Ketidakpahaman Risiko di Kawasan Kawah
Pada tanggal 2 Desember, sejumlah pendaki bahkan bermalam di sekitar Tugu Abel, hanya sekitar 600 meter dari kawah Gunung Marapi.
Monumen ini dibangun sebagai peringatan atas tewasnya pendaki bernama Abel Tasman pada tahun 1992.
Meskipun sudah ada rambu peringatan, banyak pendaki kurang memperhatikan dan mengabaikan prosedur keselamatan.
Kronologi Selamat dan Tragis
Muhammad Fadli, salah satu pendaki yang selamat, menceritakan pengalamannya saat letusan.
Meski berhasil menyelamatkan diri, banyak yang tidak beruntung. Pada 3 Desember, 75 pendaki terjebak di Gunung Marapi, dengan 23 di antaranya meninggal dunia.
Salah satu korban, Muhammad Iqbal, mengungkapkan bahwa kurangnya peringatan dan pemahaman terhadap situasi memainkan peran kunci dalam kejadian tragis tersebut.
Sulitnya Mendeteksi Letusan
Mirzam Abdurrahman, seorang ahli vulkanologi, menjelaskan bahwa tipe letusan pada 3 Desember sulit terdeteksi karena tidak ada pergerakan magma yang biasanya menjadi indikator letusan.
Data pemantauan yang lebih komprehensif diperlukan untuk mengidentifikasi potensi bahaya secara lebih efektif.
Erupsi Gunung Marapi menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya konsistensi dan ketegasan dalam aturan pendakian gunung berapi.
Sistem peringatan harus diperkuat, dan pendaki perlu lebih sadar akan risiko yang mungkin terjadi.
Semoga tragedi ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan keamanan dalam menjelajahi keindahan alam yang penuh tantangan.
(Fiyu)