Gerakan dinamis para penari yang mengayunkan piring di tangan menciptakan pertunjukan yang mengagumkan.
Musik pengiringnya, khas dengan ciri kebudayaan Minangkabau, melibatkan alat musik tradisional seperti talempong dan saluang.
Sejarah Tari Piring
Mengutip buku “Keanekaragaman Seni Tari Nusantara” oleh Resi Septiana Dewi (2012: 39), Tari Piring bermula dari kota Solok, Sumatera Barat.
Awalnya diciptakan sebagai ungkapan syukur kepada para dewa, seiring dengan masuknya agama Islam, fungsinya berubah menjadi penghormatan kepada para raja dan pejabat.
Pengakuan dan Penyebaran
Tari Piring tidak hanya terbatas pada acara adat dan festival, melainkan telah merambah berbagai lapisan masyarakat.
Dengan perkembangan zaman, tarian ini bahkan turut meramaikan acara pernikahan.
Para penari, mengenakan pakaian tari berwarna cerah seperti merah dan kuning, menampilkan keindahan gerakan mereka yang terinspirasi dari langkah silat Minangkabau atau silek.
Koreografi Tari Piring
Menarikan Tari Piring bukanlah tugas yang mudah. Para penari, seringkali dalam koreografi kelompok berpasangan, mengayunkan piring di tangan mereka dengan gerakan cepat yang teratur.
Koreografi ini dapat dilakukan oleh dua hingga sepuluh orang penari, menciptakan harmoni dalam setiap penampilan.
Tari Piring dari Sumatera Barat bukan hanya tarian indah, tetapi juga sebuah warisan budaya yang memancarkan kehangatan dan kegembiraan.
Dengan akar sejarah yang dalam dan fungsi yang berkembang, tarian ini terus memikat hati penonton dari berbagai kalangan.
Semoga penjelasan singkat ini dapat menambah wawasan mengenai kekayaan budaya Indonesia, khususnya dalam konteks Tari Piring dari Sumatera Barat.
(Fiyu)