Maek, Permata Peradaban Dunia dari Lembah Lima Puluh Kota

Maek, Permata Peradaban Dunia dari Lembah Lima Puluh Kota (Foto: dok.istimewa)

Penelitian Arkeolog Dunia

Seorang guru besar sekaligus arkeolog Jerman yang secara langsung datang ke Maek, Dominik Bonatz dalam tulisannya a Highland Perspective on the Archaeology and Settlement History of Sumatra mengungkapkan bahwa Bukit Barisan sendiri sudah ada semenjak 60 juta tahun silam.

Zaman batu dalam perspektif arkeologi dinamakan zaman megalitikum (A Gulo, 2022). Sisa-sisa bangunan pada masa ini meninggalkan bangunan-bangunan dari batu besar. Peninggalan yang ditemukan berupa menhir, batu-batu bulat, batu dakon, lumpang batu dan sejenisnya.

Namun, temuan yang paling dominan yakninya menhir yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 2000-8000 SM (Sastradiharja, 2022).

Bacaan Lainnya

Negeri yang menjadi saksi kehidupan zaman prasejarah itu penuh dengan menhir-menhir yang tersebar di beberapa titik.

Tentu saja tujuan dari pendirian menhir bukanlah tanpa alasan. Bebatuan yang ukurannya bervariasi itu merupakan sarana pemujaan, penguburan, bahkan sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur (Valentino, 2021).

Diketahui, di Situs Bawah Parik Jorong Koto Tinggi terdapat 375 buah menhir.

Menurut arkeolog pada tahun 1983 hingga 1985 menhir ini sebagai tanda makam. Hal ini ditetapkan karena pada tahun tersebut dilakukan penggalian bawah menhir. Dari upaya tersebut ditemukan beberapa tulang belulang di 7 buah menhir dari 9 penggalian.

Selanjutnya, di Situs Balai Batu Jorong Koto Gadang ditemukan 54 buah menhir. Satu di antaranya memiliki ukiran atau ornamen yang sangat jelas. Ukuran masing-masing menhir berbeda, dan ukuran menhir yang paling besar dipercayai untuk leluhur yang kastanya paling tinggi.

Pos terkait