Jorge Amado dalam Gabriela, cravo e canela, dengan gilang-gemilang menerapkan teori ini. Buku tersebut laku keras di pasaran dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Bagaimana konsep sebuah kota dengan masyarakat urban di dalamnya, ditambah beberapa percikan asmara yang makin membuatnya merona. Dalam hal apapun, sastra adalah harga mati untuk menaikkan value kehidupan seseorang.
Masyarakat urban yang miskin imajinasi hanya akan ditakdirkan menjadi penonton saja, sebagai pelengkap atas event-event dan percakapan yang diadakan, namun perannya juga penting.
Kehadiran sastra bukan lagi untuk sastra, namun sastra untuk semua.
Penikmat sastra bukan lagi sekedar akademisi sastra, namun sudah menyasar banyak kalangan sehingga diskusi menjadi hidup dan banyak ruang-ruang baru yang kemudian tercipta.
Alangkah hebat dan gemilangnya bila kafe-kafe berisi diskusi dan dipenuhi oleh buku-buku bacaan yang sangat bermanfaat, alangkah hebatnya bila bandara menyediakan buku gratis yang siapa saja dapat membaca dengan leluasa, dan alangkah baiknya bila taman-taman digital dan tempat rekreasi menyediakan bacaan bagus sehingga tak hanya sekedar eksistensinya saja yang didapatkan, namun juga soal wawasan dan bagaimana membentuk pola pikir urban yang sangat egaliter, sehingga roda peradaban akan berputar menuju kedigdayaan.(*)
Penulis merupakan mahasiswa BSA Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang