Mereka tidak memakai gelar habib, melainkan menggunakan gelar Sidi untuk menisbatkan diri kepada keturunan Rasulullah SAW. Gelar ini mencerminkan akulturasi budaya dan banyak digunakan di daerah Pariaman.
Alasan kedua yang dijelaskan oleh Buya Arrazy berkaitan dengan pemahaman dalam mengkaji hadis tentang keturunan Nabi Muhammad SAW.
Dia menyebut bahwa pemahaman ini dapat memunculkan kesalahpahaman, bahkan hingga dituduh sebagai pengikut syiah.
Buya Arrazy mengutip hadis yang menyatakan, “Aku tinggalkan kepada kamu dua beban, dua wasiat. Pertama kitabullah, yang kedua ahlul bait.” Namun, pemahaman ini tidak selalu mudah diterima oleh semua kalangan, dan seringkali menimbulkan kontroversi.
“Kita mencintai ahlul bait tanpa membenci sahabat dan istri-istri nabi. Sedangkan syiah mencintai ahlul bait tapi membenci sebagian sahabat, itu bedanya,” tegasnya. (Sumber : m.kaskus.co.id)
Dengan demikian, ketidakumuman gelar habib di Sumatera Barat dapat dijelaskan melalui kombinasi faktor budaya dan perbedaan pemahaman dalam meresapi ajaran Islam terkait keturunan Nabi.
Meskipun demikian, setiap daerah di Indonesia tetap memegang keberagaman dalam interpretasi dan praktik keagamaan mereka.
(Fiyu)