Dalam upacara pernikahan tradisional Minangkabau, langkah yang melibatkan calon pengantin laki-laki dijemput oleh keluarga calon pengantin perempuan tidak hanya sekadar prosesi formal.
Ia mencerminkan tanda keikhlasan keluarga perempuan dalam melepas anak laki-laki mereka untuk membentuk keluarga baru.
Proses ini dikomandoi oleh para Mama atau Paman dari pihak ibu, menambah nuansa kehangatan dan kekeluargaan dalam upacara tersebut.
Selain simbolisme perpisahan, Uang Japuik, yang telah diserahkan sebelumnya, akan dikembalikan pada saat kunjungan pertama ke rumah mertua, yang dikenal sebagai acara manjalang.
Moment ini bukan hanya bertujuan sebagai pelengkap formalitas, melainkan juga sebagai ekspresi nyata dari penghormatan yang mendalam.
Jumlah yang dikembalikan pada kesempatan ini seringkali lebih besar, menciptakan nuansa kemuliaan dan penghargaan yang kuat terhadap keluarga calon pengantin pria.
Nilai Lebih dalam Uang Japuik
Pentingnya nilai lebih yang disematkan pada pihak perempuan melalui pengembalian uang jemputan tidak hanya sekadar simbol,
Melainkan juga merupakan sebuah bentuk kehormatan yang mendalam.
Kesadaran akan hal ini sangat kuat di pihak keluarga laki-laki, yang akan merasa malu apabila nilai pengembalian tersebut sama atau bahkan lebih rendah dari jumlah uang yang diterima.