1. “Balando Mintak Tanah”
Dilansir dari buku karya A.A Navis yang berjudul Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Tradisi Minangkabau dalam Sejarah, ungkapan ini mengandung makna bahwa jika seseorang diberi sedikit, ia cenderung meminta lebih banyak, dan tidak pernah merasa puas.
Ini mencerminkan sikap penjajah yang setelah mendapatkan sebagian kecil wilayah, terus menuntut dan merebut lebih banyak lagi.
2. “Balando Babenteng Basi, Minang Babenteng Adat”
Taufik Abdullah, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Sosial Minangkabau: Kolonialisme dan Identitas Budaya, mengungkapkan bahwa peribahasa ini menggambarkan perbedaan cara Belanda dan Minangkabau dalam mempertahankan kekuasaannya.
Belanda mengandalkan kekuatan senjata dan tangan besi, sementara orang Minang mempertahankan identitas mereka melalui adat.
Kehilangan adat berarti membuka pintu bagi para penjajah untuk masuk dan menghancurkan nilai-nilai lokal yang ada di dalamnya.