Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M. Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Pembaca Topsumbar yang setia, dengan keimanan dan senantiasa merindukan kebenaran senantiasa tersampaikan ketika ada yang menggantinya dengan kesalahan dan menyembunyikan dibalik penampilan dan jabatan serta kepopuleran.
Kaum muslimin yang dirahmati Alloh SWT
PENGERTIAN JIHAD
Sering dimaknai jihad adalah PERANG, sementara itu dalam islam jihad mempunyai pengertian yang sangat luas dalam segala aktivitas kehidupan yang semua dalam kerangka melaksanakan perintah dan menghentikan larangan Alloh.
Menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Jihad pengertian Jihad berasal dari (bahasa Arab: جهاد) artinya berjuang/usaha/ikhtiar dengan sungguh-sungguh. Maka setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh adalah termasuk jihad.
Menurut Abdurrahman bin Hamad Ali Imran, dalam https://jateng.nu.or.id membagi jihad kepada dua hal, yaitu: pertama dalam pengertian umum dan kedua dalam pengertian khusus.
Jihad dalam pengertian umum adalah seorang muslim BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MENGGAPAI SESUATU YANG BISA MENDEKATKAN DIRINYA KEPADA ALLAH SWT, serta menjauhkan diri dari apa saja yang dilarang oleh-Nya.
Sedangkan dalam pengertian khusus adalah MEMERANGI KAUM KAFIR DALAM RANGKA MENEGAKKAN KALIMATULLAH YAITU SYARIAT ALLAH SWT.
Dengan demikian menasehati/ mengingatkan pemimpin kesalahan pemimpin adalah termasuk Jihad yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan tentunya pemimpin yang dinasehati WAJIB menerima apabila nasehat itu untuk kebaikan, dan tidak perlu memusuhi dan mengkriminlisasi pejuang yang menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang melakukan kesalahan sebab itu PERINTAH ALLOH dan merupakan IBADAH YANG BALASANNYA SYORGA.
BANYAK YANG PINTAR MEMBERI NASEHAT TETAPI SEDIKIT YANG MAU MENERIMA NASEHAT
Tidak semua orang suka dinasehat, tetapi banyak yang suka dan mahir memberi nasehat, fenomena ini sangat bertentangan dengan firman Alloh, bahwa kita mesti bersikap SALING MENASEHAT artinya timbal balik, mau memberi nasehat dan mau menerima nasehat.
MANUSIA AKAN MERUGI BILA TIDAK SALING MENASEHAT
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran (surah Al-Ashr ayat 1-3).
SEHINGGA ORANG YANG TIDAK MAU DINASEHATI HANYA MAU MEMBERI NASEHAT TERMASUK ORANG YANG SOMBONG DIA TIDAK AKAN MASUK KE SYORGA ALLOH SWT.
Sebagaimana firman Alloh SWT: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18).
Apabila orang meninggal dalam keadaan sombong maka ingatlah : ”Orang yang meninggal dunia, dan ketika ia meninggal itu di dalam hatinya masih ada sebesar biji sawi dari sombong maka tidaklah halal baginya surga, tidak mencium baunya dan tidak pula melihatnya.” (HR. Ahmad).
TIDAK MAU MENERIMA KEBENARAN ADALAH SIKAP SOMBONG
Sebagaimana dalam hadist:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim).
MENASEHATI DENGAN AGAMA LEBIH BAIK DARI NASEHAT AHLI MANAPUN DAN PROFESI APAPUN
Sering terjadi jika sudah menjadi ustad, menjadi buya, menjadi pimpinan dan kepala instansi TIDAK MAU LAGI DINASEHATI, maunya SELALU MEMBERI NASEHAT.
Hal ini berdampak buruk pada diri dan orang yang dipimpinnya ketika semua mengikuti kehendak pemimpin, ketika perilakunya sudah mengarah pada keburukan dan maksiat.
Sebagaimana hadist: ”Dari Abu Ruqayyah yakni Tamim bin Aus Ad Daari ra, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Agama itu adalah nasihat. Kami (para shahabat) bertanya: Untuk siapa (Ya Rasulullah) beliau menjawab; Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya serta pemimpin-pemimpin ummat Islam dan juga bagi orang Islam umumnya” (HR. Muslim).
PEMIMPIN YANG WAJIB DITAATI ADALAH YANG MENGAJAK BERIMAN KEPADA ALLOH, SEDANGKAN YANG MENGAJAK KEPADA MAKSIAT TIDAK WAJIB DAN TIDAK BERDOSA APABILA TIDAK DIIKUTI DAN WAJIB DINASEHATI
Sebagaimana firman Alloh SWT: ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4]: 59).
TIDAK SEMUA PERINTAH PEMIMPIN HARUS DIIKUTI, ADA BATASAN DALAM ISLAM, SEHINGGA JANGAN MEMPERALAT YANG DIPIMPIN DENGAN KETAATAN KEPADA SUAMI, KEPADA ORANGTUA DAN PEMIMPIN, ADA BATASANNYA?
Sebagaimana nasehat Luqman Al-Hakim yang Allah sebutkan dalam surat Luqman. “Tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam memaksiati Sang Pencipta”.
Seperti disebutkan dalam alqur’an: “Apabila kedua orangtuamu memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan apa-apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan ma’ruf, dan ikutilah jalannya orang yang kembali kepadaKu…” (QS. Luqman [31]:
15).
Contoh seorang Ibu dari Sa’ad bin Abi Waqqas mengajak untuk keluar dari agama Islam. Dan Allah kisahkan dalam alquran:
“Apabila kedua orangtuamu memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan apa-apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka janganlah engkau menaati keduanya…” (QS. Luqman [31]: 15).
TIPE DAN MODEL PEMIMPIN AKHIR ZAMAN ADA YANG BAIK, ADA BURUK DAN ADA YANG MENGAJAK KEPADA MAKSIAT, BAGAIMANA SIKAP UMAT?
Dalam hadist Rasulullah mengingatkan artinya: ”Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau dia tidak sukai, kecuali kalau diperintahkan untuk melakukan maksiat. Apabila diperintahkan untuk berbuat maksiat tidak ada ketaatan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
KEBURUKAN PEMIMPIN AKAN MENIMPA PEMIMPIN ITU SENDIRI DAN ORANG YANG DIPIMPINNYA
Rasulullah mengingatkan: ”Sepeninggalku nanti ada pemimpin-pemimpin yang akan memimpin kalian, pemimpin yang baik akan memimpin dengan kebaikannya dan pemimpin yang fajir akan memimpin kalian dengan kefajirannya. Maka dengarlah dan taatilah mereka pada perkara-perkara yang sesuai dengan kebenaran saja. Apabila mereka berbuat baik maka kebaikannya adalah bagimu dan untuk mereka, jika mereka berbuat buruk maka bagimu (untuk tetap berbuat baik) dan bagi mereka (keburukan mereka).” (HR Bukhari Muslim).
AKAN TIBA DI AKHIR ZAMAN PEMIMPIN YANG ZOLIM, UMAT AKAN TERPAKSA MENERIMA BAHKAN DALAM PENDERITAAN KARENA PERILAKU PEMIMPINNYA
Sebagaimana hadist: ”Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia” (Hudzaifah berkata), “Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.” (HR. Muslim).
MENASEHATI PEMIMPIN ADALAH JIHAD LEBIH UTAMA DENGAN NASEHAT YANG LEMAH LEMBUT
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik jihad adalah ucapan yang hak disisi pemimpin yang zalim. (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Contoh Jihad ketika memerangi raja/pemimpin seperti Firaun:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut” (QS. Thaha 43-44).
PENDUKUNG PEMIMPIN YANG BURUK DAN ZOLIM BUKANLAH UMAT RASULULLAH SAW
Jika bertemu dengan zaman pemimpin yang suka berdusta, maka siapa yang bergabung dan mendukungnya dia bukan Golongan umat Nabi Muhammad SAW dan siapa yang menentangnya dan tidak ikut keburukan dan tidak ikut berbohong dia golongan umat nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana disebutkan dalam hadist artinya: “Akan ada setelahku nanti para PEMIMPIN YANG BERDUSTA. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kezaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kezaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i).
Dalam alquran disebutkan: “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa yang pedih.” (QS Asy Syura: 42).
DOA NABI UNTUK PEMIMPIN YANG SUKA BERBOHONG DAN ZOLIM ADALAH AGAR HIDUPNYA SUSAH
Rasulullah SAW mendoakan kesusahan bagi para penguasa yang menindas umat beliau. “Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku kemudian dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia.” (HR Muslim).
PEMIMPIN YANG MENINGGAL DALAM BERBUAT ZOLIM AHLI NERAKA DAN DIHARAMKAN MASUK SYORGA WALAUPUN DIKELILINGI OLEH ORANG ORANG YANG TERLIHAT ALIM
Pemimpin zolim dan belum bertaubat sebelum meninggal atau meninggal dalam JABATAN SEBAGAI PEMIMPIN ZOLIM maka ingatlah : “Tidaklah seseorang diamanahi memimpin suatu kaum kemudian ia meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, maka diharamkan baginya surga.” (HR Bukhari-Muslim).
Dan “Sungguh, manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang adil. Orang yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim” (HR Tirmidzi).
Pada hadist lain:.“Tidaklah seseorang diamanahi memimpin suatu kaum kemudian ia meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, maka diharamkan baginya surga” (HR Bukhari-Muslim).
Berdasarkan uraian di atas, marilah kita mengingatkan setiap pemimpin diatas bumi ini, baik dia sebagai kepala Negara dan pemerintahan mulai dari Presiden sampai kepala desa, maupun para pimpinan organisasi dan lembaga sosial keagamaan atau ustad dan ulama sebagai pemimpin umat dan lebih khusus pemimpin keluarga (suami) hendaklah selalu meminta nsehat kepada AGAMA, caranya bacalah alquran dan hadist dan beribadah kepada Alloh itu cara meminta nasehat kepada agama, karena jika meminta nasehat kepada manusia belum tentu manusia itu memiliki kemampuan agama yang sesuai dengan nasehat agama, tetapi jika kesulitan dapat meminta nasehat kepada ulama yang benar keislaman dan keimananya serta PAHAM DENGAN HUKUM AGAMA bukan sekedar hafal dari bacaan dan pendengaran selama menuntut ilmu.ingatlah bahwa Alloh yang memberikan pemahaman agama kepada manusia, bukan karena kepintaran manusia dengan gelar ustad atau kyai dan gelar akademis yang banyak menjadikan paham akan agama:
من يُرِدْ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.” (Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan).
Maka hendaklah orang yang paham akan hukum agama, menjadi penasehat pemimpin agar lurus jalannya dan selamat umat dan Negara yang berada dalam kepemimpinannya sebagai bentuk fardhu kifayah menasehati pemimpin terhadap kesalahannya.
Jika ada orang benar menasehati pemimpin maka dukung dan berikan kekuatan jangan dilemahkan, sebab jika dilemahkan akan membawa kehancuran kepada semua orang.
NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Sukabumi, Jumat, 19 Januari 2024)
Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum