TOPSUMBAR – Kisah inspiratif seorang ulama tasawuf (sufi) pada abad ke-18, Khalifah Rajab, dari Nagari Pauh Duo Nan Batigo, Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan, menciptakan jejak spiritual yang masih terasa hingga kini.
Lahir pada tahun 1898 di Taratak Bukareh, Nagari Pauh Duo Nan Batigo, Khalifah Rajab memilih jalan tarekat atau tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik, menjalani hidup yang penuh keberkahan dan karomah.
Sebagai seorang ulama sufistik, Khalifah Rajab memutuskan untuk menjauhkan diri dari pengaruh kehidupan duniawi pada usia sekitar 32 tahun.
Pada tahun 1930-an, ia memulai hijrah dan menetap di Batu Bajarang, sebuah langkah besar menuju pencarian spiritualitas yang lebih dalam.
Menurut cerita sang cucu, Buya As’ari Khatib Majoalam, sebelum menetap di Batu Bajarang, Khalifah Rajab telah berkeliling ke Sungai Siriah di Pulakek dan Banuaran di Kapau Alam Pauh Duo.
Jejak peninggalannya, seperti surau yang menjadi Pondok Pesantren Andalusia dan rumah gadangnya yang direnovasi, tetap terasa hingga saat ini.
Ketika Khalifah Rajab dihadapkan pada ujian kehidupan, seperti harus menyambut banyak tamu tanpa persediaan nasi, karomahnya menjadi terlihat.
Dalam keadaan sulit tersebut, sang ulama meminta istrinya untuk memasak air dalam periuk nasi tanpa beras.
Keajaiban pun terjadi ketika periuk yang sebelumnya berisi air, tiba-tiba berubah menjadi nasi saat rombongan tamu datang.
Cerita lain mengenai karomah Khalifah Rajab terungkap saat seseorang berniat jahat kepadanya.
Orang tersebut seketika mengalami sakit perut yang hebat, mengurungkan niat jahatnya. Karomah-karomah ini menjadi bukti nyata keberkahan dalam hidup sang ulama.
Kisah inspiratif Khalifah Rajab mengajarkan tentang kehidupan spiritual yang penuh keajaiban dan karomah.
Peninggalan jejaknya, terutama di Ponpes Andalusia yang kini dipimpin oleh cucunya, Buya As’ari Khatib Majoalam, menjadi warisan berharga yang terus menerus memberikan berkah bagi masyarakat Solok Selatan.
Semoga kisah ulama sufistik ini menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya dalam mencari kebenaran dan kedamaian dalam hidup mereka.
(Fiyu)