TOPSUMBAR – Sebuah kisah epik yang menggugah jiwa membawa kita ke zaman lalu, di mana Raja Melewar, tokoh agung dari Pagaruyung, memimpin perjalanan menuju Negeri Sembilan.
Sebuah petualangan yang tidak hanya penuh dengan kepahlawanan, tetapi juga kisah kebijaksanaan dan rekonsiliasi di tengah ketegangan politik.
Mari kita telaah peristiwa bersejarah yang membentuk Negeri Sembilan menjadi apa yang kita kenal saat ini.
Perjuangan Melintasi Rintangan
Perjalanan Raja Melewar ke Negeri Sembilan tidaklah mudah. Berhadapan dengan pasukan Bugis di bawah pimpinan Daeng Kamboja, ia memenangkan pertempuran yang melegenda,
membuktikan keberaniannya dan tekad untuk melindungi wilayah yang akan menjadi rumah bagi masyarakatnya.
Konflik dan Rekonsiliasi
Pengangkatannya sebagai yang dipertuan besar tidak tanpa tantangan. Konflik antara penghulu Nafisil dan penggunaan nam membawa ketegangan di Negeri Sembilan.
Namun, dengan bijaknya, Raja Melewar berhasil meredakan perselisihan dan membina persatuan di antara masyarakatnya.
Perang Saudara dan Rekonsiliasi
Tidak sepenuhnya mulus, kepemimpinan Raja Melewar diwarnai oleh perang saudara dengan Raja Khatib.
Meskipun demikian, dengan taktik yang bijak, ia menang dalam pertempuran dan menikahi cisani sebagai langkah rekonsiliasi, menunjukkan visinya untuk menyatukan Negeri Sembilan.
Legenda Penghulu Nam
Meski menentang awalnya, Penghulu Nam akhirnya tewas dalam pertempuran, menciptakan legenda dengan kepala dan tubuhnya yang terpisah oleh sungai.
Kepahlawanannya, meski dalam kematian, mengukir namanya di dalam sejarah.
Kesinambungan Kepemimpinan
Setelah Raja Melewar, putranya Raja Hitam meneruskan tongkat estafet kepemimpinan.
Namun, tak lama kemudian, Negeri Sembilan kembali mengirim utusan ke Pagaruyung untuk mencari pemimpin baru, membuka babak baru dengan kedatangan Raja Lenggang.
Cerita ini bukan sekadar lembaran sejarah, tetapi suatu perjalanan melalui waktu yang menggambarkan keberanian, kebijaksanaan, dan semangat rekonsiliasi.
Dalam setiap tantangan, Negeri Sembilan tumbuh menjadi simbol kedamaian dan persatuan, menciptakan warisan yang abadi.
Sumber : Mulifa Channel
(Fiyu)