Hingga sekarang, Pelabuhan Muaro masih berfungsi, meski hanya digunakan untuk menyeberangkan orang dan barang ke Pelabuhan Mentawai.
2. Didominasi oleh bangunan bergaya Eropa yang estetik
Ketika Topers memasuki kawasan Kota Tua, Topers akan disambut oleh pemandangan bangunan bergaya Eropa.
Bangunan-bangunan ini sebagian besar merupakan gudang atau loji penyimpanan barang yang sudah tua dan rusak.
Sebagian loji tua di sini telah direhabilitasi dan dialihfungsikan menjadi kafe dan restoran modern yang menjadi nilai plus untuk wisata di Kota Padang.
3. Jadi Tempat Berkumpulnya Beragam Etnis
Kota Padang dulu kala adalah pusat perdagangan yang ramai dikunjungi berbagai etnis.
Ada 4 etnis dominan yang hidup berdampingan di sini: Minangkabau, Tionghoa, Nias, dan India.
Keberadaan etnis-etnis ini menambah kekayaan budaya di Padang, seperti Klenteng See Hin Kiong yang dibangun pada tahun 1841.
Meski sempat terbakar dan rusak akibat gempa, Klenteng ini dibangun kembali dan tetap menjadi pusat perayaan Imlek.
Etnis India juga turut menambah keberagaman dengan tradisi unik bernama Serak Gulo, di mana berton-ton gula disebar dari atas Masjid Muhammadan setiap Juamdil Akhir dalam penanggalan Islam.
Sedangkan, masyarakat Minangkabau sendiri tetap eksis dengan menggelar Festival Siti Nurbaya yang diadakan setiap bulan Agustus.