Oleh : Dodo Yamendra, S.Pd.I., S.Pd
Dalam beberapa tahun terakhir, keluhan tentang beban administratif yang berlebihan yang harus ditanggung oleh guru semakin sering terdengar. Fenomena ini menyebabkan waktu guru yang seharusnya dihabiskan untuk mengajar dan mempersiapkan materi pembelajaran kini justru terkuras oleh berbagai tugas administratif.
Akibatnya, keletihan profesi di kalangan guru meningkat, yang pada gilirannya berdampak negatif pada mutu pembelajaran.
Kurikulum Merdeka merupakan salah satu upaya signifikan dalam reformasi pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk memberikan kebebasan lebih kepada guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Namun, tantangan yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Merdeka tidak sedikit, salah satunya adalah beban administratif yang berlebihan pada guru.
Kondisi ini menghambat guru untuk sepenuhnya mengadopsi dan menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas dan otonomi kepada guru dalam mengembangkan materi dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, kurikulum ini juga mengedepankan pendekatan yang lebih personal dan berfokus pada pengembangan karakter, kompetensi, serta minat dan bakat siswa.
Dalam konteks ini, guru diharapkan dapat menjadi fasilitator yang mendorong kreativitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar.
Beban Administratif Yang Berlebihan
Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa guru sering kali dibebani dengan berbagai tugas administratif yang tidak langsung berkaitan dengan pengajaran. Tugas-tugas ini mencakup pengisian formulir, pembuatan laporan, termasuk guru wajib mengisi plafform merdeka belajar atau yang sering di istilahkan PMM untuk memenuhi sasaran kinerja pegawai supaya mendapatkan predikat kinerja baik, serta tugas-tugas lainnya yang menyita waktu dan energi.
Beban administratif yang berlebihan ini mengurangi waktu dan energi yang seharusnya digunakan guru untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran yang inovatif sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
Tugas administratif yang dimaksud mencakup berbagai aktivitas yang tidak langsung berhubungan dengan proses pengajaran, yang sering kali memakan waktu. Beban ini tidak hanya mengurangi waktu yang seharusnya dialokasikan untuk merencanakan pelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa, tetapi juga mengurangi waktu untuk berinteraksi secara personal dengan siswa, yang merupakan aspek penting dari proses pendidikan.
Keletihan Profesi dan Dampaknya
Keletihan profesi, atau burnout, adalah kondisi yang sangat serius dan bisa berdampak panjang pada kualitas pengajaran. Guru yang mengalami keletihan cenderung kehilangan motivasi, merasa frustasi, dan menunjukkan penurunan performa dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran. Hal ini dapat terlihat dari kurangnya inovasi dalam metode pengajaran, rendahnya tingkat kesabaran dan toleransi terhadap siswa, serta penurunan dalam penyampaian materi pelajaran.
Meskipun digitalisasi dan otomatisasi sudah diterapkan, kurangnya kepedulian pemerintah terhadap tenaga teknis Tata Usaha (TU) dan Operator Data Pendidikan justru memperparah masalah ini. Kekurangan dukungan pada tenaga teknis ini menghambat optimalisasi penerapan Kurikulum Merdeka dan berdampak negatif pada kualitas pembelajaran.
Kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah terhadap tenaga teknis TU dan Operator Data Pendidikan berdampak signifikan pada berbagai aspek administrasi sekolah:
- Beban Kerja Guru yang Bertambah, Ketika tenaga teknis tidak cukup atau tidak didukung dengan baik, guru harus mengambil alih tugas-tugas administratif ini. Hal ini menambah beban kerja mereka dan mengurangi waktu yang bisa mereka alokasikan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
- Inefisiensi dalam Pengelolaan Data, Operator Data Pendidikan yang kurang mendapatkan dukungan mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola data secara efektif. Hal ini bisa menyebabkan ketidakakuratan data dan penundaan dalam penyampaian informasi yang penting.
- Kualitas Pembelajaran yang Menurun, dengan tambahan beban administratif, guru mengalami keletihan dan penurunan motivasi. Akibatnya, kualitas pembelajaran yang mereka berikan kepada siswa juga menurun.
Mutu Pembelajaran yang Menurun
Dengan guru yang kelelahan dan terbebani tugas administratif, mutu pembelajaran tak pelak menjadi korban utama. Guru yang letih tidak mampu memberikan perhatian penuh kepada setiap siswa, yang pada akhirnya berpengaruh pada perkembangan akademik siswa.
Pembelajaran yang seharusnya interaktif dan memotivasi berubah menjadi monoton dan membosankan. Kurangnya persiapan yang matang juga membuat proses pembelajaran menjadi kurang efektif dan tidak optimal.
Apa Solusi yang di tempuh ?
Mencari solusi untuk mengatasi masalah ini, perlu ada langkah-langkah konkret yang diambil oleh pihak-pihak terkait. Pengurangan beban administratif melalui digitalisasi dan otomatisasi proses-proses administratif bisa menjadi salah satu solusi.
Dalam era modern ini, digitalisasi dan otomatisasi telah menjadi bagian integral dari berbagai sektor, termasuk di pendidikan negara kita. Pemerintah Indonesia telah berupaya menerapkan teknologi ini dalam dunia pendidikan untuk meringankan beban administratif guru dan meningkatkan efisiensi.
Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa meskipun digitalisasi dan otomatisasi telah terlaksana, beban administratif offline/manual yang harus ditanggung guru justru semakin parah. Hal ini menimbulkan keletihan profesi dan menghambat implementasi efektif Kurikulum Merdeka itu sendiri.
Selain itu, penambahan tenaga administrasi di sekolah-sekolah untuk menangani tugas-tugas non-pengajaran juga bisa membantu meringankan beban guru. Tenaga teknis TU dan Operator Data Pendidikan memainkan peran krusial dalam mendukung administrasi sekolah.
Mereka bertanggung jawab untuk mengelola data siswa, mengurus keperluan administrasi sekolah, dan memastikan bahwa informasi yang diperlukan tersedia tepat waktu dan akurat. Peran mereka sangat penting dalam menjaga agar proses administratif berjalan lancar, sehingga guru dapat fokus pada tugas utama mereka, yaitu mengajar.
Kurangnya kepedulian pemerintah terhadap tenaga teknis TU dan Operator Data Pendidikan merupakan masalah serius yang menghambat implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan memberikan dukungan yang memadai kepada tenaga teknis ini, beban administratif yang dihadapi guru dapat dikurangi, sehingga mereka dapat fokus pada tugas utama mereka: mengajar dan mendidik siswa.
Langkah-langkah seperti peningkatan anggaran, pelatihan berkelanjutan, dan adopsi teknologi yang efektif dapat membantu mengatasi masalah ini dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Lebih penting lagi, harus ada kesadaran bahwa peran guru adalah mendidik dan mengajar, dan tugas-tugas administratif seharusnya tidak sampai mengganggu tugas utama tersebut.
Kurikulum Merdeka betul memang menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan memberikan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas kepada guru dan siswa. Namun, untuk mencapai tujuan ini, penting untuk mengatasi tantangan yang dihadapi guru, terutama beban administratif yang berlebihan.
Dengan mengurangi beban ini, guru dapat lebih fokus pada tugas utama mereka sebagai pendidik dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan lebih efektif, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pembelajaran di Indonesia.
Keletihan profesi akibat beban administratif yang berat berdampak langsung pada kemampuan guru untuk mengadopsi Kurikulum Merdeka dengan optimal. Keletihan profesi di kalangan guru akibat beban administratif yang berlebihan adalah masalah serius yang berdampak langsung pada mutu pembelajaran.
Oleh karena itu, perlu ada upaya bersama untuk mengurangi beban administratif dan memastikan guru dapat fokus pada tugas utama mereka yaitu mendidik generasi penerus bangsa.
Dengan demikian, mutu pembelajaran dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Simpang Ampek, 16 Juni 2024
Dodo Yamendra adalah seorang Guru Mata Pelajaran PTK yang berdomisili di Kabupaten Pasaman Barat