Proses pembentukan magma baru di bawah dapur magma dapat mengakibatkan ketidakseimbangan, yang pada akhirnya menyebabkan erupsi.
Hal ini merupakan siklus alamiah yang dapat diprediksi, tetapi dalam kasus Gunung Marapi, tidak ada tanda-tanda sebelumnya.
Periode Letusan Marapi
Gunung Marapi memiliki periode letusan sekitar 1-17 tahun, dengan letusan eksplosif terakhir terjadi pada tahun 1991.
Ahli Vulkanologi juga menyoroti fenomena letusan freaktik, yang terjadi tanpa memunculkan gejala sebelumnya, seperti yang terjadi pada Gunung Marapi.
Dr. Mirzam juga mencatat adanya faktor eksternal yang dapat mempengaruhi stabilitas geologi Gunung Marapi.
Posisinya yang dekat dengan Sesar Sumatera, sepanjang 1.900 kilometer dari Banda Aceh hingga Teluk Semangko, dapat menjadi faktor pemicu letusan tiba-tiba.
Selain itu, bebatuan tercacah di bawah gunung juga dapat membuatnya tidak stabil, memperumit prediksi letusan.
Kondisi serupa ditemukan pada beberapa gunung berapi di Sumatera, seperti Gunung Singgalang, Gunung Dempo, dan Gunung Kerinci.
Semua ini memiliki karakter geologi yang serupa, menambah kompleksitas dalam memahami dan meramalkan letusan gunung berapi.