Meski Tabuik menjadi tradisi yang dinanti-nanti oleh masyarakat, namun penyelenggaraannya tak lepas dari kontroversi dan penolakan.
Beberapa pihak menuduh tradisi ini merusak akidah karena identik dengan perayaan Islam Syiah, sementara masyarakat Pariaman mayoritas Islam Sunni.
Namun, budayawan A.A. Navis dan Maezan Kahli Gibran menegaskan jika masyarakat Pariaman hanya memandang Tabuik sebagai perayaan dan warisan budaya.
Tabuik sebagai Atraksi Wisata
Kini, Tabuik telah jadi agenda wisata tahunan Pemerintah Kota Pariaman.
Meski mendapat penolakan dari beberapa pihak, atraksi tabuik tetap menjadi nilai jual pariwisata di Pariaman di mata dunia.
Dalam lirik lagu Minang populer pun disebutkan, “Pariaman tadanga langang, batabuik mangkonyo rami,” menunjukkan jika Tabuik menjadi tradisi yang dinanti-nanti oleh masyarakat Pariaman.
(MH)