Selain Gunung Pasaman, ada satu lagi kisah menarik tentang sebuah kaum yang disebut kaum saparuik.
Kaum ini memiliki kebiasaan menanam tanaman hijau seperti kunyit, pisang, serai, dan tebu.
Suatu hari, sebuah penyakit aneh menyerang salah satu keluarga di kaum tersebut.
Awalnya masyarakat menduga, hal ini disebabkan oleh pelanggaran adat yang disebut “adaik salingka nagari,” yaitu air daun pisang yang jatuh pada tanaman tebu dan serai.
Para datuk yang dipercaya bisa mengobati didatangkan, namun tidak ada yang berhasil.
Hingga akhirnya, seorang datuk yang menggunakan tanuang, alat tradisional untuk melihat penyakit, menemukan bahwa penyebabnya adalah pantangan yang disebut “basuo pantang.”
Solusi untuk menhindari pantangan ini adalah kaum tersebut harus melakukan ritual membaiat pantang dengan menyembelih ayam atau kambing.
Selain itu, di pangkal lengan anak yang sakit dipasangkan kain putih bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an.
Setelah melakukan ritual tersebut, anak yang sakit mulai sembuh.
Namun, kaum tersebut juga harus memusnahkan tanaman kunyit, tebu, serai, dan pisang yang ada di kebun mereka.
Sejak itu, keempat tanaman tersebut tidak lagi ditanam bersama karena pantangan ini masih dipercaya.
Dengan segala misteri dan keajaibannya, Gunung Pasaman dan Talang Perindu tetap menjadi bagian penting dari kehidupan dan kepercayaan masyarakat Tigo Nagari.
Melalui cerita-cerita ini, kita diajak untuk merenungi kekayaan budaya dan tradisi yang ada di Sumatera Barat, serta menghargai kearifan lokal yang terus hidup dalam masyarakat hingga hari ini.
(MH)