TOPSUMBAR – Perayaan Idul Fitri di Pariaman, Ranah Minang, tidak hanya merupakan waktu untuk menikmati hidangan lezat dan keceriaan, tetapi juga merupakan kesempatan untuk mempertahankan tradisi unik yang telah diturunkan secara turun-temurun.
Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi perekat tali persaudaraan, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya Minangkabau yang kaya akan nilai-nilai tradisional.
Pulang Basamo: Semangat Kebersamaan Perantau
Bagi perantau Minang, pulang kampung bukanlah sekadar sebuah perjalanan, tetapi momen yang sangat istimewa untuk berkumpul kembali dengan keluarga tercinta.
Tradisi “Pulang Basamo” menjadi simbol kuat dari persaudaraan dan cinta akan tanah kelahiran.
Saling bantu-membantu di antara sesama perantau untuk bisa pulang bersama menjadi esensi dari tradisi ini.
Di kampung halaman, mereka disambut dengan hangat dan antusiasme yang luar biasa.
Panggung hiburan disiapkan untuk mempererat tali persaudaraan dan menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan.
Kabau Sirah dan Marandang: Sajian Istimewa Penuh Makna
Kemeriahan Idul Fitri di Pariaman tidak lengkap tanpa hidangan istimewa.
Tradisi “Kabau Sirah”, di mana kerbau disembelih sebagai momen kebersamaan dalam mempersiapkan hidangan lezat, menjadi puncak dari persiapan untuk perayaan ini.
Daging kerbau diolah menjadi rendang, gulai, dan berbagai hidangan khas Minang yang menggugah selera.
Aroma rempah-rempah dari rendang yang dimasak dengan tradisi “Marandang” pun mulai tercium di dapur-dapur Minang menjelang lebaran.