Tiga tahun sebelumnya, dalam sebuah lomba silat, Giran pernah mencederai Kukuban sehingga salah satu kakinya patah.
Sejak itu, Kukuban menyimpan dendam pada Giran.
Tragedi di Kawah Gunung Tinjau
Keputusan Kukuban membuat Sani bersedih hati. Setiap hari ia mengurung diri dan melamun di dekat jendela.
Hingga suatu hari, Sani dan Giran berjanji untuk bertemu di tempat biasa untuk saling mengutarakan kegundahan dan kesedihan hati masing-masing.
Saat hendak pulang, kain Sani tersangkut duri pohon, menyebabkan kakinya terluka dan berdarah.
Ketika Giran mengobati luka Sani, tiba-tiba dari balik semak-semak muncul Kukuban bersama orang sekampung dan menuduh mereka melakukan perbuatan tak senonoh.
Giran berusaha menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi karena dendam yang telah membutakan hati Kukuban membuat penjelasannya tak didengar.
Hingga akhirnya, Giran dan Sani digiring menuju sidang dengan para ketua adat.
Karena kesaksian Kukuban dan Bujang Sembilan yang memberatkan tuduhan mereka, sidang memutuskan Giran dan Sani bersalah.
Mereka pun dihukum dengan cara diarak menuju kawah Gunung Tinjau.