TOPSUMBAR – Di balik hutan lebat dan budaya eksotis Mentawai, tersembunyi sebuah hidangan yang mengundang rasa penasaran: Toek.
Ulat kayu ini, bagi masyarakat Mentawai, bukan sekadar makanan ekstrem, melainkan warisan budaya dan tradisi yang kaya rasa.
Toek bukanlah ulat biasa. Ia berasal dari kayu tumung yang direndam dalam sungai selama tiga bulan.
Proses ini bukan sekadar memasak, melainkan ritual yang memadukan keterampilan, pengetahuan, dan kepercayaan turun-temurun.
Kayu tumung, dengan kandungan gizinya yang unik, menjadi rumah bagi ulat-ulat putih kemerahan yang gurih dan kaya protein.
BACA JUGA : Bika Talago, Kue Neraka Rasa Surga di Tanah Datar, Sumatera Barat
Jelajahi Tradisi Mentawai
Bagi masyarakat Mentawai, Toek bukan hanya sebuah hidangan, melainkan juga simbol kebersambungan dengan leluhur dan alam.
Proses menemukan kayu tumung, merendamnya dalam sungai, dan membersihkan ulat merupakan warisan tradisi yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Ini tidak sekadar proses memasak, melainkan juga sebuah ritual yang menghubungkan mereka dengan akar budaya dan kearifan nenek moyang, sambil memperkuat ikatan mereka dengan alam sekitar.