3. “Kareta Api Baatok Ijuak”
Dilansir dari buku karya Adlin Chaniago yang berjudul Pengaruh Kolonialisme Terhadap Sistem Sosial Minangkabau mengungkapkan bahwa Kiasan ini diberikan oleh orang tua-tua Minang untuk menggambarkan sesuatu yang sudah lama berlalu.
Meski kereta api awalnya dibangun oleh Belanda di Jawa Tengah pada 17 Juni 1864 silam menggunakan atap logam, namun dalam budaya Minang, tetap dikenang sebagai “kereta api baatok ijuak”.
Kiasan ini menunjukkan bagaimana pengalaman kolonial ditafsirkan dan diadaptasi ke dalam bahasa lokal.
4. “Kareta Nan Mandaki, Angok Wak Nan Sasak”
Dalam buku karya Hamka yang berjudul Adat Minangkabau Menghadapi Tantangan Zaman juga mengungkapkan bahwa Kiasan ini merujuk pada seseorang yang suka mencampuri urusan orang lain, bahkan dalam hal-hal yang tidak penting atau tidak bermanfaat.
Ungkapan ini juga mencerminkan bagaimana penjajah sering kali terlibat dalam urusan domestik lokal yang seharusnya tidak menjadi perhatian mereka.