Irwan Prayitno bahkan mengajak semua pihak untuk menjaga dan melestarikan Khalil Chaniago. Menurutnya, langkah tersebut dapat mencakup pengakuan dan pemeliharaan melalui museum, mengingat Khalil saat ini merupakan sosok pemuda Kuranji yang mampu berbicara dengan menggunakan dialek bahasa Kuranji asli.
“Sangat sulit menemukan orang Kuranji yang bisa berbicara dengan dialek bahasa Kuranji asli seperti Khalil Chaniago. Oleh karena itu, kita perlu menjaganya dengan baik, bahkan mempertimbangkan untuk mendirikan museum sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya ini,” ucapnya.
Pernyataan Irwan Prayitno mencerminkan kepeduliannya terhadap pelestarian bahasa daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya.
Khalil Caniago, dengan pemahaman mendalam terhadap bahasa Kuranji, menjadi teladan penting dalam mempertahankan kekayaan linguistik yang ada di Sumatera Barat.
Bukan hanya mengenai Bahasa Kuranji, dirinya juga memiliki peran aktif dalam mempertahankan kearifan lokal melalui Festival Olahraga Sipakrago.
Inisiatif ini membawa warna baru dalam upaya melestarikan olahraga tradisional sekaligus seni anak nagari di Kota Padang.
Dirinya pernah menyelenggarakan festival Sipakrago tingkat Sumatera Barat. Acara yang digelar di Lubuk Palarik Lapau Manggis, Kelurahan Sungai Sapih Nagari Pauh IX Kuranji, menarik perhatian banyak peserta dan penonton.
Khalil Chaniago, selaku Ketua Komunitas Sipakrago Kota Padang, menyatakan tujuan festival ini adalah untuk melestarikan permainan anak nagari yang dapat menjadi perekat silaturahmi sekaligus ajang olahraga.
Ia menekankan pentingnya melestarikan nilai-nilai permainan tradisional anak nagari, khususnya di wilayah Padang.
“Pelaksanaan Festival Sipakrago Palarik tingkat Sumbar ini juga melibatkan kepengurusan komunitas Sipakrago Pauh IX Kuranji. Di mana kegiatan ini untuk melestarikan nilai-nilai permainan anak nagari ini khususnya di Padang,” ungkap Khalil.
Festival Sipakrago ini tidak hanya menjadi ajang olahraga semata, tetapi juga sebuah perayaan budaya.
Pelaksanaannya di Lubuk Palarik Lapau Manggis, yang masih dipenuhi oleh rumah gadang berarsitektur tradisional, memberikan nuansa keaslian dan bersejarah pada acara tersebut.
Sehingga sinkron sekali dengan latar belakang rumah gadang, festival sipakrago ini diadakan di Lubuk Palarik Lapau Manggis.
Lingkungan ini memiliki rumah gadang yang megah, termasuk rumah gadang Bakajang Padati milik Suku Tanjuang dan Suku Caniago Kanagarian Pauh IX Kuranji.
“Kawasan ini, dengan usianya yang mencapai ratusan tahun, bisa dijadikan kawasan cagar budaya,” jelas Khalil.
Dengan inisiatif seperti ini, Khalil Chaniago turut membangkitkan semangat pelestarian warisan budaya dan mempromosikan keindahan tradisi di tengah-tengah masyarakat Kota Padang.
Festival Sipakrago bukan hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana untuk menjalin kebersamaan dan merawat nilai-nilai leluhur yang kaya.