Para pejuang, di antaranya Chatib Sulaiman, Bupati Limapuluh Kota Arisun St. Alamsyah, Letkol Munir Latif, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Letnan Anizar, Sjamsul Bahri, Rusli, Baharuddin, dan 60 pejuang lainnya, gugur seketika.
Mereka terpojok dalam kondisi yang tidak menguntungkan, dengan senjata yang tak memadai untuk memberikan perlawanan.
Jenazah para pejuang yang gugur kemudian dimakamkan di beberapa lokasi, menciptakan kuburan massal sebagai saksi bisu dari keberanian mereka.
Monumen Peristiwa Situjuah dibangun di pusat keramaian Situjuah sebagai tanda pengingat, sementara nama-nama pejuang tertera di gerbang Masjid Pahlawan Situjuah Batua.
Penghargaan dan Peringatan
Peristiwa Situjuah menjadi simbol pengorbanan dan keteguhan hati para pejuang kemerdekaan Indonesia. Setiap tahun, peringatan Peristiwa Situjuah diadakan di Nagari Situjuah Batua.
Pada peringatan ke-75 ini, masyarakat Sumatera Barat dan seluruh Indonesia bersatu dalam mengenang pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan negara.
Dengan memahami kronologi peristiwa ini, kita tidak hanya mengenang tragedi berdarah, tetapi juga menghormati perjuangan mereka yang rela bertaruh nyawa untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Semoga kisah heroik ini tetap menjadi inspirasi bagi generasi masa kini dan mendatang dalam memegang teguh nilai-nilai kemerdekaan dan persatuan.
(Fiyu)