Salah satu peristiwa bersejarah yang melibatkan komunitas Tionghoa adalah saat pasukan John Lie Tjeng Tjoan, seorang Letnan Kolonel Laut, merapat di pelabuhan Air Bangis untuk membebaskan Sumatra Barat dari PRRI.
Awalnya, mereka hanya pedagang biasa, namun karena keuletan, banyak yang berhasil menjadi pengusaha besar.
Reorganisasi Pemerintahan di Sumatra’s Westkust
Pada tahun 1914, pemerintah pusat melakukan reorganisasi pemerintahan di Sumatra’s Westkust.
Afdeeling Loeboeksikaping terdiri dari tiga onderafdeeling: Loeboeksikaping, Ophir, dan Air Bangis.
Setiap onderafdeeling dibagi menjadi distrik dan onderdistrik, dengan kepala daerah yang disebut demang dan asisten demang.
Demang di Air Bangis adalah Soetan Batak gelar Soetan Mangaradja Lelo, dan asisten demang adalah Marah Moehamad Mahjoedin gelar Soetan Indra Kasoema Ratoe.
Reorganisasi ini mengubah struktur pemerintahan tradisional.
Radja dan penghoeloe menjadi pemimpin adat, sementara demang dan asisten demang, yang lebih terdidik, menjadi pemimpin umum dalam pemerintahan Hindia Belanda.
Pemimpin non-pribumi seperti letnan, kapten, atau mayor juga diakui, meskipun di Air Bangis tidak jelas apakah ada letnan Tionghoa.