Keindahan kain songket Silungkang akan membuat siapa saja terpesona dengan melihat keindahannya. Mungkin ini juga yang membuat perempuan-perempuan di Silungkang untuk terus giat memproduksi kain songket Silungkang.
Salah satunya adalah ibu Rita Kurnia, pemilik INJ Songket ini menjadi mitra penenun kurang lebih sudah 15 tahun. Dirinya menjalankan usaha memasarkan kain-kain songket buatan perempuan Silungkang.
Ada sekitar 50 orang penenun yang menjadi mitranya. Dirinya menceritakan, sejak usia 6 tahun dia dan kawan-kawan sudah diajarkan menenun oleh sang nenek, semua dituntut untuk bisa menjadi pengrajin di Nagari Silungkang.
Kain yang berhasil dibuat songket dijual secara tradisional dari pasar ke pasar, beranjak dewasa songket Silungkang makin dikenal masyarakat luas sampai sekarang.
Nagari Silungkang di Kota Sawahlunto dikenal sebagai nagari asal penghasil Songket berkualitas di Minangkabau. Songket merupakan salah satu kain kebesaran yang seringkali dipakai pada berbagai upacara adat.
Menenun merupakan kepandaian dasar para perempuan Silungkang. Hasil kepandaian mereka telah banyak dibawa oleh para pelancong ke berbagai negeri sebagai oleh-oleh.
Kain tenun Silungkang identik dengan warna merah, warna kesukaan orang Minangkabau. Motif songekt ini pun beragam, mulai dari pucuk rebung (mambu muda), pucuk kelapa, burung merak, dan banyak motif lainnya.
Harga songket Silungkang berkisar dari Rp500 hingga jutaan rupiah, dan itu tergantung motifnya.
“Kalau yang full motif itu harganya 4jutaan, dimana pengerjaannya karena motif yang berulang-ulang dan sulit dikerjakan.” ucap Rita Kurnia.
Selain kain pandai sikek, kain Silungkang telah melengkapi keberagaman budaya Minangkabau. Kain tradisional asal Simatera Barat ini memang banyak membuat orang terpikat.
(HT)