Aman Datuk Madjoindo, dengan novelnya “Si Dul Anak Jakarta,” merangkai kata-kata dengan indah, menciptakan karya sastra yang memukau tentang kehidupan Betawi.
Zaman pemberontakan PRRI dan Permesta menjadi babak baru dalam sejarah Jakarta.
Orang Minang membawa semangat perjuangan dan kemudian menetap di pasar-pasar tradisional, seperti Pasar Baru dan Tanah Abang.
Restoran Padang menjadi ikon kuliner di Jakarta, membawa aroma masakan khas Sumatera Barat ke setiap sudut kota.
Pergesekan sosial yang kerap muncul di berbagai daerah tak pernah mewarnai hubungan harmonis antara orang Minang dan penduduk asli Jakarta.
Sejarah panjang perjalanan orang Minangkabau di Jakarta membuktikan bahwa keragaman adalah kekayaan.
Mereka membawa bukan hanya masakan lezat dan lagu-lagu indah, tetapi juga nilai-nilai luhur adat istiadat.
Dalam setiap kaki lima, dalam setiap sudut Jakarta, ada jejak perjalanan orang Minang yang terus hidup.
Mari kita pelihara dan lestarikan keberagaman ini, karena di sini, di bumi Jakarta, langitnya dijunjung setinggi-tingginya.
Selamat memeluk kedekatan antara orang Minangkabau dan kota yang telah menjadi rumah kedua bagi mereka.
Sumber : Macan Idealis
(Fiyu)