Manjujuang Karambia Dalam Katidiang, Tradisi Bararak Bako di Nagari Mundam Sakti Sijunjung

Manjujuang Karambia Dalam Katidiang, Tradisi Bararak Bako di Nagari Mundam Sakti Sijunjung | Dok.Abdi Gunawan

TOPSUMBAR – Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Berbeda nagari berbeda pula tradisi dan kebiasaan yang menyertai denyut kehidupan masyarakatnya dalam konteks adat dan budaya.

Hal itulah yang terlihat pada prosesi “Baralek” di Nagari Mundam Sakti, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung.

Bagi masyarakat Mundam Sakti, ada sebuah tradisi unik pada acara perhelatan (Baralek) yang masih dilestarikan hingga kini, yaitu “Bararak Bako” sembari “Manjujuang Karambia dalam Katidiang”.

Bacaan Lainnya

Sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau yang terletak di Salilik Gunung Marapi jo Gunung Singgalang, Saedaran Gunung Pasaman, Sajajaran Gung Sago, Saputaran Gunung Talang jo Gunung Kurinci, dari Sirangkak nan Badangkang, Hinggo Buayo Putiah Daguak, Sampai ka Pintu Rajo Ilia, Durian Ditakuak Rajo, Tanjung Simalidu, Sipisau-Pisau Anyuik, Sialang Balantak Basi, Hinggo Aia Babaliak Mudiak, sampai ka Ombak nan Badabuih, selalu kita temukan Baralek dan Bararak.

Baralek adalah hari yang membahagiakan, ketika berpindahnya tanggungjawab seorang ayah terhadap anak perempuan kepada suaminya.

Namun, bagi anak laki-laki Baralek yaitu bertambahnya tanggungjawab. Kewajibannya terhadap istri dan anak tidaklah menggugurkan tanggungjawabnya terhadap orangtua.

Kelok paku kacang balimbiang, Tampuruang lenggang-lenggangkan, Anak dipangku Kamanakan dibimbiang, Urang kampuang dipatenggangkan, demikian fungsi laki-laki di Minangkabau.

Menjadi penganut sistem kekerabatan matrilineal (garis keturunan dari pihak ibu), fungsi “Bako” tak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minang.

Saudara perempuan, apakah kakak maupun adik, dari pihak ayah (Bako), dalam struktur kekerabatan matrilineal berperan dalam setiap fase kehidupan si anak, mulai dari lahir (turun mandi), akikah, khitanan, khatam Qur’an, hingga menikah dan meninggal dunia.

Ketika si anak telah menemukan jodohnya, Sicerek tolong ladangkan, Diladang dicabuik urang, Dari ketek kinilah gadang, Lah gadang dijapuik urang, maka Bako akan menyertai kebahagiaannya dihari Baralek.

Kita dengan mudahnya akan menjumpai Bako yang Bararak pada saat berlangsung hari Baralek diberbagai nagari. Ketika Bararak dengan membawa dulang berisi Jamba, itu sudah biasa.

Demikian pula, saat Bararak yang dibawanya yaitu kue bolu atau makanan lainnya juga mudah ditemui diberbagai tempat.

Namun uniknya, Bararak di Mundam Sakti yaitu disebabkan “Bako Manjujuang Karambia Dalam Katidiang”.

Bako, di Mundam Sakti meletakan kelapa bulat (Karambia) dalam keadaan kulit utuh diatas kepala, dengan menggunakan bakul (Katidiang) sebagai wadahnya.

Iring-iringan (Bararak) tersebut, dimulai dengan berjalan kaki menelusuri perkampungan dari rumah Bako menuju rumah mempelai perempuan, tempat berlangsungnya Baralek.

Dalam setiap Katidiang, rata-rata diisi lima butir kelapa berukuran besar. Jumlah personil yang mengikuti Bararak itu berkisar mulai 20 hingga 50 orang, tergantung banyaknya jumlah Bako, baik Bako dekat maupun Bako jauh.

Inilah bentuk kepedulian Bako terhadap anak, dengan membawa kelapa berarti turut membantu suksesnya perhelatan.

Dalam sebuah pesta perkawinan, dibutuhkan aneka bahan dan bumbu untuk dimasak sebagai hidangan bagi tamu dan kebanyakan menu yang dihidangkan adalah berbahan santan.

Kelapa utuh dalam keadaan berkulit, bertujuan agar bisa tahan lama dan bisa dimanfaatkan kapanpun dalam jangka waktu yang relatif lama.

Jika kulitnya telah dibuka, kemungkinan hanya tahan hingga sepekan kemudian akan retak dengan sendirinya, ungkap seorang sumber.

Deta salingka kapalo, Adat salingka nagari, kiranya kearifan lokal (local wisdom) yang telah berlangsung turun temurun tersebut patut dilestarikan.

Namun patut pulalah kiranya dipertanyakan, berapa batangkah jumlah anak kelapa yang di tanam selama dua puluh tahun terakhir?

Karena pertanyaan itu didasarkan atas kenyataan, jika melakukan pembangunan rumah tempat tinggal, sudah menjadi kebiasaan pula bahwa dengan alasan keamanan akan dilakukan penebangan pohon kelapa yang dekat dengan halaman rumah.

(AG)

Pos terkait