TOPSUMBAR – Mantan Rektor Institut Agama Islam (IAIN) Imam Bonjol (IB) Padang (kini UIN IB Padang, red) Dua periode Prof DR H Amir Syarifuddin meninggal dunia pada 27 Desember 2023 lalu.
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin meninggal dunia di kediamannya di Lubuk Lintah, Kuranji, Padang dalam usia 86 tahun.
Mengenang Prof DR. H. Amir Sjarifuddin, Selasa (9/1/2023) kemarin Fakultas Syari’ah UIN IB Padang menggelar Rountable Discussion dengan tema ‘Mengenang Prof. Dr. Amir Syarifuddin; Meneladani Keilmuan, Kepemimpinan, dan Kebersahajaan’.
Diskusi tersebut diadakan di Aula Fakultas Syari’ah UIN IB Padang Kampus Sungai Bangek, Padang di buka oleh Dekan Fakultas Syari’ah UIN IB Padang, Prof. Dr. Ikhwan M. Ag dan dimoderatori oleh Dr. Aulia Rahmad, MH Ak.
Dr. Abrar, M. Ag selaku inisiator kegiatan diskusi, melalui keterangan tertulis diterima Topsumbar.co.id, Selasa (9/1/2024) malam, menjelaskan kegiatan diskusi ini bertujuan untuk mengenang kepribadian Prof. Amir Syarifuddin dalam berbagai sisi. Terutama berkaitan dengan keilmuan, kepemimpinan dan kebersahajaan.
“Tiga focus ini dimaksudkan merepresentasikan sosok Prof. Amir Syarifuddin,” jelas Abrar yang adalah juga Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Syari’ah UIN IB Padang.
Lanjut Abrar menerangkan, tampil sebagai pemantik diskusi adalah Prof. Dr. Makmur Syarif, SH, M. Ag., Prof. Dr. Asasriwarni, MH., Prof. Dr. Edi Syafri, MA., Prof. Duski Samad,M. Ag., Dr. Aditiawarman, MA., Dr. Yulizal Yunus, M. Si., dan Dr. Sheiful Yazan, M. Si.
Prof. Makmur Syarif dan Prof. Edi Syafri menjelaskan keteladanan Prof. Amir Syarifuddin dari aspek keilmuan
Pak Amir begitu sapaan yang disampaikan oleh semua peserta, adalah ilmuan yang memiliki kesungguhan yang kuat dalam menjaga tradisi keilmuan.
Penghargaannya sangat tinggi terhadap ilmu, baik dari konsistensi belajarnya, kedisiplinan waktu mengajar, pembinaan terhadap generasi penerus, dan melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang yang dia geluti; ilmu ushul fikih.
Sebagai seorang ilmuwan, Amir Syarifuddin selain dosen teladan, juga penulis yang produktif dengan berbagai buku-bukunya yang popular bagi dosen dan mahasiswa di bidang ushul fikih dan fikih.
Salah satu buku yang menjadi rujukan di setiap PTKIN yang ada di Indonesia adalah Buku Ushul FIqh jilid 1 dan 2.
Gagasan pembaharuannya dapat dilihat dalam buku Pembaharuan Pemikiran dalam Hukum Islam. Dan buku-buku lain seperti, Hukum Kewarisan Islam, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia dan lain-lain.
Di level Nasional Pak Amir sering menjadi Narasumber khususnya di Bidang Hukum Islam, bahkan beliau salah satu tim perumus Kompilasi Hukum Islam di Indonsia.
Sikap kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan tergambar dari kesungguhannya membaca dan menulis yang ditekuninya sampai usia tua.
Pak Amir sangat terbuka dan menghormati perbedaan pendapat, bahkan dalam salah satu kesempatan ujian promosi doctor yang beliau uji, hampir semua penguji menolak temuan disertasi yang diujikan, karena tidak lazim dengan pemikiran dan konsep yang berkembang dalam kajian hukum Islam.
Akan tetapi Pak Amir menjelaskan bahwa Promovendus telah memiliki keberanian untuk berijtihad, maka secara administrative dinyatakan lulus dan karyanya tidak dipublikasi karena dikhawatirkan belum bisa diterima masyarakat banyak.
Sikap menghargai ilmu itu juga ditunjukkan dengan sikapnya yang mau mendengarkan orang lain dalam menyampaikan ilmu pengetahuan, semisal mahasiswa dikelas, atau narasumber dalam kegiatan seminar, diskusi dan lainya.
Pak Amir memiliki kemampuan membaca teks yang sangat tinggi, mampu menelisiknya secara tersurat, tersirat dan bahkan tersuruk sekaligus. Analisisnya sangat argumentative dan sulit dibantahkan.
Di sisi lain pak amir juga sering berkelakar dalam menyampaikan materi-materi ushul fikihnya, bahkan dalam suasana serius sekalipun, kelakarnya tetap menjadi ilmu pengetahuan yang penting.
Penghormatan terhadap ilmu pengetahuan, juga ditunjukkan oleh Prof. Amir Syarifuddin saat stafnya menyampaikan bahwa ada telfon dari gubernur, lalu beliau meminta stafnya untuk menyampaikan kepada gubernur bahwa dia sedang mengajar di kelas.
Prof. Asasriwarni, Dr. Yulizal Yunus, dan Dr. Aditiawarman menjelaskan keteladanan Prof Amir Sjarifuddin dalam aspek Kepemimpinan
Dalam Aspek Kepemimpinan, Pak Amir terkenal dengan kedisiplinannya dalam memimpin. Dua Periode jadi rektor selalu datang lebih awal di banding pegawai-pegawai ainnya.
Almarhum selalu berdiri di depan kantor dan menyapa setiap pegawai yang datang bekerja. Sapaan pak amir memberikan kesadaran bagi pegawai untuk disiplin dalam bekerja.
Perubahan yang sangat drastis banyak dilakukan. Beliau terkenal sebagai Rektor yang bersih dan berkomitmen menghapus tindak korupsi dan bentuk lainnya.
Sebagai rektor Pak Amir memperbaiki budaya kerja di IAIN Imam Bonjol Padang khususnya berkaitan dengan kemajuan pendidikan dan perubahan perilaku pegawai.
Pak Amir sebagai dosen yang ahli ushul fikih, sangat piawai dalam menyelesaikan masalah-masalah di kampus, semua keputusannya didasari oleh data-data dan argumentasi hukum yang kuat, sehingga kebijakan yang diambil diraskan baik bagi semua civitas akademika.
Bahkan disampaikan dalam diskusi bahwa tidak satupun keputusan pak amir sebagai rektor yang ditolak oleh civitas akademika, begitu kemampuan yang ditampilkannya sebagai seorang pemimpin yang bijaksana.
Prof. Dr. Duski Samad, dan Dr. Shiful Yazan menjelaskan keteladanan Prof Amir Sjarifuddin dalam aspek kebersahajaan
Dari Aspek Kebersahajaan, pak Amir orang yang sangat memiliki kelebihan secara ekonomi dan jabatan, akan tetapi potensinya tidak mempengaruhi sikap kebersahajaannya.
Kesederhanaannya dalam hidup, komunikasinya yang baik dengan semua orang, dan kecintaanya kepada ilmu pengetahuan menempatkannya sebagai seorang yang zahid dalam konteks ilmu tasawuf, begitu disampaikan Prof. Duski Samad.
Pak Amir menurut Sheiful Yazan saat ditawarkan memasang foto di cover buku 75 Tahun Amir Syarifuddin, dengan foto-fotonya saat menjabat menjadi rektor, anggota MPR dan bahkan pakaian keagamaan, menyatakan keberatannya, bahkan beliau memilih foto berpakaian biasa tidak pakai peci dan pakaian kebesaran lainnya.
Kesederhanaan itu tidak mengurangi ketokohannya dan bahkan menjadi contoh di banyak murid muridnya.
“Rountable Discussion dengan ragam pemantik dan peserta diskusi membentangkan bagian terpenting dalam kedirian Prof. Amir Syarifuddin,” pungkas Abrar.
(AL)