Ia juga dikenal sebagai guru yang banyak memberikan pengajaran kepada para pelajar Indonesia di Mekkah,
di mana mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan ijazah sanad hadits dari beliau.
Mantrahas Darul Ulum
Pada tahun 1934, Syekh Yasin Al-Fadani mengemukakan ide untuk mendirikan mantrahas Darul Ulum di Mekkah sebagai respons terhadap konflik direkturyah yang terjadi.
Ide ini mencerminkan rasa nasionalisme dan keinginan untuk memperkuat pendidikan Islam dari Asia Tenggara.
Para pelajar berbondong-bondong pindah ke mantrahas ini, mengejar ilmu agama di bawah bimbingan ulama terkemuka.
Kesederhanaan dan Pengaruh Global
Meskipun menjadi ulama terkemuka, Syekh Yasin Al-Fadani tetap sederhana.
Kesederhanaannya terlihat dalam kegiatan sehari-hari seperti berbelanja di pasar sendiri dan mengenakan pakaian sederhana.
Rumahnya menjadi pusat kunjungan para cendekiawan dari berbagai penjuru dunia, terutama saat musim haji.
Karya-karyanya, yang mencapai lebih dari 100 judul kitab, tersebar dan menjadi rujukan di lembaga-lembaga Islam di seluruh dunia.
Warisan Ilmiah
Syekh Yasin Al-Fadani meninggalkan warisan ilmiah yang signifikan.
Lebih dari 100 judul kitabnya mencakup berbagai bidang ilmu, termasuk hadits, fiqih, dan ilmu falaq.
Karyanya yang paling terkenal, “Al-Fawaid Al-Janiyah,” menjadi materi silabus dalam mata kuliah Ushul Fiqih di Fakultas Syariah Al-Azhar di Kairo, Mesir.