Sebelum tahun 1958, anak gadis orang Silungkang tidak diizinkan ke luar rumah untuk mencari kegiatan lain, termasuk untuk mencari jodoh dari daerah lain.
Begitu juga dengan anak-anak perempuan yang bersekolah, mereka selalu mendapat pengawasan yang sangat ketat dari orang tua.
Bagi orang Silungkang adalah hal yang tabu jika ada perempuan dan laki-laki ketahuan berduaan di suatu tempat, terlebih lagi di tempat-tempat yang sepi.
Perempuan Silungkang memang diharuskan berdiam diri di dalam rumah, namun tanpa suatu kegiatan yang jelas merupakan pekerjaan yang membosankan, apalagi jika tidak ada kegiatan sama sekali.
Agar perempuan-perempuan Silungkang tidak melewati hari-harinya dengan rasa bosan, para orang tua membuatkan alat tenun di bawah-bawah rumah tempat tinggal mereka.
Perempuan Silungkang Diajarkan Menenun Kain Sejak Kecil
Pertenunan dipilih sebagai kegiatan yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga usia lanjut.
Dibuatkanlah alat tenun yang tidak memerlukan modal yang banyak. Pertimbangannya adalah alat itu dapat dibuat sendiri dari kayu yang ada di lingkungan sekitar rumah.
Dengan menggunakan alat tenun tradisional, pekerjaan perempuan-perempuan Silungkang bertenun itu membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan sehelai kain.
Yakni 4-7 hari, sehingga hal itu diharapkan dapat menyita seluruh waktu perempuan Silungkang tersebut setiap harinya.