TOPSUMBAR – Dalam riuh rendahnya kemajuan teknologi dan sorak-sorai modernisasi, ada sesuatu yang tengah meredup, tak terdengar lagi di tengah gemerlap perubahan zaman, kosa kata bahasa Minang yang hampir terlupakan.
Bersama Topsumbar, mari kita menyingkap 11 kata Minang yang hampir sirna, menyelusuri jejak warisan budaya yang hampir terkubur dalam hiruk pikuk kehidupan masa kini.
1. Singantua
Pernahkah Topers mendengar kata “Singantua”? Kata ini bukan mantra magis, melainkan istilah untuk bagian kaki dalam bahasa Minang.
Bayangkan, leluhur kita memiliki kata khusus untuk bagian tubuh ini! Kini, penggunaannya semakin jarang, tergantikan oleh kata “kaki” yang lebih umum.
2. Baroneang
Bagi generasi muda, “baroneang” mungkin terdengar asing. Kata ini merujuk pada pistol atau senapan, yang sering dijumpai dalam cerita-cerita tradisional Minang.
Bayangkan ketegangan cerita rakyat diiringi dentuman “baroneang”! Kini, kata ini lebih sering terngiang dalam lantunan rabab, mengantarkan kisah kepahlawanan masa lampau.
3. Cincuik
Di balik geliat modernitas, tersembunyi kata “cincuik”. Kata ini merujuk pada celana dalam, warisan tradisi yang masih bertahan di beberapa daerah.
Penggunaannya semakin langka, tergantikan oleh istilah modern.
4. Pamole/Pole
“Pamole” atau “Pole”, bisikan kata yang membawa nostalgia. Kata ini digunakan untuk menyebut pacar, mengantarkan rasa cinta dalam bahasa Minang.
Kini, penggunaannya semakin berkurang, terutama di daerah perkotaan.