3. Pituluik
Tak hanya itu, bahasa juga menjadi cerminan identitas sebuah komunitas. Misalnya, “Pituluik”, sebuah kata dalam bahasa Minang yang mengacu pada pensil.
Meski mulai terlupakan, bahasa ini masih menyimpan kenangan akan masa lalu, di mana anak-anak belajar menulis dengan alat sederhana itu.
4. Tangkelek
Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa barang tradisional mulai tergeser oleh kemajuan teknologi.
“Tangkelek”, sendal kayu yang dulu begitu populer di kalangan masyarakat Minang, kini mulai jarang terlihat di tengah kehidupan urban yang modern.
Begitu juga dengan “Kajai” atau “karet”, yang kini digantikan oleh permainan gadget di kalangan anak-anak.