TOPSUMBAR – Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Berbagai daerah memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci ini, salah satunya adalah tradisi Malamang di Sumatera Barat.
Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai historis yang kaya, tetapi juga mencerminkan kebersamaan dan nilai-nilai sosial yang erat dijalin oleh masyarakat Minangkabau.
Memahami Asal Usul Tradisi Malamang
Tradisi Malamang di Sumatera Barat telah eksis selama ratusan tahun dan diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau.
Menurut para tetua di daerah ini, tradisi ini tidak lepas dari perjuangan Syekh Burhanuddin dalam menyebarkan agama Islam di Minangkabau.
Metode dakwah yang digunakan oleh Syekh Burhanuddin melibatkan pengajaran mengenai perbedaan antara makanan halal dan haram.
Lamang: Hidangan Khas Tradisi Malamang
Salah satu poin utama dari tradisi Malamang adalah memasak hidangan khas bernama Lamang.
Awalnya, Syekh Burhanuddin menggunakan beras biasa untuk membuat hidangan ini.
Namun, karena ketahanan beras biasa yang terbatas, ia kemudian menggantinya dengan beras ketan.
Lamang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan air santan, kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang dilapisi daun pisang.