperti itu. Mereka juga tidak akan mendapatkan air minum dari telagaku. Wahai ka’ab, sesungguhnya puasa adalah benteng, sedekah itu bisa menghapus kesalahan, sedangkan shalat adalah upaya mendekatkan diri kepada allah (qurban) –dalam riwayat lain burhan (dalil)- wahai ka’ab sesungguhnya tidak akan masuk surga seonggok daging yang berasal dari barang haram. Dan api neraka lebih berhak untuk melahapnya. Wahai ka’ab bin ujrah, manusia terpecah menjadi dua golongan: pertama, orang yang membeli dirinya (menguasai dirinya), maka dia itulah yang memerdekakan dirinya. Golongan yang menjual dirinya, maka dia itulah yang membinasakan dirinya sendiri. (HR. Ahmad bin hambal).

PERINTAH ALLAH KEPADA MANUSIA, BILA BERBEDA PENDAPAT DENGAN ULAMA DAN PEMIMPIN MAKA KEMBALIKAN KE ALQURAN DAN HADIST JANGAN MERUJUK KE PENDAPAT SESEORANG ATAU KEPUTUSAN YANG TIDAK MEMBERIKAN KEADILAN

Sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).” (QS. An-Nisa Ayat 59).

Dengan mempedomani alquran PENDAPAT YANG BERBEDA JADI PADU, sebagaimana dalam alquran: ”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah ayat 8).

SETIAP ORANG ADALAH PEMIMPIN DAN AKAN DITANYA TENTANG APA APA YANG DIA PIMPIN

Setiap orang adalah pemimpin termasuk MEMIMPIN DIRI SENDIRI dan memimpin banyak orang, jika jadi RT memimpin satu RT, jika ketua RW memimpin orang satu RW, jika Kepala Desa Memimpin orang satu Desa, jika Camat maka memimpin orang satu kecamatan, jika Bupati memimpin orang satu Kabupaten, jika Gubernur memimpin orang satu Provinsi dan jika PRESIDEN memimpin orang satu NEGARA, maka akan dipertanggungjawabkan KEPADA ALLAH SWT di akhirat kelak setelah meninggal, maka INGATLAH KEPADA ALLAH DALAM MENJADI PEMIMPIN.

Sebagaimana Rasulullah bersabda dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu ‘anhumā- meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda : “Kalian semua adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang amir yang mengurus banyak orang adalah pemimpin dan akan ditanya tentang mereka. Laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan akan ditanya tentang mereka. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin pada harta majikannya dan akan ditanya tentang itu. Jadi, setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian semua bertanggung jawab atas yang dipimpin.”  (Hadis sahih – Muttafaq ‘alaih).

Rasulullah SAW bersabda, “Patuh dan taat itu (pada pemimpin) adalah wajib bagi seseorang dalam hal apa yang ia suka atau benci, selama tidak diperintah berbuat maksiat. Jika diperintah maksiat, maka tidak wajib patuh dan taat.” (HR Bukhari).

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang maksiat kepadaku berarti maksiat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada pimpinan yang aku angkat, berarti taat kepadaku, dan siapa melanggar pemimpin yang aku angkat, berarti melanggar aturanku.” (HR Bukhari).

SUATU NEGERI AKAN BERUBAH APABILA MASYARAKAT MERUBAH BERSAMA-SAMA DENGAN PEMIMPIN YANG DIRIDHAI ALLAH SWT

Karena Allah akan merubah keadaan suatu negeri SESUAI KEINGINAN PERUBAHAN YANG DIKEHENDAKI oleh pemimpin dan masyaraatnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11).

Hal ini berarti BILA PEMIMPIN MEMBUAT RENCANA PERUBAHAN terhadap suatu negeri maka Allah akan kabulkan keinginannya, begitu juga kehendak masyarakatnya, tetapi apabila kehendak itu MERUSAK ALAM ciptaan Allah maka Allah akan memberikan azab dan siksa yang TIDAK BERKOMPROMI DENGAN MANUSIA.

SALING MENDOAKANLAH DALAM SUATU KAUM, TAK PERLU DOANYA DITULISKAN DI MEDIA SOSIAL ATAU DIPUBLIS DI MIMBAR PENGAJIAN, YANG TERBAIK ITU BERDOA TAK PERLU ORANG LAIN TAHU ATAS DOA YANG KITA UCAPKAN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang memiliki tugas mengaminkan do’anya kepada saudarany). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang sama dengannya.” (HR. Muslim).

Dari uraian di atas,marilah kita TAAT KEPADA ALQURAN DAN HADIST dalam menjalani kehidupan khususnya berbangsa dan bernegara agar TIDAK ADA PERBEDAAN, sebagaimana sudah dicontohkan oleh pengulu dan ulama di Minangkabau bahwa kepemimpinan harus dijalankan bersama sama, khususnya dengan memfungsikan TUNGKU TIGO SAJARANGAN, yaitu berpadu dan membaur antara NINIK MAMAK/DATUK dengan ULAMA dan UMARA’ yang biasanya di pilih dari kalangan CERDIK PANDAI berpendidikan dan berpengalaman, mereka harus DIINGATKAN DAN DIBERI NASEHAT dalam mempin UMAT agar LURUS JALANNYA.

Akhirnya ingatlah hadist Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR. Muslim).

NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Sukabumi, Jumat, 23 Agustus 2024)

Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum

Pos terkait