TOPSUMBAR – Ketua DPRD Sumatera Barat, Supardi, mengundang kekaguman saat tiba-tiba menghentikan voreijder di depan Pasar Payakumbuh.
Tanpa agenda yang terencana, rombongan terkejut, namun tak lama berselang, mereka mengikuti Supardi yang memutuskan untuk berjalan ke Pasa Pabukoan sambil menjalin silaturahmi dengan masyarakat pada Sabtu (16/3).
Dalam langkahnya menyusuri lorong pasar, Supardi tak melewatkan kesempatan untuk bersalaman dengan banyak kawan.
Di matanya, tidak ada jarak yang memisahkan. Senyum dan tawa menjadi bahasa universal, menyapu tak terkecuali tukang ojek yang sedang beristirahat.
“Saya besar dan dibesarkan di Pasa Payakumbuah,” ucap Supardi kepada Kepala Divisi Pemasaran Bank Nagari, Syafrizal, yang mendampinginya.
Bagi Supardi, Payakumbuh bukan hanya tempat masa lalu, tetapi juga masa sekarang dan masa depan.
Tempat di mana hidup dan pengabdiannya berada, tempat di mana cita-cita ditanam, dipupuk, dan suatu saat akan dipanen.
Ketika tiba di Pasa Pabukoan yang legendaris, Supardi disambut dengan kekaguman oleh para pedagang dan pengunjung.
“Eeee Pak Supardi, singgah lah dulu pak, beli takjil kami,” seru salah satu pedagang sambil menyambut tangan Supardi dengan hangat.
Di sisi lain, dua anak gadis berbisik, “Bapoto wak jo Pak Supardi lu lah, apak tu dikampuang wak beliau banyak maagiah bantuan jawi.”
Di tengah keramaian, Supardi berkelakar dengan pedagang sambil mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan dan kualitas makanan yang dijual.
“Kan lebih baik pakai gulo cindua ko ni? Jangan campurkan pemanis buatan atau pewarna,” pesannya kepada pedagang.
Di Pasa Pabukoan, beragam menu makanan dan jajanan tersedia, namun yang paling dicari adalah makanan tradisional, terutama saat Bulan Ramadan.
Bongko, Mie Tahu, aneka gorengan, sambal, minuman, semuanya ada.
Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, saatnya untuk berbuka puasa bersama di Tambago.
“Kita jalan ke Tambago, warga sudah menunggu kita untuk berbuka puasa bersama,” ucap Supardi.
Pasa Pabukoan, dengan segala keramaian dan kehangatannya, menjadi cerminan budaya dan tradisi masyarakat Payakumbuh.
Tempat ini bukan hanya tempat untuk mencari takjil, tetapi juga ajang silaturahmi dan membangun perekonomian.
“Pasa Pabukoan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat, dan pedagang harus menjaga kebersihan dan keramahan.
Saat perantau pulang, pasar ini akan semakin ramai,” tambah Supardi, sebelum meninggalkan pasar dengan mobilnya.